49 - Sierra dan Mahar dari Kaisar Edenia

2.6K 148 2
                                    

Aku merasa begitu diberkahi
sebab aku dicintai oleh dirimu

- Celine Dion, Because You Loved Me -

***

"Ferdi?" Aku meraba-raba sprei mencari keberadaan pria tersebut.

Namun, sisi tempat tidurku kosong saat tengah malam.

Cincin pertunangan kami juga masih melingkar di jari manis. Permata hijau sagenya selalu mendamaikan hati.

Tersisa satu bulan sebelum musim berganti. Rencana pesta resepsi pernikahan dan penobatan Kaisar bersama Permaisuri Edenia.

Aku dan Ferdinand disibukkan oleh banyak hal. Bahkan ada dalam waktu yang lama kami tak bertemu pandang.

Namun, ketika kami bertemu pun aku bisa menyadari pikiran Ferdinand bercabang ke mana-mana. Aku tidak mengerti apakah dia dikecewakan oleh sesuatu atau apapun.

Ketika aku bertanya apakah dia baik-baik saja, pria itu tersenyum dan bertanya apa aku sendiri sudah makan? Apakah ada pelayan baru yang tak bekerja dengan baik? Atau apakah Lady Rosalia memarahiku saat belajar?

Sebal sekali melihat sikapnya yang lebih mencemaskan keadaanku.

Aku menghela napas dan bangkit dari tempat tidur. Tak lupa membawa lilin, kemudian melangkah keluar kamar. Menikmati suasana gelapnya Mansion White Lion di malam hari.

Kala kakiku menapak keluar lorong, kutemui sebuah jalan menuju taman bunga di gedung belakang. Rambutku ikut disapa oleh angin dan sekaligus menggelitik kulitku dengan cara yang ramah.

Mungkin karena musim panas akan berakhir, malam pun ikut menunjukkan wajahnya yang berbaik hati.

Di gerbang masuk taman, sosok Thomas berdiri dengan kedua mata terpejam lelah. Sepertinya rasa kantuk tak memiliki belas kasih pada seorang pria dengan kumis kelabu.

"Thomas, apa gerangan yang sedang kau lakukan?" Aku menghampiri meski dengan berat hati membangunkannya.

Senyum Thomas langsung merekah bak bunga-bunga yang mendapat siraman air yang menyegarkan. "Ah, Nona!" Dia membungkuk hormat. "Saya tak mengira Anda akan terbangun?"

Keningku mengerut. Dari nada bicaranya mengandung sindiran halus seolah dia berharap aku betulan terbangun dari tidur.

"Apa yang terjadi, Thomas?" balasku.

Mata Thomas melirik ke arah taman bunga. "Tuan meminta saya membantu beberapa pekerjaan untuk menuntaskan tugas seorang calon kaisar. Saat ini kami beristirahat."

Hah? Istirahat apanya? Yang kulihat di depan hanya ada pria tua yang menjadi mayat hidup di bawah cahaya bulan. Keterlaluan sekali Ferdi. Pasti ini bukan sekali dua kali dia melakukannya.

Mengherankan sekali. Apa yang pria itu pikirkan?

"Ah, tidurlah Thomas." Aku memberi perintah. "Biar aku saja yang bicara dengan Ferdi."

Tentu saja aku langsung tahu itu adalah kalimat yang amat sangat Thomas nantikan keluar dari mulut. Dia mengembuskan napas lega begitu kencang seakan baru saja melepas beban di punggung.

"Terima kasih, Nona Saintess." Dia berkata dan tersenyum jahil. "Kalau bisa saya sarankan Anda pulihkan kembali stamina calon kaisar agar kerisauan yang beliau rasakan menghilang. Dengan begitu beliau akan kembali bersemangat bekerja."

Pipiku langsung terbakar oleh kosa kata yang Thomas gunakan. Gila juga Butler ini, pikirku. Kewarasan dan umurnya tidak mencerminkan kebijaksanaan!

Kata-kata mesum seperti itu kan ... justru membuatku malu setengah mati!

Sierra's Home [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang