Escape Operation

0 0 0
                                    

Taehyung terlihat seperti kematian yang dihangatkan kembali dalam pelukan Jimin. Meski begitu Taehyung tetap tampak gemetar, pucat, dan kesakitan. Kepalanya terbenam dalam leher sahabatnya itu, tapi dia bernapas dan matanya terbuka. 

"Biar aku yang membawanya," kata Jungkook karena melihat Jimin tampak hampir sama parahnya seperti Taehyung.

"Aku bisa menanganinya. Kau atur saja masalah manajemen kita dan kendalikan kamera keamanan."

"Masalah manajemen apa?" Tanya Jungkook bingung.

"Tunggu saja," Jimin menggumam sambil beranjak menuju pintu darurat di ujung gang.

Sepersekian detik kemudian Jungkook mendapat muatan masalah; Namjoon berjalan keluar ruangan sambil membekap seorang manusia wanita yang berusaha melawan dan mengamuk. Manusia itu melawan menggunakan gigi dan kukunya, suara teriakan yang tertahan menandakan kosa kata wanita itu seperti kosa kata seorang tukang amatiran.

Oh God. Wanita, baik itu manusia atau vampir, mereka sama saja. Sama-sama merepotkan.

"Kau harus membuatnya pingsan, bro."

Namjoon menggeram kemudian berkata, "Aku tak mau menyakitinya dan Taehyung berkata dia harus ikut."

"Ini tidak seharusnya menjadi operasi penculikan."

"Terlalu terlambat untuk mengeluh, Kook." Kata Namjoon, lalu dia menggeram lagi dan mengganti tangan. Tangannya meninggalkan mulut wanita itu untuk memegang lengan si wanita yang sedang memberontak. Suara wanita itu terdengar jelas dan jernih. "YA TUHAN JADILAH PENOLONGKU, AKU AKAN--”

Jungkook memegang dagu si wanita yang telah membedah Taehyung itu dan memaksa kepalanya mendongak. "Tenang," Jungkook berkata lembut meski sebenarnya dia sangat jengkel. Wanita mungil ini tadi menendang betisnya dengan sangat kuat menggunakan tumitnya. Jungkook pikir setelah Jungkook mengendalikan pikirannya, dokter wanita kecil itu tak akan bermasalah lagi, tapi ternyata malah kembali mengamuk tepat ketika Namjoon sudah selesai dengan tugas hapus-menghapusnya.

"Santai okay? Tenangkan dirimu. Aku tidak akan menyakitimu." Jungkook mengunci tatapan dokter bername tag Chrysant itu dan mulai memerintahkannya untuk tenang, tenang, dan tenang.

"Keparat kau!" Tapi bukannya tenang, Chrysant malah meludahi Jungkook. "Aku tak akan membiarkanmu membunuh pasienku!"

Oke tidak berhasil. Ternyata di balik kacamata dan mata hijau gelap itu, Chrysant memiliki pikiran yang kuat. Maka sambil mengutuk, Jungkook mengeluarkan senjata yang lebih berat untuk melumpuhkan Chrysant secara mental sepenuhnya. Jungkook menyentuh kepala Chrysant dan mengalirkan sejumlah energi untuk membuat otak Chrysant terombang-ambing ombak badai di lautan dan yang akan ia rasakan hanyalah pusing yang sangat menyiksa. Akibatnya, Chrysant ambruk seperti kain pel, membuat Jungkook akhirnya bisa melepaskan kacamata Chrysant, melipatnya, dan menyimpannya di saku dada mantelnya. Tak lupa juga Jungkook membersihkan ludahan Chrysant dari wajahnya.

"Ayo lekas kabur dari sini sebelum dia sadar kembali."

Namjoon mengangkat Chrysant, memanggulnya seperti menaruh syal di bahunya yang kokoh.

"Bawa tasnya dari ruangan."

Jungkook membungkuk masuk ruangan, mengambil tas kerja Chrysant dan map bertuliskan nama Michael Clark, kemudian segera meninggalkan ruangan.

Ketika kembali di gang, Jimin sedang dihadang perawat yang baru keluar dari salah satu ruangan pasien.

"Apa yang kaulakukan?" Perawat wanita itu bertanya.

Segera Jungkook menanganinya dengan melompat ke depan Jimin, berhadapan dengan perawat wanita itu, dan memandang matanya agar pikiran perawat itu kembali pada kebutuhan mendesak untuk meninjau pasien lagi.

Ketika Jungkook kembali bergabung dengan tim evakuasi Taehyung, Chrysant yang sedang ada di bahu Namjoon sudah berhasil menyingkirkan pengendalian pikiran yang dilakukan terhadapnya. Ya ampun sangat merepotkan pikiran kuat milik dokter bedah mungil itu bagi Jungkook. Tapi Jungkook tak repot-repot melakukan pengendalian pikiran dengan cara berat lagi karena Chrysant tak benar-benar sudah sadar. Dia hanya terbangun dan bingung dengan kepalanya bergerak ke depan dan belakang, terguncang-guncang mengikuti derap Namjoon yang cepat.

Tapi karena Jungkook tahu seberapa kuat pikiran Chrysant, maka ia menghentikan Namjoon ketika mereka tiba di anak tangga darurat. "Tunggu, aku harus membereskannya lagi."

Namjoon berhenti di tempat yang sempit dan Jungkook meletakkan tangan di kedua sisi leher Chrysant, membuatnya pingsan sekalian secara fisik dengan mengunci tekanan. "Nah kini dia benar-benar tak sadar. Semuanya akan lancar sekarang."

Lalu mereka berlari menuruni tangga belakang dengan sangat cepat.

Napas Taehyung yang terengah-engah merupakan kesaksian betapa aksi kereta ekspres teman-temannya itu membunuhnya, tapi Taehyung cadas seperti biasanya. Mampu bertahan, meskipun rona wajah sudah tak karuan jeleknya.

Setiap kali mereka tiba di salah satu lantai, Jungkook mengacaukan kamera keamanan dengan mengalirkan energi listrik yang membuat kamera-kamera tidak berfungsi. Harapan terbesarnya adalah supaya mereka berhasil mencapai Cadillac Escalade mereka tanpa bertemu dengan petugas keamanan.

Meski manusia tak pernah menjadi target vampir, tapi jika ada risiko ras vampir terlihat, tak ada sesuatu yang tak akan dilakukan. Dan karena menghipnotis kelompok besar manusia yang agresif memiliki tingkat keberhasilan yang rendah, perkelahian biasanya tak terhindarkan. Begitu pula kematian bagi mereka para manusia itu.

Delapan anak tangga kemudian mereka tiba di lantai dasar dan Jimin berhenti di depan pintu logam. Keringat mengucur di wajahnya dan tubuhnya berayun, tetapi matanya kuat seperti tentara. Jimin akan membawa sahabatnya keluar dan tak ada apa pun yang akan menghalanginya, bahkan kelemahan fisiknya sendiri.

"Aku akan mengurus pintu," kata Jungkook. Lalu ia melompat ke depan rombongan. Setelah mematikan alarm, ia menahan pintu logam itu agar tetap terbuka dan teman-temannya bisa lewat. Tapi ternyata mereka salah lantai. "Oh sial." Gumam Jungkook. "Di mana sih kita?"

"Ruang bawah tanah." Jimin melaju ke depan. "Aku mengenalnya dengan baik. Kamar mayat ada di lantai ini. Aku sering bolak-balik ke sini saat aku jadi polisi."

Akhirnya mereka melanjutkan aksi evakuasi Taehyung dan penculikan Chrysant dengan Jimin yang memimpin. Mereka memasuki koridor beratap rendah beberapa ratus meter kemudian, lalu Jimin berkata, "Cadillac kita ada di luar sini,"

Dan itulah dia juru selamat berupa pintu keluar darurat.

"Syukurlah..." gumam Taehyung, tapi dengan cepat bibirnya kembali mendatar. Taehyung tampak seperti menahan diri agar tidak muntah.

Jungkook kembali melompat ke depan, kemudian mengutuk. Alarm yang ini berbeda dengan yang lain. Yang ini lebih rumit. Yang seharusnya tidak membuatnya terkejut. Pintu luar biasanya memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi daripada di bagian dalam.

"Siap-siap mendengar jeritan." Kata Jungkook sebelum meninju terali besinya. Alarm itu menjerit sangat keras ketika pintu terbuka.

Tanpa membuang waktu, mereka kembali berpacu mengejar malam yang hampir habis. Tapi Jungkook tiba-tiba berbalik dan memandang bagian belakang rumah sakit. la menemukan kamera keamanan di atas pintu,  mengacaukannya, dan tetap memandangi lampu kamera yang berkedip-kedip merah ketika Taehyung dan Chrysant dimasukkan ke dalam Cadillac Escalade.

Namjoon duduk di belakang kemudi. Jimin mengambil senapan dan Jungkook melompat ke bagian belakang bersama barang-barang. Ia melihat jam tangannya. Total waktu yang dihabiskan mulai dari memarkir Escalade di belakang sini sampai menjalankan operasi evakuasi Taehyung plus penculikan dokter bedahnya hingga meninggalkan rumah sakit adalah dua puluh sembilan menit lewat lima detik.

Operasi itu berjalan relatif lancar. Yang harus dilakukan sekarang tinggal membawa tim kembali ke markas dengan utuh dan mengganti pelat nomor SUV mereka. Tapi, dengan napas yang ia coba stabilkan, Jungkook berpikir keras tentang satu hal. Hal yang besar. Dan bermasalah.

Jungkook menghembuskan napas berat sambil memandang Chrysant dan bergumam sendiri. "Well hello trouble maker."

[,]

THE DESTINYWhere stories live. Discover now