27. Awan dan Gemuruh.

357 36 3
                                    

Suara keyboard laptop yang tengah diketik, suara beberapa kabel LCD yang dipasang, serta suara-suara dimana kertas yang ditumpuk lalu dibuka secara bolak-balik terdengar secara bersamaan dalam sebuah ruangan luas dengan meja serta kursi yang mengelilinginya.

Suasana riuh itu seketika hening ketika cahaya kilat terlihat dari ruangan yang berada di lantai dua puluh itu. Dibarengi juga dengan Juno —sebagai pimpinan— masuk kedalam ruangan bersamaan dengan Gibran sekretaris pribadinya.

"Selamat siang, lampunya dinyalakan saja, dan tutup tirainya supaya konsentrasi tak terganggu oleh petir." Titah Juno pada salah satu karyawannya.

Setelah tirai tertutup sempurna, seluruh karyawan yang terlibat dalam rapat bulanan yang dihadiri setiap kepala divisi karyawan kantornya pun segera Juno mulai agar tak memakan waktu bagi karyawannya. Juno duduk tepat ditengah-tengah, dengan Gibran disampingnya Ia mendengarkan setiap laporan-laporan yang disampaikan oleh setiap kepala divisi kantornya yang cukup memakan waktu satu jam lamanya, barulah setelahnya Juno yang berbicara.

"Baik, sekarang Saya ingin membahas project terbaru kita. Mohon untuk saudara simak baik-baik agar tidak ada kesalahpahaman atau miss komunikasi dengan anggota divisi saudara sekalian." Ujar Juno saat berdiri sambil menggunakan kacamatanya, dengan satu tangan lainnya yang memegang kertas.

"Oke, tolong perhatian sejenak. Untuk project kali ini, kita.."

Juno menggantungkan perkataannya yang mengundang rasa penasaran dari para karyawannya. Tapi bukan maksud Juno untuk membuat mereka penasaran, hal itu disebabkan kepala Juno yang mendadak sakit amat sangat sehingga membuat Juno memejamkan matanya erat.

"Pak? Pak Juno baik-baik aja?" Tanya Gibran dari posisi duduknya.

"Saya gak apa-apa, Gibran." Namun ucapan Juno bertentangan dengan kondisinya.

Suara teriakan tertahan dari para karyawan wanita terdengar kala Juno jatuh dan darah mengalir dari lubang hidungnya. Dengan cepat Gibran menghubungi para pengawal Juno dibawah melalui Intercom dan meminta mereka menghubungi Markus juga sebagai dokter pribadi Juno.

"Pak Juno? Pak? Bapak bisa dengar Saya?" Tanya Gibran yang mencoba mempertahankan kesadaran Juno.

"Jun? Jangan bikin Gue takut, Jun." Kini Gibran berbicara sebagai Teman sekaligus Kakak Juno, bukan sebagai sekretaris pribadinya. Tangan Gibran terus menepuk pelan pipi Juno agar pria kepala tiga itu tak kehilangan kesadarannya.

"Juno.."

Pintu terbuka menampilkan Lukas dengan beberapa pengawal lainnya yang langsung mengangkat Juno dan segera membawanya ke mobil untuk diantar ke Rumah Sakit setelah mereka menghubungi Markus sebelumnya.

"Sakha, tolong bawa Pak Juno ke Rumah Sakit ini, ya. Sudah ada Pak Markus disana, ditemani Gibran juga kok, Saya mau jemput si Ibu." Ujar Lukas pada anggotanya yang sama-sama menggunakan kemeja putih dibalut dasi hitam seraya memberikan alamat Rumah Sakit tersebut.

Sementara Lukas menggunakan mobil kantornya untuk menjemput Asha dan mengantarnya ke Rumah Sakit. Lukas memang pengawal yang dipercaya Juno untuk menjemput dan mengantar keluarganya dikala keadaan genting, seperti saat ini.

●●●

Kaki jenjang itu bergerak mondar-mandir, dengan Rumi didalam gendongannya yang terus saja menangis tanpa henti hampir tiga puluh menit lamanya. Hal tersebut membuat Asha khawatir serta bingung, tak biasanya putrinya rewel.

"Astaga, Dek.. Kamu kenapa, Sayang.. Kamu gak demam, makan baru selesai, Kamu kenapa, Nak.." Ujar Asha risau sambil mengusap kepala putrinya dan terus mencoba menenangkannya.

NAWASENA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang