CHAPTER 35 - PART 2

759 21 4
                                    

PART 2

FORCED

"Setiap anak tidak pernah menginginkan perpisahan orangtuanya. Meski pada akhirnya mereka terpaksa menerima keadaan, yang tidak bisa memaksa orangtua untuk kembali bersama."

✿✿✿

Adrian mengambil sebuah kotak putih di dalam paper bag yang ia bawa. Ia meletakkan kotak itu di atas telapak tangan lalu membukanya. Di dalam kotak itu terdapat sebuah kue ulang tahun yang ia pesan beberapa waktu lalu.

Ia mengambil kue itu dan melepaskannya dari kotak. Ia juga mengambil lilin angka dan memasangnya di atas kue dengan rapi. Sentuhan terakhir ia menyalakan lilin menggunakan korek api gas yang ia beli di toko Mimi's Cake.

Ia memandang kue di tangannya begitu lama. Helaan napas berat mulai terdengar dari dirinya. Ia tengah mempersiapkan dirinya. Beberapa langkah lagi ia akan dihadapkan dengan masalah besar. Masalah yang sulit untuk diselesaikan dalam waktu singkat. Seandainya ia mengetahui punca dari masalah itu, tentu ia akan menyelesaikannya sedari dulu.

Adrian mengalihkan netra kembali memperhatikan wanita di depannya. Wanita itu duduk termangu membelakanginya. Ia duduk seorang diri. Karena ia menyukai keheningan sama sepertinya. Ia akan marah apabila diganggu pasien jiwa lainnya. Pengakuan itu sempat Adrian dengar dari beberapa perawat. Wanita itu tak segan untuk melakukan kekerasan apabila ia merasa terganggu.

Adrian terdiam di tempat saat jaraknya dengan wanita itu hanya sejengkal. Ia kembali menghela napas berat saat dilanda perasaan gugup. Ia sedikit ragu dan kehilangan percaya diri. Ia tidak yakin akan apa yang ia lakukan saat ini benar.

Sekujur tubuhnya gemetar sangat hebat mulai dari atas kepala sampai ujung kaki. Ia sampai menggenggam kue itu dengan erat agar tak terjatuh. Ia berpikir reaksi tubuhnya seakan memberi tanda. Bahwa akan terjadi suatu hal yang buruk pada dirinya.

Namun Adrian mencoba untuk tetap tenang. Dengan menarik napasnya dalam lalu menghembuskan perlahan cukup membantunya untuk tenang. Adrian ingin merealisasikan rencananya karena sudah sampai sejauh ini.

Adrian melangkah menghampiri wanita itu sambil mengulum bibirnya. Ia tidak dapat menyangkal perasaan gugupnya yang muncul tiba-tiba. Ia pun menggigit bibir bawahnya, berharap hal itu bisa mengurangi perasaan gugupnya.

"M... Mama," panggil Adrian gugup.

Wanita itu tersenyum setelah mendengar suara seseorang memanggil namanya. Ia mengenal suara itu. Suara yang seringkali ia dengar saat seseorang datang menjenguknya di sini.

Ia lantas memutar kepalanya ke belakang. Wajahnya terlihat begitu cerah karena dihiasi dengan senyuman indah. Sepertinya ia sangat menanti kehadiran Adrian. "Adri...."

Laraswati terdiam sejenak setelah menatap wajah Adrian. Ia melihat wajah pemuda itu dengan tatapan murka, berbeda dengan ekspresinya beberapa detik lalu. Senyumnya hilang seketika seperti ditelan bumi.

Adrian kembali merasakan gelisah. Sekujur tubuhnya kembali gemetar dengan hebat. Ia bahkan tak sadar jika tubuhnya telah mengeluarkan keringat dingin. Ia tidak bisa bernapas dengan tenang. Napasnya memburu seperti orang habis berlari. Wajahnya pun tampak pucat pasi seperti orang sakit.

"Kamu!" bentak Laraswati berdiri di tempatnya.

Tenaga Adrian melemah seketika melihat kemarahan Laraswati. Sepasang kaki jenjangnya menggigil seakan tidak mampu lagi untuk menopang tubuhnya. Seandainya ia tidak berusaha untuk menguatkan diri, mungkin ia telah runtuh saat itu juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She's Dating a Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang