"Aku benar-benar tidak nyaman dengan kulit sapi ini."
Taehyung mengangkat kepala dari rangkaian komputernya. Park Jimin berdiri di ruang tengah The Hybe dengan paha terbalut kostum kulit dan ekspresi yang-benar-saja-deh di wajahnya.
"Tidak muat?" tanya Taehyung kepada teman serumahnya.
"Bukan itu. Jangan tersinggung ya, tapi ini norak seperti orang kampung." Jimin merentangkan kedua lengannya yang berotot dan berputar membentuk lingkaran, dadanya yang tak berbusana berkilau di bawah cahaya. "I mean, yang benar saja."
"Itu kostum perang, bukan untuk bergaya."
"Begitu juga dengan klit, tapi kau takkan pernah melihatku bergoyang mengenakan tartan."
"Dan syukurlah kalau begitu. Kakimu terlalu bengkok untuk bertingkah seperti itu."
Jimin menampilkan ekspresi bosan. "Oh ya, benar, bengkok karena kau gigit."
Sambil meringis berandai-andai saat Jimin mengatakan itu, Taehyung beranjak mengambil kantong berisi tembakau Turki. Ketika mengeluarkan kertas penggulung, menuangkan sebaris tembakau, dan melinting rokok, ia melakukan hal yang sering sekali ia lakukan: Mengingatkan diri sendiri bahwa Jimin telah terikat dan berbahagia bersama kekasih hatinya, dan bahkan jika dia tidak punya pasanganpun, Jimin tak tertarik kepada sesama jenis.
Sambil menyulut rokok dan menghisapnya, Taehyung mencoba untuk tak melihat si pemilik mata segaris ketika tersenyum itu, namun gagal. Penglihatan elang sialan. Selalu membuatnya lelah.
Ya ampun ia benar-benar orang yang aneh berotak kotor. Apalagi mengingat betapa dekatnya mereka berdua.
Dalam sembilan bulan terakhir, Taehyung menjadi semakin dekat dengan Jimin lebih dari siapa pun yang pernah ia temui selama hidup dan bernapas lebih dari lima ratus tahun. Mereka menginap bersama, mabuk-mabukan bersama, berolahraga bersama. Melewati kematian, kehidupan, ramalan, dan kiamat bersama. Ia membantu melawan hukum alam untuk mengubah Jimin dari manusia menjadi makhluk penghisap darah, kemudian menyembuhkannya setiap kali Jimin melakukan kegiatan khususnya bersama musuh para vampir. Taehyung juga mengusulkan keanggotaan Jimin dalam Brotherblood dan mendampinginya ketika Jimin resmi berpasangan dengan takdirnya.
Sementara Jimin mondar-mandir seperti sedang berusaha merasa nyaman mengenakan kostum kulit itu, Taehyung memandangi lima huruf yang ditorehkan dalam bahasa kuno di punggung Jimin: BELLA. Taehyung sendiri yang menorehkannya. Huruf-huruf itu terlihat indah, walaupun tangannya saat itu gemetaran.
"Ya, rasanya, aku tidak nyaman dengan ini." kata Jimin.
Setelah upcara peresmian ikatan mereka, Taehyung mengosongkan The Hybe agar pasangan yang berbahagia itu bisa menikmati privasi. Taehyung menyeberangi halaman dalam markas dan mengurung diri di kamar tamu di rumah besar dengan tiga botol Grey Goose. Ia membuat dirinya mabuk sampai muak, seperti sawah terendam banjir, tetapi tidak berhasil mencapai tujuan untuk membuat dirinya pingsan. Kebenaran membuatnya terjaga tanpa ampun: Taehyung terikat kepada teman serumahnya sedemikian rupa sehingga membuat keadaan menjadi rumit, tapi tidak mengubah apapun.
Jimin tahu apa yang terjadi. Yah, mereka sahabat baik dan Jimin bisa membaca Taehyung lebih baik dari pada siapa pun. Dan Bella mengetahuinya karena perempuan itu tidak bodoh. Dan Brotherblood mengetahuinya karena para pelayan tua yang bodoh dan idiot itu tak pernah membiarkan siapapun menyimpan rahasia.
Semua tenang-tenang saja menerimanya.
Taehyung tidak.
Ia tak tahan menghadapi semua emosi itu. Atau sebenarnya menghadapi diri sendiri.
"Kau akan mencoba semua peralatannya?" Taehyung bertanya sambil menghela napas. "Atau kau masih mau mengeluh tentang celananya?"
"Jangan memaksaku mengacungkan jari tengah."
YOU ARE READING
THE DESTINY
Fiksi Penggemar"Siapa nama laki-laki yang akan kunikahi?" Dia tidak berharap papan itu akan bergerak dan benda itu memang tetap diam. Sampai setelah beberapa kali pun benda itu tetap bergeming. Chrysant frustasi. Lalu tiba-tiba Halley mengangkat dan memantul-mant...