12. Malam Tahun Baru

466 61 5
                                    

Pesta kembang api pada malam itu sangat indah, ribuan pasang mata menatap langit malam itu. Termasuk dengan pasangan Asha Juno yang menghabiskan waktu menikmati pergantian tahun baru berdua tanpa adanya kedua putra mereka.

Beberapa menit sebelum tepat tengah malam, keduanya berdiri diatas rooftop sebuah gedung tak terpakai yang memang sudah menjadi tempat keduanya sering melewati pergantian tahun saat mereka menjalin hubungan kekasih.

Pesta kembang api yang terlihat dari puncak gedung nampak menenangkan keduanya saat itu.

"Sekali lagi, aku lewati tahun ini sama kamu, Acha" Juno tersenyum menatap wanitanya, Asha kini berdiri menghadap suaminya itu.

"Kita akan terus lewati tahun bersama, Brian. Juga dengan ketiga anak kita nanti" Tangan kekar itu memeluk erat Asha.

Kembang api disana sudah semakin meriah, beberapa orang berteriak merayakan pergantian tahun tersebut. Namun kedua pasangan itu larut dalam pelukan hangat yang keduanya salurkan satu sama lain.

"Acha, aku bakal terus cinta sama kamu, sampai kapanpun.."

Dor!

Suara tembakan terdengar ditelinga wanita itu, Asha pun merasakan tubuh Juno memberat dalam pelukannya. Wanita itu menoleh menatap Juno, matanya terpejam, satu tangannya menutup bagian perut kirinya yang dapat Asha lihat mengalir darah segar dari sana.

"Juno!!"

Panik melanda wanita itu, matanya melirik kearah sumber suara. Sosok tak asing bagi Asha berdiri dengan tegak diujung sana, tatapan kebencian menyorot dengan berapi-api dikedua bola matanya. Pria dengan shotgun yang berada ditangannya kini mulai berjalan mendekat kala Juno semakin melemah, ia menodongkan pistol tersebut tepat kearah tengkorak Juno.

"Habel, Habel jangan. Aku mohon Habel" Asha meminta dengan memelas bahkan sampai bersujud memohon pada pria itu.

"Sudah kubilang bukan? Apa yang harus jadi milikku, akan kupaksakan tetap menjadi milikku" ujarnya dengan dingin, jari telunjukknya sudah siap untuk menarik pelatuk tersebut.

Namun pria itu kapah cepat dengan Asha yang lebih dulu merebut shotgun miliknya dan melemparnya dari atas gedung tersebut. Habel naik pitam, ia menarik paksa Asha, tak peduli dengan kondisi wanita tersebut, lalu ia mendorongnya dengan kasar.

"Akh!" Rintih Asha

Habel mencengkeram erat dagu Asha, tatapan kebencian itu kini semakin menyala. Asha menatapnya dengan tatapan yang sama dengan Habel.

"Gue gak takut sama Lo Habel" ujarnya, perkataan Asha semakin membuat Habel naik pitam, jangan lupakan Asha dulu seorang yang memegang sabuk hitam Taekwondo saat duduk dibangku SMA, ia pun menyerang balik Habel dan mengenai tepat titik kelemahannya dan menyerangnya berkali-kali.

Saat pria tersebut merintih kesakitan, Asha membawa Juno untuk turun dari gedung tersebut. Sedikit kesulitan karena Juno bertubuh tinggi besar dibanding dengan Asha. Saat kakinya berhasil menyentuh tanah, ia pun meminta bantuan pada orang sekitar yang tengah asik menyalakan kembang api untuk menelfon ambulance.

Orang sekitar pun mengerubungi Juno dan Asha, sehingga sulit bagi Habel untuk menemui keduanya. Sampai pertolongan datang, Asha mendesah lega ia membiarkan tim medis mengangkat Juno kedalam Ambulance Asha juga ikut masuk dan diam tepat disamping Juno.

Wajah Juno semakin memucat, para tim medis berusaha untuk mempertahankan Juno. Tangan kecil Asha menggengam erat tangan Juno, merapalkan Doa pada Tuhan meminta keselamatan bagi Juno.

•••

Asha berdiri mondar-mandir, cemas menggeluti pikirannya. Ketiga teman Juno pun datang saat Asha menelfon mereka satu persatu, Asha sangat bingung tadi, yang ada dipikirannya saat itu adalah Teman-teman Juno adalah satu-satunya orang bisa ia mintai pertolongan.

NAWASENA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang