25. Save Us II

648 96 17
                                    

Cuaca yang awalnya biasa saja, kini berubah menjadi ganas ketika badai salju menerjang. Daerah hutan yang menjadi batas antara Tibet dan pegunungan himalaya di terpa hujan tanpa berhenti. Merasuk jauh, sekitar 500 meter dari kawasan danau es, di sebuah goa terlihat begitu terang. Bayangan seseorang yang sedang duduk sembari mematahkan ranting pohon dan satu bayangan lainnya yang tampak tiduran menjadi pembuka kisah di mulai. Tak sedikit beberapa tumpukan salju juga masih mendiami goa ini.

Valerie terbangun, sakit tiba-tiba menyerang kepala tanpa permisi. Sembari memegangi kepalanya, gadis itu melihat Samudera yang terus mematahkan ranting pohon untuk memberi makan sang jago merah. Sedangkan Samudera sendiri langsung menoleh ketika gadis itu sudah terbangun.

"Gantilah pakaianmu. Jika tidak, kau akan demam. Maaf hanya itu yang aku dapatkan." Ucapan dari Samudera membuat Valerie hampir bingung. Namun, saat melihat sebuah sweater hitam yang cukup besar terletak di depannya, gadis itu akhirnya mengerti. Terlebih lagi, di dekat Samudera ada sebuah tas yang sepertinya sudah kosong dan seragam yang di pakai pemuda itu sudah tergantung rapi di belakangnya.

"Eum...kapten?"

"Ya?" Mendengar panggilan dari Valerie, Samudera langsung menoleh. Keduanya saling bertatapan cukup lama. Pemuda itu dapat melihat jika semburat merah muda yang samar terlihat jelas di wajah Valerie ketika dia menatapnya. Belum lagi pantulan cahaya api unggun memperjelas raut wajah gadis itu.

"B-bisakah kau berbalik?" tanya Valerie yang membuat Samudera seketika membalikkan tubuhnya.

"A-ah maaf." Kenapa Samudera tidak kepikiran. Seorang gadis sedang berganti pakaian, tidak mungkin dia menatapnya begitu saja.

Entah mengapa tiba-tiba dirinya jadi salah tingkah sendiri, jantungnya berdetak dua kali lipat lebih cepat. Melepas rasa gugupnya, pemuda itu mengambil sebuah batu kecil, lalu menggenggamnya sembari menarik napas secara bertahap guna meminimalisir rasa gugupnya.

Tiba-tiba ada yang memegang bahunya, membuat pemuda itu tak sengaja melempar batu yang dia pegang hingga mengenai dahi Valerie. Karena merasakan sakit di dahinya, Valerie langsung terduduk sembari mengusap dahinya. Sedangkan Samudera langsung mematung di tempat, dia benaran tidak sengaja. Namun, bukan itu yang membuatnya tidak fokus, melainkan....

"Yak! Di mana celananya?!"

Mendengar teriakan dari sang kapten tentu saja membuat Valerie terkejut. Belum lagi setelah berteriak, kaptennya itu langsung terjungkal ke belakang sembari menunjuk-nunjuk dirinya. Wajahnya terlihat panik, bahkan semburat merah muda terlihat jelas di wajah sang kapten.

Valerie segera menunduk dan melihat penampilannya. "Celananya kebesaran," jawabnya begitu polos.

Hampir saja Samudera mengumpat karena tidak tahu lagi kata apa yang harus dia ucapkan. Dengan perasaan yang tak terdefinisikan, pemuda itu bangkit dan duduk kembali di atas kayu besar yang menjadi tempat duduknya sejak tadi. Sesekali melirik gadis yang terduduk di atas tanah sembari menggosok kedua tangannya. Samudera juga dapat melihat, jika tubuh gadis itu terkadang gemetar, mungkin karena kedinginan. Padahal Samudera yakin, saat mereka memasuki goa ini, dirinya menemukan sebuah tas yang sepertinya milik tim lain yang tertinggal.

Dirinya juga sudah mencari pakaian yang pas untuk mereka kenakan, tapi dirinya tak menyangka jika tubuh Valerie cukup kecil untuk memakai pakaian yang dia cari tadi.

"Kemarilah," ajaknya pada Valerie yang menoleh kebingungan.

"Hah?"

Tak tahu harus merespon apa saat gadis itu kebingungan, Samudera merentangkan tangannya ke arah Valerie, tapi wajahnya malah menunduk. sedangkan Valerie yang mengerti maksud dari sang kapten, bergerak perlahan. Menerima rentangan tangan tersebut, lalu mendekap tubuh kokoh sang kapten.

[✓] Genius Dangerous 2025 : Epsilon Academy SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang