Dua jam kemudian Chrysant mendorong pintu menuju Ruang Perawatan Bedah Intensif. Ia sudah berkemas dan siap untuk pulang. Tasnya tersampir di bahu, kunci mobil di tangan, dan jaket terpakai apik di tubuhnya. Tapi gadis itu tak akan pergi sebelum melihat kembali pasien luka tembaknya.
Ketika berjalan ke tempat jaga perawat, wanita yang sedang duduk mendongak. "Hei , Dr. Johnson. Mampir untuk memeriksa pasien baru?"
"Ya, Charlotte. Kau tahu aku, kan? Tak bisa membiarkan mereka sendirian. Di mana kau taruh pasienku?"
"Nomor enam. Freya sedang bersamanya sekarang, memastikan dia dalam keadaan nyaman."
"Lihat kan, kenapa aku menyukai kalian? Staf ICU terbaik di kota ini. By the way, sudah ada yang menengoknya belum? Apakah kita menemukan kerabatnya?"
"Aku menelepon nomor yang ada di catatan medisnya. Orang yang menjawab berkata dia sudah tinggal di apartemen itu dan tidak pernah mendengar nama Michael Clark. Jadi alamatnya palsu. Oh, dan apa kau sudah lihat senjata yang mereka temukan di tubuhnya? Benar-benar paket komplet."
Charlotte dan Chrysant mengerling dan keduanya berkata bersamaan, "Pasti urusan obat."
Chrysant menyahut dengan gelengan kepala, "aku tidak terkejut."
"Begitu juga aku. Tato-tatonya cukup untuk menyatakan dia bukanlah pekerja di bidang asuransi."
"Tidak, kecuali jika dia mengurus berkas untuk petinju atau pegulat profesional."
Charlotte tertawa dan Chrysant melambaikan tangan untuk berjalan menyusuri koridor.
Nomor enam terletak jauh di belakang sebelah kanan. Sambil berjalan, Chrysant melihat dua pasien lain yang juga gadis itu operasi. Salah satunya mengalami kebocoran usus, yang satu lagi kepalanya tertusuk pagar akibat kecelakaan sepeda motor.
Ruang ICU seluas tiga puluh enam meter persegi. Setiap ruangan berdinding kaca disertai tirai yang bisa ditutup jika perlu privasi, dan tidak ada jendela ataupun poster Batman atau Joker atau TV kabel. Jika mereka cukup sehat untuk menonton televisi, mereka tidak seharusnya dirawat di sini. Satu-satunya layar dan gambar yang ada di sini adalah alat monitor di sekeliling tempat tidur pasien.
Ketika Chrysant tiba di nomor enam, Freya mendongak dari kegiatannya memeriksa saluran infus. "Malam, Dr. Johnson."
"Freya, apa kabar?"
Chrysant menaruh tasnya di lantai dan meraih catatan medis yang terletak di dalam kantong yang tergantung di pintu.
"Aku baik-baik saja dan sebelum kau bertanya, pasienmu stabil, yang merupakan hal luar biasa."
Chrysant membalik halaman, melihat kondisi terakhir. "Luar biasa hebat."
Chrysant baru saja akan menutup lembaran catatan medis tersebut ketika keningnya berkerut melihat nomor di sudut kiri . Sepuluh digit nomor identifikasi pasien ini ribuan angka lebih dulu dibandingkan dengan nomor yang diberikan kepada pasien baru, dan Chrysant memeriksa kapan pertama kali file ini dibuka : 1971.
Ketika membolak-balik halaman, ia menemukan kejanggalan penulisan tanggal dan tahun masuk yang membuat Chrysant mengerutkan kening memperkirakan usia si pasien. Sangat tidak masuk akal jika pada tahun 1971 usianya tiga puluh tujuh tahun dan sekarang tetap tiga puluh tujuh tahun.
"Kita harus memastikan salinan dokumen dilakukan dengan lebih baik."
"Aku tahu. Aku juga memperhatikan hal yang sama. Apa kau perlu waktu sendirian dengannya?"
"Ya, bagus kalau bisa begitu."
Freya berhenti di ambang pintu. "Dengar-dengar kau cukup hebat di ruang operasi malam ini."
YOU ARE READING
THE DESTINY
Fanfiction"Siapa nama laki-laki yang akan kunikahi?" Dia tidak berharap papan itu akan bergerak dan benda itu memang tetap diam. Sampai setelah beberapa kali pun benda itu tetap bergeming. Chrysant frustasi. Lalu tiba-tiba Halley mengangkat dan memantul-mant...