6. Valerie's Brother

895 113 9
                                    

⁠❛❛Lihatlah, bahkan langit pun menangis melihat sikap manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⁠❛❛Lihatlah, bahkan langit pun menangis melihat sikap manusia. ❞—Osaka Akio





Di sebuah kamar yang begitu berantakan, Samudera hanya bisa menghela napasnya kala PTSD Utara kambuh setelah sekian lama. Samudera tak pernah mengira jika PTSD yang diderita Utara akan separah ini. Utara benar-benar lepas kendali seperti tadi. Namun, Samudera bersyukur saat temannya itu kini terlelap dengan begitu nyaman.

"Please, gue gak mau kehilangan lagi," gumamnya memohon. Samudera tak pernah setakut ini sebelumnya, hanya saja entah sejak kapan dirinya menjadi begitu lemah begini.

Apa mungkin, ini sifat naluriah manusia?

"Marsya, lo baik-baik aja, kan, di atas sana? Mereka nemenin lo, kan, di sana?" lirihnya kembali.

Samudera menoleh ke belakang ketika mendengar ketukan pintu, lalu tangan kirinya terangkat dan mengelus kepala Utara dengan lembut. Setelahnya pemuda itu bangkit dan berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

Saat pintu terbuka, Samudera mengernyit, ketika Qian, Davide, Akio dan Rafael berdiri di depan pintu. Wajah Qian dan Akio yang begitu lesu seolah mereka baru saja melakukan sesuatu yang melelahkan.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Davide penasaran. Sejujurnya dia begitu ingin tahu dengan apa yang terjadi.

Samudera adalah orang yang tidak bisa ditebak, termasuk juga si Utara, kapten mereka ini terkenal begitu tempramental, walau sekarang sudah berkurang. Namun, sikap tegas dan tak ingin dibantahnya begitu besar sehingga siapa pun yang pertama kali bertemu Samudera akan merasa jika Samudera adalah orang berbahaya. Lain halnya dengan Utara, wakil kapten mereka itu begitu pemalas dan hobinya tidur itu jauh lebih tak bisa ditebak. Saat baterai kehidupannya menipis, Utara akan terlihat begitu tak bersemangat menjalani kehidupan. Namun, saat baterainya full, tingkahnya jauh lebih gila dari Samudera. Dan juga, hanya Utara yang berani membantah seluruh perintah Samudera.

"Semuanya baik-baik saja," jawab Samudera setelah lama berdiam.

"Kau yakin, Kapten? Maksudku, selama dua jam kami mendengar kegaduhan dari dalam. Apa yang dilakukan si stupid itu kepadamu?" Qian bertanya karena perempuan China itu tak begitu yakin dengan jawaban sang kapten.

"Kembalilah ke kamar kalian, tidak usah ada yang berjaga, aku yang akan berjaga malam ini." Bukannya menjawab, Samudera malah memberikan perintah. Tentu saja, perintah ketua adalah mutlak dan tidak bisa dibantah.

Saat Samudera berjalan melewati mereka, Rafael dan Akio saling pandang ketika beberapa tetesan darah mengotori lantai saat Samudera lewat.

"Kapten, kau berdarah!" ujar Akio yang membuat Samudera langsung berhenti. Pemuda itu melirik lengannya yang terluka dibalik pakaiannya. Utara tadi menyerangnya menggunakan pisau, bahkan Samudera tak merasakan apa pun tadi.

[✓] Genius Dangerous 2025 : Epsilon Academy SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang