CHAPTER 22

374 13 74
                                    

METAMORPHOSIS

"Jangan terlalu menaruh rasa benci kepada seseorang. Karena bisa saja rasa benci itu akan bermetamorfosis menjadi cinta."

✿✿✿

Berselunjur di atas ranjang empuk menjadi aktivitas favorit Risa sebelum tidur. Biasanya ia melakukan aktivitas selunjur sembari memainkan ponsel seperti saat ini. Risa terlihat begitu santai memainkan ponselnya tanpa memikirkan beban tugas sekolah. Setiap tugas yang seharusnya dikerjakan di rumah akan ia kerjakan di sekolah dengan menyalin tugas temannya.

Manik mata tak lepas memandang layar ponsel di genggamnya. Layar itu menampilkan ruang obrolan antara dirinya dengan seseorang di seberang sana. Kedua ibu jari begitu tangkas menyentuh layar untuk mengetik beberapa huruf.

Tristan
Lo mau join nggak clubbing malam ini? Kalo lo mau ntar gue jemput.

Risa
Nggak dulu.

Tristan
Kenapa?

Risa
Besok sabtu.

Tristan
Lo pikir gue nggak ada kalender? Gue tau besok sabtu, terus kenapa?

Risa
Kalo lo tau besok sabtu harusnya lo tau juga kalo besok sekolah, Bego. Gue nggak mau di sekolah nanti gue malah mual.

Tristan
Makanya lo minum jangan banyak-banyak. Dikit aja seukuran wadah tutup botolnya.

Risa
Mata lo. Nggak mau gue minum nanggung kek gitu.

Tristan
Atau nggak lo bolos aja, deh. Ngapain juga sekolah nggak ada manfaatnya.

Risa
Udah nggak beres nih anak.
Pokoknya gue nggak mau!
Kalo lo chat lagi gue blok lo!

"Bikin gue emosi aja," ketus Risa mengerutkan keningnya. Sedetik kemudian Risa memperhatikan ponselnya karena mendapatkan notifikasi pesan. "Ini siapa lagi yang chat. Awas aja kalo Tristan."

Sebuah nomor tidak dikenal baru saja mengirimkan pesan video padanya. Pesan itu dikirim orang tanpa nama juga tanpa foto profil sehingga menyulitkan Risa untuk mencari tahu identitasnya.

"Nomor siapa, sih? Nggak jelas banget tiba-tiba ngirim video."

Meski begitu Risa tetap membuka pesan itu untuk melunaskan rasa penasarannya. Ketika ia memutar video itu sepasang matanya membulat sempurna. Ternyata isi video itu adalah rekaman aksinya ketika memanjat pagar belakang sekolah. Bahkan di video itu terlihat celana pendeknya bergambar kartun Boboiboy yang ia kenakan saat itu. "Anjir," umpat Risa melempar ponselnya di ranjang.

Risa mengambil kembali ponselnya dan memperhatikan nomor itu dengan seksama. "Ini siapa sih yang rekam gue?" Nada bicara Risa naik satu oktaf. Dari wajahnya terlihat begitu murka.

"Tapi... bentar deh," timpal Risa mengubah ekspresinya dalam sekejap waktu. "Bukannya waktu itu cuma ada Adrian? Dia juga kelihatan kek lagi ngerekam."

Risa kembali menatap layar ponselnya. "Nggak salah lagi ini pasti Adrian," ucapnya tersenyum sumringah.

Risa terlihat begitu bahagia. Tergambar jelas dari antusiasnya merayakan kemenangan. Kemenangan karena Adrian yang dikenal ketus dan cuek mengirimkan pesan padanya. Risa begitu keriangan di atas kasur selayaknya orang yang baru saja memenangkan door prize satu unit mobil. Risa pun segera mengambil ponselnya hendak mengirimkan pesan pada nomor itu.

She's Dating a Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang