10. It Was Crazy Captain!

833 113 3
                                    

⁠❛❛Sejujurnya aku membenci si stupid itu, tapi sayangnya orang seperti dia hanya ada satu diantara banyaknya makhluk hidup di dunia ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⁠❛❛Sejujurnya aku membenci si stupid itu, tapi sayangnya orang seperti dia hanya ada satu diantara banyaknya makhluk hidup di dunia ini. ❞ —Xiang Qian



"Kapten, sebenarnya apa yang terjadi?" Samudera mendudukkan tubuhnya kembali saat Valerie mulai memberanikan diri untuk bertanya.

Sejujurnya dia benar-benar tak mengerti apa yang terjadi. Pertengkaran keduanya sejak tadi tak luput dari penglihatan mereka. Namun, mereka sama sekali belum memahami semuanya. Terlebih sikap co-captain mereka yang terlihat baru tersebut.

Tanpa memperdulikan pertanyaan itu, Samudera menutup kedua matanya. Ingatan tentang percakapan antara dirinya dan Barat kemaren malam masih terngiang di pikirannya. Satu-persatu petnjuk mulai bermunculan sekarang.

"Halo?"

Samudera diam, otaknya masih mencerna tentang panggilan telpon yang tak sengaja ini. Tadi dia iseng mencari keberadaan Barat hanya dengan modal mengingat nomor ponsel Barat, tapi Samudera tak menyangkanya jika mantan ketua kelasnya dulu masih menggunakan nomor ini.

"Baiklah, selamat mala—."

Saat terdengar kalimat itu, Samudera segera bersuara.

"Bar, ini gue, Samudera."

Harapan kecil Samudera rasakan ketika tak terdengar suara di seberang sana. Dia berharap Barat percaya akan suaranya.

"Kalian ke mana aja? Gue coba hubungi nomor kalian, tapi ga ada yang aktif. Cukup Atlas aja yang menghilang bak di telan bumi setelah kita berpisah."

"Sorry, Bar. Gue sama Utara lagi dalam masa yang sulit, kami terjebak dalam urusan misi dunia," balas Samudera sejujur - jujurnya.

Terdengar helaan napas di seberang sana.

"Sialan banget, kan, ya? Gue juga lagi apes banget kena masalah ini. Udahlah di negara orang, mana kena problem lagi. Pengen resign aja gue jadi manusia."

Balasan dari Barat mampu membuat Samudera mengernyit. Barat kena masalah juga?

"Apa yang terjadi sama lo?" tanya Samudera memberanikan diri.

"Wolf Hells benar-benar bertindak. Mereka bukan sekelompok mafia biasa, Sam. Lo inget kartu ancaman dari mereka? Gue gak tahu itu ditujukan untuk siapa dan apa tujuannya, tapi yang gue yakini satu hal. Ini semua ga jauh-jauh dari lima murid AHS yang dijadikan AI. Ini ga jauh-jauh dari Kakaknya Atlas dan teman-temannya," jawab Barat di seberang sana.

[✓] Genius Dangerous 2025 : Epsilon Academy SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang