PART 1
FORGET BAD THINGS
"Melupakan tidaklah semudah mengingat, apalagi untuk melupakan ingatan kelam yang pernah kamu lalui."
✿✿✿
Keheningan memenuhi seisi rumah berlantai dua. Tidak ada suara yang terdeteksi dari dalam rumah. Seperti rumah tidak berpenghuni. Padahal rumah ini dihuni oleh tiga orang. Namun yang tersisa di rumah hanya Risa seorang.
Risa keluar dari kamarnya dengan tampilan yang sempurna. Ia terlihat seperti seorang selebriti atau model. Ia mengenakan atasan mantel bulu crop berwarna pink berpadu bawahan jeans semi cutbray. Pakaian yang ia gunakan memberi kesan seksi karena memperlihatkan lekuk tubuhnya yang ideal.
Suara derap langkah muncul saat sepatu heels Risa bersentuhan dengan permukaan ubin. Suara itu terdengar begitu jelas dan menciptakan gema di seluruh sudut rumahnya. Setelah sampai ke lantai dasar ia melempar pandangan mata ke sembarang arah. Memperhatikan keadaan di dalam rumahnya.
Keadaan rumah begitu hening dan sunyi. Tidak seperti biasanya. Setiap malam suara televisi selalu terdengar. Apalagi saat ini sedang masuk musim pertandingan bola, sang kepala keluarga sangat antusias menonton pertandingan bola dari televisi.
Ah, iya, Risa melupakan sesuatu. Ia baru ingat jika papanya sedang menjaga Mona di rumah sakit. Mona dianjurkan untuk rawat inap karena kondisi tubuhnya yang semakin hari semakin memburuk. Penyakit yang ia derita lambat laun akan merenggut nyawanya cepat atau lambat. Akan tetapi Risa bersikap tidak perduli dengannya. Ia justru senang mendengar kabar buruk itu.
Risa berdiri sejenak di teras rumahnya. Netra menjerat sebuah mobil hitam berhenti di depan rumahnya. Mobil itu pun memberikan klakson sekali yang ditujukan padanya. Lantas Risa melanjutkan langkahnya menghampiri mobil itu.
Sang pengemudi menurunkan jendela saat Risa berdiri di sebelah mobil. Dengan begitu Risa bisa melihat wajah sang pengemudi dengan jelas. Seorang pria muda memakai atasan kaos hitam ketat menunjukkan tubuhnya yang atletis. Meski ia tidak mengikuti cabang olahraga di sekolahnya, namun ia aktif mengikuti kegiatan gym bersama papanya pemilik gym.
"Cantik banget lo malam ini. Mau jual diri ya?"
"Otak lo yang dijual!" berang Risa memukul badan mobil karena kesal dengan sikap Tristan. "Ngomong asal ceplos aja nggak mikir lagi."
"Bercanda, Sa. Nggak usah diambil hati. Kek lo punya hati aja."
"Banyak omong lo, Tan."
Pandangan mata Risa menuju bangku belakang. Tidak ada seorang pun yang duduk. Biasanya ia menemukan sosok gadis cantik duduk di sana.
"Kemana Yiyin?"
"Dia udah duluan dijemput cowoknya."
Saat Risa hendak masuk ke dalam mobil, ekor matanya menjerat sesuatu, seperti seorang lelaki dari sebelah rumahnya. Namun saat ia mengalihkan pandanganya, ia hanya menemukan sebuah mobil yang terparkir di depan rumah tetangganya.
"Aneh. Perasaan tadi kek ada orang," gumam Risa menunjukkan ekspresi bingung.
"Lo mau nunggu apa lagi, Sa?" tanya Tristan melihat Risa diam termangu memandang sesuatu. "Ayo, buruan masuk."
Risa berdecak sebal melempar tatapan sinis padanya. "Iya, bawel."
Setelah Risa masuk ke dalam mobil dan duduk dengan nyaman, Tristan melajukan kendaraan roda empat itu melintasi jalan raya. Risa memandang suasana luar dari balik jendela. Suasana Jakarta terlihat begitu ramai pada jam 22.43. Penduduk kota seakan tidak mengenal waktu larut malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Dating a Cold Boy
Fiksi RemajaDingin. Satu kata itu mewakili kepribadiannya. Si cowok pemurung dan anti-sosial, Adrian Ivander Adibrata. Seantero sekolah menjulukinya dengan 'Kulkas Berjalan'. Trauma masa lalu menjadi penyebab utama kepribadiannya berubah. Menginjak masa remaja...