PLAKKK!!!
Ayahanda bukanlah pria yang menghukum anaknya dengan kekerasan. Justru aku dibesarkan dengan kata-kata tegas, panutan yang terhormat dan sosok ayah yang kukagumi.
Namun, malam itu aku telah mengecewakannya.
"Putra mahkota melakukan hubungan di luar nikah! Kau ingin Ayahanda mati jantungan hah! Penerus tahtaku adalah pria yang tidak bermoral!!!" Ayahanda berteriak begitu keras sampai seisi istana mungkin bisa mendengarnya.
Tidak apa-apa. Perih di pipi ini pun sungguh tidak seberapa. Aku masih mampu menahannya.
"Ash!!!" Ibunda membentak dari ujung ruangannya. Dia tertatih-tatih berlari dan berdiri menghadap ayahanda.
Jika ada wanita di negara ini yang mampu menghadapi kemarahan ayahku tanpa gentar, beliaulah orangnya. "Berhenti menyakiti darah dagingmu sendiri, Yang Mulia Ashtrigenta!"
Pria berjanggut kelabu itu menggeleng tak percaya dan kilat matanya membendung kesedihan. "Jangan cegah aku, Liliana. Bagaimana kau bisa berdiri dan membela putramu yang tak bisa melindungi darah dagingnya sendiri!"
Rahang Ibunda bergetar. "Anda lebih tahu bukan Ferdinand yang bersalah, Yang Mulia! Kita sudah membesarkan kedua putra kita bukan untuk menjadi manusia tak berhati! Cukuplah Anda melampiaskan kemarahan padanya!"
Ashtrigenta mendengus dan memalingkan muka. Dia berjalan menjauh dan tak berkata apapun lagi. Ujung lidahku pun terasa pahit menyengat hanya untuk memanggil beliau ayahanda.
"Oh, Ferdi anakku." Ibunda menghela napas dan mengusap wajahnya yang lelah usai suaminya pergi. "Jangan diambil hati. Ayahmu hanya sedikit kecewa."
Aku menggeleng "Sedikit kecewa? Ayahanda bahkan tidak sanggup melihat wajahku. Aku sudah ... Aku mengecewakan harapannya."
Hanya dalam satu hari, dunia terjungkir balik sedemikian rupa.
Aku tidak ingin menyebutnya sebagai hari ulang tahun yang terburuk. Tapi kehilangan yang kualami terlalu besar.
Aku kehilangan anakku yang pertama.
Aku hampir kehilangan Sierra.
Aku juga mulai kehilangan kepercayaan diri sebagai seorang calon raja.
Ibunda meletakkan tangannya di pipiku dan memberikan senyuman lembut. "Berhentilah memikirkan ayahmu, Ferdi. Cepat atau lambat dia pasti akan menerimamu kembali. Justru sekarang ... pikirkan dirimu sendiri."
Aku menghembuskan napas panjang. Kutatap wajah ibunda dan mengingat di kehidupanku sebelumnya. Ibunda memilih meminum racun setelah tahu aku membunuh Lady Rosalia demi memberi Frederick tamparan.
Saat itu aku mengira, Frederick bertindak untuk mengambil tahtanya kembali.
"Aku akan baik-baik saja, Ibunda." Aku memeluk wanita yang melahirkan diriku ini.
Walau sesungguhnya tidak ada yang baik-baik saja.
***
Setelah tragedi Istana Fracteux, surat kabar menerbitkan berbagai macam isu yang mengangkat nama Sierra ke publik.
Ada yang fakta. Ada yang palsu. Ada yang menghina. Ada pula yang menyebut Sierra pengkhianat negara.
Sungguh mengherankan Putri Ariana sungguh agresif di kehidupan kali ini. Padahal jika sesuai dengan yang terjadi di kehidupan sebelumnya, Ariana menyiapkan pasukan perangnya selama tiga tahun.
Aku mungkin menjadi alasan yang memancing emosinya. Karena akulah yang merebut kartu as Ariana.
Sumber bencana dunia, sudah berada di sisiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sierra's Home [ TAMAT ]
Romance21+ "Aku mohon." Suaraku merendah. "Biarkan aku mati, Tuan Ferdinand. Aku hanya menginginkan malaikat kematian menjemputku ke alam baka. Jangan bawa aku ke Ruthia!" Ada yang aneh dengan cerita Sleepless yang kuingat. Sierra Edelweis Von Northland...