The Primale's Oath

0 0 0
                                    

Kini seluruh tubuh Taehyung bersinar. Ia bahkan tak perlu melihat ke tangannya untuk mengetahui apa yang ada di tangannya kini menyebar ke seluruh tubuhnya. Tepat. Seperti Sang Suci. "Ya Tuhan... keparat kau."

"Anakku--"

Taehyung memampangkan taring. "Jangan memanggilku begitu. Jangan pernah. Ibu dan anak ... kita bukan itu. Ibuku pasti akan melakukan sesuatu. Jika aku dalam kesulitan, ibuku akan ada di sana--"

"Aku ingin berada--"

"Ketika aku berdarah dan terluka dan ketakutan, ibuku pasti akan ada di sana. Jadi jangan lemparkan omong kosong tentang anak kepadaku."

Setelah itu sunyi untuk waktu yang lama. Taehyung mengedarkan pandangannya ke luar jendela penthouse sementara Sang Suci tetap menatapnya dengan pandangan yang tak ingin Taehyung tahu apa artinya.

Lalu suara Sang Suci terdengar jernih dan lantang. "Kau akan hadir menghadapku setelah aku selesai meditasi yang dimulai malam ini. Kau akan ditunjukkan kepada pasanganmu sebagai formalitas. Kau akan kembali ketika dia telah disiapkan dengan pantas untuk kau gunakan dan kau akan melakukan sesuatu yang mana kau terlahir untuk melakukannya. Dan kau akan melakukannya sebagai sesuatu yang kau pilih dengan bebas."

"Yang benar saja? Kau memang benar-benar jalang keparat." Taehyung benar-benar melupakan etika antara sang pejuang dan Sang Suci.

"Taehyung, putra Bloodletter, kau akan melakukannya karena jika tidak ras ini takkan bertahan. Jika ada harapan untuk melawan pembantaian Shootening society, kita perlu lebih banyak brother. Kalian Brotherblood kini anggotanya sangat sedikit. Pada zaman lalu ada sekitar dua puluh atau tiga puluh. Dari mana lagi tambahannya jika bukan dari pembiakan selektif? "

"Kau membolehkan Jimin masuk Brotherblood, padahal dia bukan--"

Dengan suara yang masih lantang, Sang Suci segera memotong kalimat Taehyung. "Dispensasi khusus untuk memenuhi ramalan. Sama sekali berbeda. Dan kau pun tahu itu. Tubuh Jimin tak akan pernah jadi sekuat kalian. Jika bukan karena tenaga bawaannya, Jimin tak akan bisa berfungsi sebagai brother."

Taehyung kembali memalingkan wajah.

Keberlangsungan spesies. Keberlangsungan Brotherblood.

Brengsek.

Taehyung berjalan mondar-mandir dan berhenti di rak dan dinding tempat menyimpan mainannya. "Aku bukan orang yang tepat untuk hal semacam ini. Aku bukan pahlawan. Aku tidak tertarik menyelamatkan dunia."

"Logikanya ada dalam hukum biologi dan tak bisa dilawan."

Taehyung mengangkat tangannya yang bersinar, berpikir tentang berapa kali sudah ia menggunakannya untuk membakar rumah-rumah dan mobil-mobil. "Bagaimana dengan ini? Kau mau seluruh generasi terkutuk menjadi sepertiku? Bagaimana jika aku menurunkan ini kepada anakku?"

"Itu senjata yang hebat."

"Begitu pula belati, tetapi belati tidak membuat teman-temanmu gosong terpanggang."

"Taehyung, kau diberkati. Bukan terkutuk."

"Oh ya? Coba kau yang hidup dengan benda ini."

"Kekuatan membutuhkan pengorbanan." Taehyung memaksakan tawanya mendengar kalimat Sang Suci.

"Nah, kalau begitu, aku akan mengembalikan ini detik ini juga untuk bisa menjadi normal."

"Biarpun begitu , kau memiliki kewajiban terhadap spesies ini."

"Hemm, benar. Seperti kau memiliki kewajiban kepada anak yang kau lahirkan. Kau sebaiknya berdoa agar aku lebih sadar akan tanggung jawabku."

Taehyung memandangi kota di luar jendela, memikirkan jumlah vampir sipil yang pernah ia lihat babak belur. Dipukuli, mati di tangan para shooter Omega. Berabad abad orang tak bersalah dibantai keparat-keparat itu, dan hidup sudah cukup sulit tanpa harus diburu. Ia seharusnya tahu itu.

THE DESTINYWhere stories live. Discover now