6 - Ferdinand dan Madu Favoritnya

6.3K 312 3
                                    

"Akhirnya sudah terklarifikasi bahwa Tuan kita semua, bukanlah pecinta sesama jenis! Oui bjiyeh!"

Raut wajahku langsung kaku. "Aku sungguh ingin mencekikmu, Tua Bangka sialan!!!"

"Enghh." Kening Sierra mengerut dan tubuhnya ikut bergerak dalam rangkulanku.

Untung dia masih memejamkan mata.

Kali ini mataku melotot pada Thomas dan suaraku ikut memelan. "Jika dia terbangun, satu kepala pelayan akan kupenggal, Thomas!!!"

Thomas mengibaskan tangannya tak peduli dan mengeluarkan suara yang kental dengan logat bahasa latin Ruthia. "Sou Oua? Gadis ini pasti kelelahan setelah melayani Tuanku yang Maha Bijaksana! Hari ini patut dirayakan, Tuanku! Persiapkan Wine dan Beer untuk semua!!!"

Para prajurit di belakang bersorak riang.

Aku hanya bisa memutar bola mata. Thomas selalu tahu bagaimana cara merayakan sesuatu.

Hey, tunggu dulu. Apa yang kita rayakan tadi kata Thomas?

"Permisi, Tuan." Seorang gadis pelayan menghampiri Thomas. "Apa kita perlu menyediakan gelas kecil untuk para rombongan?"

Pria tua itu langsung tertawa dan berbisik, "Tentu saja gelas kecil, My Dear. Tempat ini bukan pabrik minuman!"

Thomas memanglah butler yang mengesalkan, tetapi dia salah satu sosok yang membesarkanku dari kecil.

Aku tidak bisa berlama-lama marah padanya.

***

Thomas bekerja cepat dan menyiapkan satu kamar untu Sierra di lantai dua.

Awalnya Thomas bersikeras untuk menempatkan kamarnya di lantai tiga sebab pemandangannya lebih bagus, tapi kutolak. Sierra masih memiliki mental yang tidak stabil.

Jadi menurut logikaku, jika Sierra suatu hari ingin bunuh diri dan melompat dari lantai tiga, tentu saja ia mungkin akan mati.

Tapi jika dia melompat dari lantai dua, ya paling tulangnya patah sedikit.

"Astaga, tulang punggungku." Akhirnya Sierra bisa kubaringkan di atas ranjang yang layak.

Berbeda dengan kamarnya di Northland, kamar di mansion ini seratus kali lebih mewah dan mahal. Bahkan Raja Northland keparat itu tidak akan mampu membeli kenop pintu emasku.

"Ferdinand?" Suara lembut itu menyentakku tiba-tiba.

Meski dia tampak kelelahan, dia memandangku seperti anjing yang terlantar di tengah badai. Bersama datangnya cahaya pagi, rambut merah Sierra yang kemerahan ikut berpendar.

Aku mulai terpikir, shampo apa yang paling terbaik di Ruthia? Para pelayan harus kuingatkan untuk merawat rambut Sierra yang agak keriting bergelombang.

Kudengar, perawatan rambut keriting lebih merepotkan jika tidak dengan metode yang tepat.

Mungkin aku juga harus menyewa penata rias terbaik di kerajaan.

"Apa kita sudah berada di Ruthia?" Mata Sierra sudah mengarah ke jendela.

Aku mengangguk dan menawarkan segelas air putih. "Ya kita sudah sampai, Tuan Putri. Ruthia indah bukan?"

Kebetulan mansion ini mempunyai pemandangan bukit yang mengarah ke lautan. Udaranya segar karena disumbang oleh hutan yang masih asri. Karenanya, mudah sekali mendengar burung berkicau dan serangga jangkrik bersahut ria.

Siapapun akan tenang tinggal di sini.

Bahkan jika orang itu adalah Sierra.

Sierra mengangguk setuju. "Ferdinand," panggilnya lagi.

Sierra's Home [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang