15

3.7K 214 14
                                    

🔻🔺🔻🔺

"Kenapa ngelamun trus hm?" Mark mengelus rambut haechan yang sedang berbaring di paha nya.

Haechan mendongakkan wajahnya untuk melihat wajah sang suami. Lalu kembali terdiam seperti sebelumnya.

Yang ada di pikirannya adalah bagaimana jika dirinya ternyata hamil, haechan tak tau lagi akan berbuat apa kedepannya jika itu memang benar-benar terjadi.

Cup.

"Aku gasuka ya kalo kamu gamau cerita gini ke aku" mark mengucapkan nya tepat di depan bibir hati milik haechan.

Menghela nafas pelan, haechan mendorong wajah mark lalu bangun dari tidurnya, menoleh pada box bayi yang tak jauh dari ranjang mereka.

Omong-omong pasangan suami-istri ini, baru saja pulang dari rumah orang tua haechan untuk menjemput sang anak, dan disinilah mereka sekarang, duduk di ranjang yang mereka pakai setiap hari. sedangkan chenle, bayi itu tertidur pulas sehabis diberi makan, mungkin kekenyangan.

Kembali pada mark yang memperhatikan tingkah aneh sang istri, sedari pulang kantor lebih banyak diam, tidak seperti biasanya.

Haechan menatap mark dalam. Tanpa bicara satu katapun hanya diam memandang wajah tampan suami nya itu, oh haechan tak tau saja jika mark mulai takut denganmu saat ini.

"Yang, kalo kesurupan aku lari nih ya" katanya sudah ancang-ancang turun dari ranjang

"Jadi kamu mau ninggalin aku, kalo aku kesurupan gitu?"

"Ya abisnya kamu. . nakutin"

"Kenapa hm?" Lanjut mark, sambil menggenggam lembut tangan haechan.

Haechan bergeser dari tempatnya berpindah duduk di pangkuan sang suami. Memeluk tubuh tegap mark sambil mendusel di perpotongan leher suami tampannya itu.

mark secara refleks melingkarkan tangannya di pinggang ramping itu. Menariknya hingga tak ada celah sedikitpun di antara mereka, mengecupi bahu hingga leher putih milik haechan

"Sayang" bisik haechan

"Hm"

"Kalo aku hamil lagi gimana ya" cicitnya pelan sangat pelan. Tapi karena dirinya berbicara dekat dengan telinga sang suami, jadi mark bisa mendengar itu dengan jelas.

Mark tersenyum tipis sambil mengelus pinggang ramping itu agar rileks. Jadi ini yang membuat haechan nya jadi pendiam sedari tadi.

"Kok gimana sih? Ya gapapa dong kalo hamil lagi" kata mark pelan, berusaha menjawab setenang mungkin agar tidak menyinggung perasaan sang istri.

"Kan chenle—"

Ucapan haechan terpotong saat mark menarik wajahnya agar bisa di lihat, di tangkup nya pipi bulat sang istri, di setuh dengan sangat lembut seakan jika tergores sedikit saja akan membuat luka.

"Emang kenapa sama chenle hm? Masih kecil? Iya aku tau anak kita itu masih kecil, dia masih bayi, tapi kalau emang tuhan kasih kita satu Rezki lagi kita harus terima sayang. .kita gabisa nolak takdir yang udah di atur sama tuhan, kalau emang kamu hamil ya gapapa. Aku senang malah rumah kita jadi rame chenle ada temen nya kalau kita kerja. gapapa okay?" Mark mencoba memberi pengertian pada istrinya ini. Tersenyum saat melihat mata indah itu mulai mengeluarkan air mata

"Lebih sensitif ya sekarang?" Mark ingat dulu saat sedang mengandung chenle pun haechan sensitif seperti ini. Bohong jika mark tidak khawatir akan anak mereka, bohong jika mark tidak khawatir kondisi istrinya saat ini, bohong jika hatinya tenang, semua bohong, dirinya pun memikirkan nasib chenle jika memang haechan hamil lagi, mark sangat tidak ingin jika chenle kekurangan kasih sayang dari mereka.

BOSS?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang