Di hidup ini, seseorang mungkin pernah terjebak dalam keadaan yang menuntutnya untuk mempersempit rutinitas, sementara ia masih ingin melakukan semuanya seperti biasanya. Saat dia mengambil lebih dari dua kesibukan, satu hingga tiga bulan berjalan--mungkin tak akan menemui kendala yang signifikan. Tapi begitu sampai di titik yang lebih jauh daripada itu, problematika-problematika yang luput dari perkiraannya mulai bermunculan, sehingga memaksanya untuk menentukan mana yang sebaiknya ia pilih sebagai prioritas. Atau--jika seseorang itu tetap kekeh mempertahankan semua, imbas paling ringan adalah hasil yang kurang maksimal.
Seperti yang dialami Naela sekarang. Melalui proses berpikir yang memakan waktu nyaris 2 bulan lamanya, dia akhirnya mampu mengambil keputusan. Setelah selama ini gadis itu diam-diam memarahi dirinya sendiri di kamar, pada akhirnya dia sampai di titik ikhlas melepas satu dari empat hal yang belakangan amat menguras tenaga dan pikirannya.
Sebagai seorang yang masih menempuh pendidikan, mendapat kesempatan kerja di suatu bidang saat masih kuliah--merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi Naela. Ia jadi tahu rasanya belajar teori sekaligus penerapannya di lapangan dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, ia akan terlindungi dari stigma aneh sebagian masyarakat yang menganggap bahwa kuliah adalah cara menganggur dengan gaya--walau ia yakin, menimba ilmu lebih banyak adalah niat kebanyakan orang yang memilih jalur itu. Toh setelah menjadi mahasiswa, Naela membuktikan sendiri bagaimana perkembangan pola pikirnya. Ada banyak hal yang memang baru dia dapatkan setelah menjadi seorang mahasiswa.
Dari sisi berbeda, dia juga memahami bagaimana peliknya dunia kerja. Dia pernah menghabiskan malam-malam memusingkan akibat didera urusan pekerjaan dan tugas kuliah yang datang berbarengan. Dia pun pernah merasakan euforia menerima gaji pertama hasil kerja kerasnya. Maka dari itu Naela menjelma pribadi yang sukar memandang remeh salah satunya. Ia pikir, baik kuliah atau kerja, keduanya tidak jauh berbeda. Sama-sama membutuhkan perjuangan keras dalam tiap prosesnya.
Menjadi bagian dari tenaga pendidik, membuat Naela semakin menikmati hari-hari yang ia jalani. Saat malam datang, dia akan sibuk mencari siasat penghilang rasa bosan, untuk kemudian ia selipkan dalam proses mengajar esok hari. Saat pagi menyapa, gadis itu hanya akan memikirkan wajah-wajah lucu bocah yang berada di kelas 2-B--kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Walau diselingi tugas kuliah dan mengajar di luar jam sekolah, dunia Naela berjalan baik-baik saja sampai dia terpilih menjadi Presiden Mahasiswa.
Menginjak bulan ke-4 sejak pemilihan, gadis itu mulai kewalahan membagi waktu. Sering kali Naela terpaksa mengesampingkan urusan pekerjaan demi merampungkan tugas-tugas organisasi. Tak jarang pula ia kehilangan konsentrasi saat bekerja, sebab pikirannya selalu dibayangi rumitnya persoalan ormawa yang dirinya pimpin.
Alhasil, skema aktivitas yang ia miliki jadi berantakan. Tuntutan dari berbagai sisi berkali-kali memengaruhi suasana hati, sehingga menjerumuskannya pada kecemasan yang menguras energi. Jika tidak segera mengambil langkah pasti, permasalahan lebih pelik bisa saja ia temui di kemudian hari.
"Bu Ayu?" Mata Naela mengerjap saat pundaknya ditepuk seseorang. Dia mendongak, lalu menjumpai perempuan paruh baya menatapnya keheranan.
"Ndak mau pulang?"
Dengan jari-jemari yang masih bergeming di atas keyboard laptop miliknya, gadis itu tersenyum simpul. "Setelah ini saya pulang, Bu. Bu Sulis duluan saja nggak papa," jawabnya.
"Bu Ayu bawa motor sendiri, kan? Kalau ndak bawa, bareng saya saja!"
"Saya bawa, Bu." Naela tersenyum lagi.
"Ya sudah kalau gitu. Hati-hati nanti pulangnya. Saya duluan, yaa?"
Baru empat langkah menjauh, Bu Sulis tiba-tiba berhenti dan kembali mendekat pada Naela. "Meski Bu Ayu bukan bagian dari sekolah ini lagi, silaturahmi dengan saya jangan terputus, ya? Kalau ada waktu luang nanti main-main ke rumah. Kita bisa masak bareng sambil cerita-cerita."
KAMU SEDANG MEMBACA
CATATAN PRESMA
FanfictionWaktu itu, Naela pikir keputusannya menerima tanggung jawab sebagai presiden mahasiswa adalah suatu hal yang tepat. Sebab ia sangat yakin jika teman-teman yang memilihnya akan bersama-sama membantunya memperbaiki pondasi serta memperkokoh pilar orga...