11 - Ferdinand dan Sierra

4.2K 214 6
                                    

Kalau seandainya Sierra's Home punya opening lagu. Aku milih lagu ini abisnya cocok banget!!!

***

Suara hiruk pikuk kota yang ramai memenuhi malam. Tampak dari jendela penginapan dekat pesisir laut. Suara ombak tenggelam dalam suara lenguhan.

Ada pula dua bibir yang tak bisa menjauh satu sama lain.

Di jendela, bulan purnama naik begitu tinggi. Rambut kami berdua sudah kehilangan warna palsu. Cahaya bulan semakin menampakkan pada kulitnya yang putih nan mulus. Dia begitu terang. Begitu panas.

Kami bukan lagi dua anak saudagar pedagang jauh.

Saat itu, aku hanya Ferdinand dan dia menjadi Sierra milikku seutuhnya.

"Sierra. Sierra ... Sierra ...." Aku terus memanggilnya. Aku tak pernah ingin berhenti menciumnya kala itu.

Seluruh dirinya sudah bagaikan candu yang semanis madu.

Tangan Sierra menyusup ke dalam kaus, dan menyapu dada hingga perut. Gerakannya menggelitik sekaligus mengesalkan.

Bagaimana dia bisa bersikap tenang sebagai seseorang yang akan bercinta pertama kali?

Matanya memandangku lembut saat perlahan merayap ke bawah perutku dan hati mana yang tak tergerak? Jemarinya begitu halus dan perasaan kami terhubung bagai benang. Dia mengikatku dalam dekapannya.

Jarinya menyapu diriku dan aku kehabisan napas.

Dia memekik kaget saat aku balas menyusup di balik gaunnya yang tersingkap. Lekuk dadanya indah dan sesekali ia membusung tinggi saat aku berhasil menemukan titik nikmatnya. Suara halusnya menghibur malam yang selama ini terasa sepi. Kewarasanku menghilang seketika dan jantungku memukul dada terlalu keras.

Sekujur diriku bergetar dan napas kami bersatu dalam ciuman.

"Akh! Ahh! Fer!" Sierra menggeleng dan mulutnya terbuka dengan napas memburu.

"Tenang sayangku." Aku menarik pinggulnya dan memuaskan dahaga oleh madunya yang meleleh.

Madu yang selalu terbayang sejak pertama kali mencicipinya.

Madu terlarang yang akan menarikku jatuh ke jurang nikmat tak terhingga.

"Unghh." Kedua mata gadis itu langsung terpejam saat jemariku merasakan pusat kehangatannya kembali.

"Angh!" Kedua kakinya seketika tersentak.

Dinding-dindingnya merapat. Perutnya menegang. Namun, pinggulnya bergerak seiring jariku yang keluar masuk. Gadis itu menangis dalam desahannya. Namun, dia tak pernah menyuruhku berhenti.

Betapa malangnya gadis itu kini terjebak bersamaku.

"Akh! Ah!" Sierre menjerit dan menenggelamkan wajahnya ke bantal

Lirihannya kian lemah. Wajahnya merah dan madu miliknya luruh mengikuti gravitasi.

Sierra telah menyerah dan hanya mampu merangkul diriku agar tetap waras.

Betapa hinanya diriku.

Bagaimana aku bisa mengubah seorang gadis seperti Sierra yang kini membuka kakinya pasrah. Paha dalamnya mengkilap dalam gelapnya malam. Sedikit tampak berdenyut.

Sierra's Home [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang