Saat Jimin membaringkan tubuh di tempat tidur Taehyung, Taehyung malu mengakuinya, tapi ia telah menghabiskan berhari-hari membayangkan hal itu. Bagaimana rasanya. Bagaimana aromanya. Kini setelah itu menjadi kenyataan, Taehyung harus berkonsentrasi untuk menyembuhkan Jimin. Jika tidak, ia takut itu akan menjadi terlalu intens dan dia akan harus menjauhkan diri.
Ketika Jimin semakin dekat dengan Taehyung, dia mencoba berkata kepada diri sendiri bahwa dia tidak membutuhkan ini. Taehyung mencoba berpura-pura tidak membutuhkan Jimin di sampingnya, bahwa dia santai seperti perasaan orang lain pada umumnya yang berbaring berdampingan rapat dengan sesamanya, bahwa dia tidak peduli akan kehangatan dan berat tubuh Jimin, dan yang lebih penting bahwa menyembuhkan Jimin tidak menyembuhkannya. Tapi itu semua tentu saja omong kosong.
Ketika Taehyung melingkarkan lengannya pada Jimin dan membuka diri untuk menyerap kejahatan Omega, Taehyung membutuhkan itu semua. Dengan kunjungan ibunya dan peristiwa penembakan yang ia alami, Taehyung mendambakan kedekatan seseorang, memerlukan lengan yang memeluknya. Taehyung perlu merasakan detak jantung orang lain selain jantungnya. Begitu banyak waktu ia habiskan untuk menjauh dari orang lain, memisahkan diri dari orang lain. Menurunkan kewaspadaan bersama satu-satunya orang yang paling ia percayai membuat matanya seperti tersengat. Ada bagusnya Taehyung tidak pernah menangis, kalau tidak pipinya akan basah seperti bebatuan di sungai.
Ketika Jimin menggeletar karena lega setelah energi jahat berpindah pada Taehyung dan mengurai bersatu dengan Taehyung tanpa membuat laki-laki itu tersiksa seperti Jimin, Taehyung merasakan getaran pada Jimin. Tahu bahwa itu terlarang, tapi tak mampu menghentikan diri, Taehyung mengangkat tangannya yang bertato dan menguburnya dalam-dalam di rambut Jimin yang tebal.
Ketika Jimin kembali mengerang dan bergerak mendekat, Taehyung melirik dokter bedahnya. Sang dokter bedah duduk di kursi di seberang ruangan, menonton, matanya terbelalak, mulutnya sedikit terbuka. Satu-satunya alasan Taehyung tidak canggung adalah karena ia tahu ketika si dokter bedah pergi, wanita itu tak akan memiliki ingatan apapun mengenai saat pribadi ini. Kalau tidak, Taehyung tak akan tahan. Hal-hal seperti ini tidak sering terjadi dalam hidupnya terutama karena ia tidak membiarkannya terjadi. Dan terkutuklah dirinya jika ada orang asing mengingat urusan pribadinya. Hanya saja, yang aneh kali ini, dokter bedahnya tidak benar-benar terasa asing.
Tangan si dokter bedah memegang leher ketika dia menenggelamkan diri di kursi. Ketika waktu merentang dengan lambat seperti seekor kucing yang malas meluruskan badan ketika terbangun dari tidur siang, matanya tak lepas dari mata Taehyung, dan Taehyung juga tidak berpaling.
Milikku.
Kata itu kembali kepada Taehyung.
Tapi siapa yang ada dalam benaknya? Jimin atau si dokter bedah?
Dokter bedah.
Benak Taehyung berkata lantang dan sepenuhnya sadar.
Wanita di seberang ruanganlah yang memunculkan kata itu dari dirinya. Jimin bergeser, kakinya menggosok kaki Taehyung di bawah selimut. Dengan tikaman rasa bersalah, Taehyung mengingat kembali saat-saat ia membayangkan dirinya bersama Jimin, membayangkan mereka berbaring bersama seperti yang sedang mereka lakukan sekarang, membayangkan Jimin dalam dekapannya ketika Jimin butuh disembuhkan. Kini ketika hal itu terjadi, Taehyung tidak memikirkan hal-hal yang hangat bersama Jimin. Tidak. Sama sekali tidak. Hangat dan kata keterikatannya kini malah ditujukan kepada manusia wanita yang terdiam di seberang ruangan, yang jelas tampak sedang mengalami syok.
Mungkin dia tak tahan melihat dua lelaki bersama-sama?
Walaupun Taehyung dan Jimin tak akan pernah menjadi pasangan. Dengan alasan yang luar biasa konyol, Taehyung berkata pada si dokter bedah, "Dia sahabatku." Si dokter bedah tampak terkejut karena Taehyung memberikan penjelasan.
YOU ARE READING
THE DESTINY
Fanfiction"Siapa nama laki-laki yang akan kunikahi?" Dia tidak berharap papan itu akan bergerak dan benda itu memang tetap diam. Sampai setelah beberapa kali pun benda itu tetap bergeming. Chrysant frustasi. Lalu tiba-tiba Halley mengangkat dan memantul-mant...