15. Sorry, Is Not You

723 104 9
                                    

⁠❛❛Ketika sudah lelah, hujan pun tahu kapan harus menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⁠❛❛Ketika sudah lelah, hujan pun tahu kapan harus menangis.❞ —Davide Choi

"KAU GILA DAVIDE!" Qian terus mengumpat kala Davide dengan sembrononya menembaki para penjaga karena penyergapan tiba-tiba kepada mereka. Qian hanya merasa, kecerobohan yang dilakukan Davide membawa mereka ke dalam situasi yang lebih rumit.

"DIAMLAH! APA AKU TAHU INI AKAN TERJADI?!" Davide membalas umpatan Qian. Telinganya panas mendengar perempuan itu mengumpatinya sedari tadi.

Samudera yang bersembunyi di balik ruangan lain dengan pintu terbuka hanya bisa memejamkan mata dan mengepalkan tangannya. Dirinya sungguh kesal saat ini. Tadi saat mereka melakukan teleportasi, tiba-tiba mereka di serang dari belakang yang mengharuskan mereka membatalkan teleportasi. Dirinya harus memulihkan tenaga kembali sebelum membantu menyerang, sebab tenaganya sudah terkuras ketika melakukan kemampuannya tadi.

Meletakkan tubuh Akio di sudut ruangan yang aman, Samudera menatap wajah Akio sebentar, disibaknya anak rambut sang lawan sehingga menampilkan bekas darah mengering di dahi membuatnya mengepalkan tangan semakin erat. Menghembuskan satu napas cepat, Samudera mengambil gun-nya dan bergerak cepat membantu Qian serta Davide yang berusaha melumpuhkan lawan.

"MENUNDUK!"

Qian dan Davide sontak menunduk mendengar perintah dari sang kapten, belum lagi ketika peluru yang melesat cepat melewati atas mereka dan melumpuhkan 5 penjaga yang menyerang mereka lagi.

Keduanya yang sedang menutup mata tadi kini membuka mata mereka dan melihat ke arah Samudera yang begitu mengerikan. Wajahnya yang penuh lebam tanpa ekspresi, tangannya yang memegang gun dengan posisi siaga serta tatapan tajam dan nyalang yang menusuk tajam ketika bersitatap.

"Ini sama seperti sebelumnya," gumam Qian begitu pelan. Qian ingat sekali, satu bulan lalu ketika untuk pertama kalinya EAS di serang oleh para proyek eksperimen, Samudera adalah satu-satunya orang yang berjuang keras menyelamatkan orang lain. Bahkan pemuda itu tak perduli jika dirinya sama terlukanya.

"Davide, bawa Akio bersamamu, Qian bersiap dan lindungi kami dari belakang."

Keduanya segera bersiap dan bergegas ketika perintah mutlak dari kapten terucap. Sedangkan si kapten menjadi tameng mereka untuk bergerak, menembak begitu tepat pada sasaran hingga jalan terbuka lebar.

"IKUTI AKU!" Tepat di pertigaan lorong, Samudera berteriak, memberi perintah untuk mengikutinya melalui lorong di sebelah kiri. Ketiganya terus berlari mengikuti sang kapten tanpa menurunkan posisi siaga mereka.

Merasa tak ada penjaga di lorong yang mereka lalui, Samudera membawa rekannya menuju ke arah pintu keluar yang berada di area belakang. Namun, ternyata apa yang dia harapkan salah, karena....

[✓] Genius Dangerous 2025 : Epsilon Academy SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang