45 - Ferdinand dan Wanita Dimabuk Khayalan

1.8K 123 2
                                    

"Bawakan lagi minumannya!!! Di sini habis!!!" Nyonya Scarlette berseru girang.

"Nyonya, saya tidak minum!" Sierra menggeleng.

Mendengar ucapan itu lantas mengubah raut wajah Nyonya Scarlette menjadi serius. "Hah? Tidak minum apanya? Justru sekarang saat yang tepat untuk minum!!!!"

Setelah itu Nyonya Scarlette berlari ke seberang aula. Menegur Tuan Arthur agar beliau menghabiskan persediaan botol berharganya di gudang.

Aku tersenyum sendiri melihat Tuan Arthur diseret paksa oleh sang Nyonya Vampir.

Usai konflik Kastil Amaranth, rombongan kami pun beristirahat di kediaman Tuan Arthur. Jaraknya tak sampai sehari. Meski serba mendadak, Tuan Arthur bersama pengikutnya menyiapkan kastil dengan banyak kamar kosong. Persediaan makanan serta minuman alkohol untuk menyambut pasukan kami.

"MINUM! MINUM! MINUM! MINUM!" Para prajurit bersorak saat melihat Sierra mengambil gelas bir pertamanya.

Kemudian meneguknya dengan wajah masam terpaksa, hingga habislah satu gelas. Semua orang pun bersorak bahagia.

Aku tak bisa tak tersenyum saat itu.

Sierra kini dikasihi oleh banyak orang.

Amat berbeda jauh dengan Sierra yang pertama kali kulihat. Gadis yang tinggal di istana terlupakan. Tempatnya kotor tak terawat. Pakaiannya lusuh. Rambut merahnya kusut nyaris seperti bermandi lumpur.

"KELUARKAN SEMUA MINUMAN UNTUK SAINTESS KITA!!!" Seorang Ksatria menjerit.

"AYEEEE!!!" Prajurit lain pun membalas.
*dibaca Ay

Kini yang kulihat adalah Sierra yang memenangkan pasukan kami dalam perang. Sierra yang tertawa bebas. Sierra yang masih jelita meski tak berselimut kemewahan. Rambut merahnya agak kusut karena tak dirawat beberapa hari. Gaunnya agak kotor.

Namun, dia tampak bahagia.

Wanitaku, sudah menemukan tempat dirinya berada.

"Ferdi." Frederick menghampiriku dengan wajah serius.

Aku mengangguk dan tanpa pamit, meninggalkan aula pesta pora.

***

Aku bersama Frederick berjalan menyusuri bagian kastil keluarga Arthur tanpa suara. Semakin jauh derap kaki kami, semakin jauh pula kebisingan pesta.

Hingga kemudian aku dan Frederick bertemu Tuan Arthur yang tengah menunggu di dekat pintu. Wajah keriputnya tampak tenang saat menyadari kehadiranku dan Frederick.

Beliau memberi hormat meski ada sekilas raut cemas di sana.

"Apakah ada gerangan yang Tuan Arthur pendam?" Aku bertanya.

Bibir pria tua itu bergetar. "Saya hanya tidak mengira, tempat ini akan menjadi peristirahatannya yang terakhir. Mungkin ini bukan topik yang relevan. Namun sesungguhnya, dia adalah putri mahkota yang dihormati pada masanya dan saya pun mengakui kemampuan beliau."

Frederick mengangguk. "Meski, sekarang Anda sudah mengerti kejahatan apa yang telah wanita itu lakukan? Bahkan tidak ada pasukan Northland yang tersisa. Mereka semua dihabisi oleh orang yang mereka percaya. Sosok Putri Mahkota yang masih Anda hormati itu yang melakukannya."

Tuan Arthur menghela napas panjang. "Saya hanya menyayangkan nasib."

Aku menepuk pundak Tuan Arthur. Mulutku tak lagi mengeluarkan kata-kata. Pria itu memilih tetap menunggu di posisi sebelumnya. Tanganku pun maju mendorong pintu terbuka. Ada kegelapan yang menanti, meski sudah diberi deretan obor yang redup. Anak-anak tangga dari batu berlumut, menyambut diriku dan Frederick.

Sierra's Home [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang