13. Rapat Besar Perdana

137 11 0
                                    

Naela merasa gugup saat satu per satu anggota mulai datang memenuhi ruang rapat. Mendadak dia merasa gelisah kalau-kalau tidak mampu memimpin forum dengan baik. Sedari tadi gadis itu berdiri di luar menyambut rekan-rekannya. Meski wajahnya tampak santai menunjukkan keramahan, kedua telapak tangannya lembab karena berkeringat.

"Syam, bawa tisu nggak?" Yang dipanggil mendekat.

"Kenapa Nae?"

"Bawa tisu, nggak?"

Hisyam menyadari tingkah Naela yang terlihat panik. Pemuda itu segera membuka tas untuk mencari barang yang dibutuhkannya. Tetapi belum ia menemukan, gerakannya tiba-tiba terhenti kala seseorang hadir menyodorkan sebungkus kecil tisu pada Naela tanpa permisi.

"Ini, katanya butuh tisu?" ujar Bayu. Jelas sekali Naela terkejut akan keberadaannya disana.

"Kamu dateng?" Naela masih terpaku. Yang gadis itu ingat Bayu tidak akan muncul hari ini sebab dua hari lalu pemuda itu mengatakan bahwa ia memiliki acara lain.

Cukup lama Bayu membiarkan tangannya terulur, akhirnya dia meraih tangan si gadis lantas memberi paksa tisu kepadanya.

Bagi Naela, entah kenapa waktu tiba-tiba terasa melambat. Seakan semesta menyuruhnya menghayati tiap adegan tak terduga itu. Membuat debaran gugup yang melanda kian menjadi-jadi. Ditambah sekelebat hembusan angin hadir turut mendramatisir keadaan. Tanpa sengaja keduanya saling berbagi senyum, menyebabkan seorang pria yang menyaksikan hal itu tak mampu menampik rasa cemburu.

"Aku masuk ke dalem dulu, Nae," kata Hisyam begitu saja berlalu. Ranselnya masih terbuka. Tapi karena batinnya sudah digerogoti perasaan begah, dia memilih menenteng benda itu dengan langkah cepat.

Sementara Naela, gadis itu masih bertahan di posisinya. Hatinya tergelitik kala mengamati bungkus tisu dengan gambar bebek yang berada di genggamannya itu.

"Lucuuu," ungkap gadis itu.

"Siapa?"

"Kamu." Setelah kata itu terucap, Naela praktis menutup mulutnya. Dia baru saja keceplosan. "E-eh, bukan. Maksudnya gambar bungkus tisunya yang lucu," sanggahnya kala melihat Bayu melebarkan mata.

Tingkah Naela yang seperti itu justru membuat Bayu tergelak. Tanpa Naela dan Bayu ketahui, mereka menjadi tontonan orang-orang yang ada di dalam ruangan. Dari balik jendela beragam dugaan tercipta sebab interaksi keduanya. Mereka saling berbisik sembari geleng-geleng kepala sendiri.

"Syam, Naela bukannya pacaran sama kamu?" celetuk seorang perempuan.

Ditanyai seperti itu, Hisyam makin kesal. Pemuda itu menoleh sekilas tanpa memberikan jawaban apapun.

"Aku takon mbok yo dijawab!" Ninda menggerutu sendiri karena pertanyaannya diabaikan. Padahal dia hanya penasaran mengenai rumor yang beredar tentang Hisyam dan Naela.

Menit berikutnya dua orang yang menjadi pusat perhatian masuk ke dalam ruangan. Menyebabkan banyak pasang mata tertuju pada mereka. Baik Naela atau Abibayu, keduanya sama-sama tokoh utama hari ini. Yang akan berada di depan, memimpin jalannya musyawarah hingga usai.

Naela menarik napas panjang sebelum memulai. Gadis itu menoleh hanya untuk mendapatkan anggukan pasti dari Bayu yang berada disampingnya. Naela menyisir bangku-bangku yang nyaris terisi semua. Hatinya lega, namun juga tak damai karena rasa cemas perlahan mendominasi dirinya.

Di luar tadi, berkali-kali Bayu memberi dukungan agar ia selalu percaya diri. Tapi segalanya seolah kembali ke setelan awal saat Naela benar-benar berdiri di hadapan banyak orang seperti sekarang. Susah payah ia menampakkan sebuah senyum, walau bibirnya bergetar karena gugup.

CATATAN PRESMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang