4 - Aku Menginginkan Seorang Putra, Sierra

7.7K 435 2
                                    

"SIERRA!!!"

Teriakan itu serta merta muncul dengan suara sesuatu tercebur ke dalam air. Pandanganku mengabur. Sesuatu mendekat. Napasku habis.

Ingatan tentang kehidupan pertamaku datang lagi.

"Pergi dari rumah ini, anak tidak tahu diri!"

Aku disimbur dengan air dingin seperti kucing jalanan. Barang-barangku mereka lempar dengan sebuah tas. Di tengah musim salju.

"Pencuri busuk! Selama ini kau mencuri makanan kami?!" Baginda ratu Northland memandangku jijik.

Aku berdusta. Aku pernah tertangkap sebagai pencuri makanan istana. Lalu mereka mengurungku di penjara bawah tanah. Mereka hanya memberiku makan sekali sehari, itu pun hanya dengan roti berlumut. Aku kelaparan dan kadang dicambuk.

Sierra akan diizinkan bebas setelah mereka berhasil menyayat telapak tangannya dan menyimpan darahnya dalam toples.

Aku tidak pernah menulis adegan ini. Aku bahkan tidak tahu mengapa mereka mengambil darah Sierra.

Aku tidak mau lagi hidup sebagai siapapun.

Aku ingin menghilang.

"Sierra!"

Aku mohon, biarkan aku menutup mata.

"SIERRA!!!"

Bulan purnama tak pernah begitu terang saat itu. Ia bercahaya di belakang Ferdinand yang basah kuyup. Baru kali ini aku melihatnya cemas.

"Wanita gila! Apa kau begitu menginginkan kematian?!" Ferdinand membentak dan menarik selembar selimut yang tadi kami bawa sebelum kemari.

Nyeri bekas luka pedang Ferdinand masih terasa di tangan kanan.

"Sierra."

Aku tak pernah begitu menyesal karena tahu ini adalah kenyataan.

"Sierra, apa kau mendengarkanku?!!"

Aku kembali mendongak dan Ferdinand masih bersamaku. Bajunya basah. Dia bahkan melepas sarung tangan kulitnya.

"Sierra!"

Kedua mataku basah entah mengapa. "Jangan berteriak, kumohon," lirihku dan mulai memperhatikan Ferdinand dengan lebih cermat. "Aku minta maaf, Fer. Aku sungguh minta maaf. Astaga, kau basah. Aku tidak bermaksud ... Sungguh. Kurasa pikiranku kosong .... Semuanya terasa dingin, apa kau mengerti maksudku?"

Ferdinand terdiam dan mengambil tanganku ke genggamannya. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana sensasi akhirnya menyentuh kulit seorang manusia. Aku bahkan sudah lupa, sebab satu-satunya kontak kulit yang kuterima di Kerajaan Northland adalah tamparan dari baginda ratu.

"Apa ini yang kau rasakan setiap hari?" Ekspresi pria itu berubah. Wajah dinginnya lenyap. "Segalanya kosong, Sierra. Bagaimana kau bisa hidup dengan kekosongan ini, hm? Aku tidak bisa merasakan apapun lagi, Sierra."

Aku menggeleng dan tertawa halus. "Hentikan." Aku berusaha menarik tanganku kembali dari Ferdinand. "Aku tidak mengerti apa maksud, Yang Mulia. Tolong lepaskan saya."

Ferdinand justru memegang tanganku lebih erat. "Sierra, aku tanya sekali lagi."

Tatapan matanya seolah ingin menyingkap segala diriku. Seakan Ferdinand akan membuka segala rahasia dan memilikiku sepenuhnya.

Tangan Ferdinand maju dan ia letakkan ke pipiku. "Apa kau bisa merasakannya? Ini kehangatanku, apa kau pernah merasakannya hm?"

Aku tidak ingat.
Aku bahkan tidak tahu. 
Memangnya Sierra pernah mengenal kehangatan sebuah sentuhan yang terasa begitu tulus?

Sierra's Home [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang