Dua minggu kemudian.
"Saya letakkan vas bunga baru di sini, Yang Mulia." Seorang pelayan tiba dan membawa sebuah vas berwarna putih dengan bunga yang baru diganti.
Aku mengangguk ke arah nakas yang berada di bawah lukisan keluargaku.
"Bunga apa yang kau bawa, nona pelayan?" Aku masih fokus membaca beberapa berkas yang dikirim oleh kapten prajurit yang masih bermarkas di perbatasan Northland.
"Ini bunga kamelia Yang Mulia." Si pelayan membungkuk.
Keningku berkerut. Bunga kamelia yang kutahu di Ruthia, hanya tumbuh saat pembuka musim semi. Sementara saat ini, musim sudah berganti ke musim gugur.
Aku memutuskan untuk duduk di dekat meja kerja sebelum kepalaku berputar lebih jauh. "Nona Pelayan, apa saat ini di pasar ada banyak bunga yang dijual?"
Si nona pelayan pun bercerita dengan girang bahwa pasar di kota-kota besar, banyak menjual bunga-bunga berwarna. Padahal sekarang adalah musim gugur, yang seharusnya didominasi oleh labu dan daun-daun layu berwarna matahari tenggelam.
Namun kata Si nona pelayan, bukan hanya labu yang terjual di pasar. Ada nanas, semangka, bahkan persih juga terjual. Buah serta sayur yang sulit tumbuh pun dijual bebas sehingga pembelinya pun ramai hingga pedagang dari luar Ruthia pun terheran-heran.
Setelah cukup mendengar cerita si nona pelayan, kupersilakan ia pergi.
"Sudah keluar dari wilayah Seurch." Aku bergumam dan mengeluarkan peta dari laci.
Peta ini adalah peta keseluruhan Kerajaan Ruthia. Terlingkar merah di tengah adalah posisi Mansion White Lion. Kuambil pena bulu dan mencelupkan sedikit tinta. Kubuat sebuah lingkaran besar mengelilingi White Lion dan kota-kota yang berada di sekitarnya.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan, Tuan Putri?" Aku mengetuk Mansion White Lion dengan telunjuk.
Sesuatu yang berada di sana terus membuatku risau.
Aku kembali pada berkas kiriman mengenai informasi Northland.
Beberapa tahun terakhir Northland pernah menjadi wilayah subur dan memiliki jumlah pangan tak terbatas. Namun, sekitar tahun ini Northland mulai mundur dari negara yang menjadi pusat perdagangan dan berganti menjadi pusat perang saudara.
Rakyatnya berang akibat keluarga Kerajaan Northland tidak mampu mengatasi kelaparan. Hal ini pula yang mengundang para bangsawan melakukan korupsi dan menyembunyikan bahan pangan berharga. Lalu di waktu yang kritis, bahan makanan tersebut dijual dengan harga yang tinggi.
Kekecewaan rakyat pun makin menguak.
Tentunya ini salah satu alasan mengapa Northland runtuh dan rakyatnya justru meminta tolong kepada Ruthia.
Setidaknya setelah kerajaan Northland dibubarkan, situasi bisa sedikit mereda. Namun, kebencian mereka terhadap bangsawan tak akan hilang begitu saja.
Permasalahan ini sungguh pelik. Pantas saja ayahanda tak ingin berpusing dan menyerahkannya padaku.
Aku melirik pada lukisan keluarga yang kini ditemani oleh beberapa batang bunga kamelia. Di lukisan tersebut ada ayahanda yang duduk di singgasananya. Sementara Ibunda duduk tak jauh dari beliau. Aku berdiri tegap di belakang mereka.
Lalu satu putra yang lain tersenyum paling lebar dari pada kami semua.
Kakakku Frederick Xavier Von Ruthia.
"Kapan anak itu pulang?" Aku hanya dapat mengembuskan napas kecewa.
Seandainya Frederick pulang, dia pasti bisa memeriksa kondisi Sierra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sierra's Home [ TAMAT ]
Romance21+ "Aku mohon." Suaraku merendah. "Biarkan aku mati, Tuan Ferdinand. Aku hanya menginginkan malaikat kematian menjemputku ke alam baka. Jangan bawa aku ke Ruthia!" Ada yang aneh dengan cerita Sleepless yang kuingat. Sierra Edelweis Von Northland...