VIOLENCE
"Setiap anak pasti pernah melakukan kesalahan. Jangan menjadikan hal itu sebagai alasan untuk melakukan kekerasan kepadanya."
✿✿✿
Adrian berada di suatu ruangan dengan suasana sunyi dan mencengkam. Begitu dingin hingga tubuhnya berdiri kaku bak sebuah patung. Tidak, ini bukan terkait air conditioner di dalam ruang. Hanya saja tatapan tajam seseorang yang membuatnya diam tak berkutik.
Adrian tak berani menunjukkan wajahnya. Ia tak ingin menatap wajah murka orang itu. Ia tahu hal ini akan terjadi. Semua yang telah ia lakukan telah ia pikirkan konsekuensinya dari jauh.
Seseorang berjalan mengitari meja lalu berdiri di depannya. Satu tangan berpindah untuk meregangkan dasi yang ia pakai dan melepas kancing kemeja bagian atas. Ia terlihat gerah. Dari wajahnya tergambar betapa bencinya ia kepada Adrian. Ia menatap cowok itu dengan tatapan benci dan remeh. Sepasang netra tak henti bersiaga menatap Adrian.
"ADRIAN," bentak lelaki itu seraya mengambil gelas kosong di atas mejanya. "BISA-BISANYA KAMU MEMBOHONGI SEMUA PENGAWAL DI RUMAH INI." Ia melempar gelas itu tepat di depan Adrian. Pecahan-pecahan gelas itu tak luput mengenai kaki Adrian sehingga mengeluarkan darah segar.
Adrian mengulum bibir jika saja hal itu mampu meredakan rasa sakit. Ia tidak tahu lagi harus dengan cara apa untuk menahan rasa sakitnya. Ia tak ingin kelihatan lemah di hadapan ayahnya, Julianto.
Julianto berjalan cepat menghampirinya. Ia tak segan menjambak rambut Adrian dan menariknya ke bawah hingga tubuhnya terpaksa membungkuk. "KAMU SUDAH KELEWATAN BATAS." Julianto menendang perut Adrian dengan lututnya hingga ia tersungkur ke belakang.
Adrian dipaksa bangkit setelah Julianto kembali menjambak rambutnya. Ia berdiri di belakang Adrian dan menatapnya dengan tatapan nyalang. "KAMU MENYEWA ORANG LAIN UNTUK BERPURA-PURA MENJADI KAMU. SEMENTARA KAMU SENDIRI RELA KABUR DEMI MENEMUI WANITA GILA ITU!" Julianto melayangkan tamparan keras di pipi sebelah kanan Adrian. Meninggalkan bekas telapak tangannya di sana.
Permukaan kulitnya berubah warna menjadi merah muda. Terasa dingin di luar namun terasa hangat di dalamnya. Tamparan itu telah melukai tubuh juga batinnya. Ia tak bisa berbuat apa-apa selain memejamkan mata menerima semua perlakuan buruk Julianto.
Julianto mengambil sejumput rambut Adrian dan meremasnya sangat kuat hingga membuat kulit kepalanya turut tertarik. Ia berdiri di hadapan Adrian yang terduduk lemas karena mengalami pendarahan di hidung dan mulutnya. "SUDAH SAYA PERINGATKAN BERKALI-KALI SAMA KAMU, ADRIAN! BERHENTI MENEMUI WANITA GILA ITU!" Kali ini Julianto mengincar pipi sebelah kirinya dengan memberikan pukulan dari kepalan tangannya. Wajah beserta tubuh Adrian turut terhempas ke samping mengikuti momentum. Dari tangannya ia dapat merasakan gigi Adrian yang gemertak.
Hancur sudah seluruh wajah Adrian. Tanpa ia sadari ia tidak hanya menghancurkan fisiknya, tetapi juga batin dan mentalnya. Tidak tahu lagi apa yang ada di pikirannya saat itu. Bukankah ini sangat berlebihan sebagai seorang ayah? Setiap anak pasti pernah melakukan kesalahan. Namun bukan berarti karena kesalahannya ia pantas mendapat perlakuan buruk dengan memberi kekerasan fisik dan verbal.
Ruas wajah Adrian kini dipenuhi luka lebam, bahkan cairan merah segar dari tubuhnya terus mengalir. Ia tak mampu menggerakkan tangannya untuk menengadah cairan itu. Sampai akhirnya ia membiarkan cairan itu bersimbah di atas permukaan lantai.
Adrian tak bisa berbuat apa-apa selain diam. Seolah bibirnya telah ia kunci dengan sangat rapat. Ia bahkan tak berani menatap wajah lelaki itu. Namun ada satu hal yang ia inginkan saat ini. Ia ingin penyiksaan ini segera berakhir. Ia berharap pertolongan seseorang. Percuma saja ada dua pengawalnya di dalam ruangan ini namun hanya sebagai penonton saja. Topik dan Ferdi merupakan pengawal pribadi Julianto, oleh karena itu mereka tak berani ikut campur atau sekadar melerai. Mereka pula yang menjadi penyebab Adrian ketahuan berbohong. Jika saja mereka diam dan tidak memberitahu, mungkin Adrian tidak akan semenderita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Dating a Cold Boy
Novela JuvenilDingin. Satu kata itu mewakili kepribadiannya. Si cowok pemurung dan anti-sosial, Adrian Ivander Adibrata. Seantero sekolah menjulukinya dengan 'Kulkas Berjalan'. Trauma masa lalu menjadi penyebab utama kepribadiannya berubah. Menginjak masa remaja...