13 S2

798 46 3
                                    

Aku disini. Entah mengapa rasanya pikiranku berputar semua. Tubuhku mati rasa, bagaimana kabar mereka? apakah aku mati? dimana aku? Tubuhku seperti hilang semua.

Semuanya gelap. Hanya ada aku, kasur usang, dan meja kosong yang berdebu. Tidak, ku pikir aku sudah di surga. Apakah aku terlalu buruk untuk melangkahkan kakiku disana?

"Hei." Itu suara orang.. aku tidak mengenalnya. Suara serak layaknya orang yang tidak pernah minum selama satu bulan penuh.

Pandanganku kabur. Semua gelap. Aku merasakannya, tangan dingin yang menyentuh tanganku. Dingin, sangat dingin. Bahkan aku merasa ngeri dengan sentuhan itu.

"Astaga! Siapa lagi yang ayah culik kali ini!" Suara anak muda.. aku menjadi rindu dengan suara anakku. Bagaimana caraku bergerak sekarang.   Aku tidak tau.

Sosok pria, pirang.. tinggi. Hanya itu yang ku tau. Duduk tepat di sebelahku dengan seorang gadis. Atau, anaknya? Aku terlalu pusing untuk berpikir itu. Sial, sial sekali. Sesuai ingatanku, aku sudah menghembuskan nafas terakhir dan mati dengan konyol.

"Dia beneran hidup?" Ucap si gadis muda itu. Rasanya konyol juga ada seseorang yang mengatakan itu tepat di sampingku.

"Ya, tapi polisi mencarinya."

Apa? Apakah aku semacam buronan kali ini? Mengapa mereka mencariku? Apa aku ketahuan mengambil tas rongsokan milik si nathan itu? Tidak mungkin.

Aku bangun sepenuhnya. Oh astaga. Wajah pria tua ini luar biasa tampan. Apakah ini benar surga? tidak, tidak. Aku merasakan rambut depanku mengusap bulu mata dan alisku.

"Siapa..? Dimana?.. aku.." Aku bahkan tidak bisa berbicara dengan benar. Memang nya lidahku terpotong? Mungkin.

"Jantungmu sempat berhenti sebentar beberapa minggu lalu." Ucap pria tampan itu.

"Apa?.. aku tidak mati?"

Pria itu menjelaskan. Ada kendala saat diriku memasuki rumah sakit. Itu seperti tragedi mati suri. Pria itu melihatku, membatin bahwa lukaku tidak terlalu parah dan saat akan di kuburkan, menculikku secara satu pihak dan membawanya ke rumahnya.

"Konyol. Aku pasti sudah mati sekarang.."

"Tidak. Sepertinya pihak rumah sakit itu penjahatnya."

Aku bingung mendengar kata kata dari gadis muda itu. Apa benar? Presetan dengan itu. Konyol, halusinasi, tidak jelas dan sangat tidak masuk akal. Itu adalah pikiranku saat ini.

"Aku mendengar mereka sengaja tidak menyelamatkanmu saat kamu masih bisa bertahan."

"Mereka berpura pura. Membiarkanmu dikubur hidup hidup. Jantungmu berdetak di ruang icu."

Konyol. Ucapku.

"Pasanganmu itu yang konyol!" Ucap gadis itu.

"Hei, pasanganku itu tidak sekonyol dirimu." Ucapku sendiri.

"Dia konyol! Mengira dirimu mati padahal hanya pingsan! Ayahku melihatnya! Dia dokter!"

"Tidak peduli, kamu terlihat seperti orang bodoh."

Aku muak berdebat dengan anak kecil ini! Sungguh keras kepala. Aku akan memanggilnya si batu pirang jika aku bisa! Tapi, si pria tampan itu menghela nafas dan akhirnya menjawab.

Menjelaskan terperinci detail setiap cerita dan bagaimana aku bisa hidup hingga saat ini. Masuk akal. Tapi itu sedikit aneh.

Oh.

Fredrinn adalah orang kaya. Ucap pria itu. Aku tidak tau maksudnya, yang jelas pihak rumah sakit ingin menyalah gunakan status fredrinn sebagai orang kaya.

Aku menerima fakta tersebut. Baiklah. Meskipun itu konyol jika aku mengalami mati suri. Sepertinya tuhan masih ingin aku berada di bumi ini. Mungkin.

...

Hari berlalu dan au menyadari bahwa anak ayah yang minggu minggu kemarin merawatku bernama nolan dan layla. Aku memanggilnya.. keluarga pirang.

Entah sampai kapan aku harus bersembunyi. Katanya terlalu berbahaya jika aku bertemu Fredrinn dan Keluarganya. Apalagi polisi. Jadi aku disuruh menetap di rumah mereka yang ada tepat di tengah tengah hutan. Mereka ini monyet atau apa?

"Aku pulang!" Suara layla. Suaranya yang sangat nyaring membuat telingaku sakit. Dan apalagi, dia tidak bisa memasak! Gadis macam apa seperti itu.

"Dari mana? berburu?" Tanyaku.

"Ya! Aku mendapat daging banyak! Aku tidak selemah dirimu, om!" Ucapnya.

Cara dia memanggilku dengan kata om, menyebalkan. Aku memang tua tapi itu sangat tidak cocok.

"Setidaknya aku bukan orang utan yang terus memburu dan bahkan tidak bisa memasak sendiri." Ucapku, mengejek.

Wajahnya memerah! Dia sangat marah. Aku hanya terkekeh pelan. Aku memberitahumu, keluargapirang ini berisi beta semua. Jadi tidak masalah jika aku mengalami heat sekarang.

"Daging apa?"

"Itu daging kelinci, sisanya daging sapi liar. Aku tidak tega membunuh mahluk seimut kelinci itu!"

Dia pemburu berhati hello kitty! Batinku. Memang ada orang seperti ini? Jika aku adalah ayahnya aku sudah mengeluarkan dia dari kartu keluargaku.

"Oh ya, om. Om punya mata dan rambut biru yang indah. Ayahku mengucapkan bahwa mata biru safir sangat langka. Apakah mata itu sensitif?"

"Tidak. Tapi, mungkin. Itu akan mudah berair saat berada di bawah sinar matahari secara langsung."

"Mm.. baiklah. Bagaimana jika-"

Suara pintu terbuka. Oh, itu si pria tampa- maksudku nolan. Dia memakai setelan itu, yah dia dokter. Tidak heran lagi.

"Apa? Membahas apa?" Tanya Nolan. Aku diam. Membiarkan layla menjawab.

Aku berhari hari disini merasakan hidup sederhana. Oh ternyata ini, pikirku. Entah sampai kapan aku bersama mereka. Tapi rasa nyaman yang mereka berikan..

Seperti memiliki rasa hangat yang spesial.

My Happiness With Him - FredvierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang