34. Kehamilan Rere

256 21 6
                                    

Kabar kehamilan Rere membuat semua orang ikut merasakan kebahagiaan. Apalagi orang tua Ares, begitu mendengar kabar hamilnya Rere, mereka langsung bergegas ke rumah putranya itu dan ini sudah hari kedua Tania dan Tio menginap .

"Akhirnya yang mama tunggu-tunggu. Mau cewek apa cowok nanti, semoga sehat ya kamu, nak. Cucu oma," ujar Tania mengusap-usap lembut perut Rere yang masih rata.

Rere tersenyum dengan sikap hangat yang diberikan oleh Tania. Ia merasa makin disayang dan diperhatikan. Sikap Tania memang tidak pernah berubah, sejak dulu bahkan sampai detik ini. Rere bersyukur akan hal itu. Meskipun Rere diuji oleh suaminya, tapi mendapat mertua yang baik dan menyayangi adalah nilai plus dalam segala hal. Lagipula juga ia sedang berusaha menjalankan misinya untuk membuat Ares jatuh cinta kepadanya dan melupakan Raisa sepenuhnya.

"Aamiin, ma."

"Ohiya, Re. Setelah ini mama sama papa pulang dulu ya ke rumah. Mama nginep lagi minggu depan."

"Iya, ma. Senyamannya mama aja."

"Mama sih sebenernya nyaman-nyaman aja di sini terus sampe kamu mau lahiran sekalipun. Tapi tau sendiri, kan, papamu itu gimana."

Rere mengangguk, sembari tertawa kecil. Sangat paham bagaimana Tio. Katanya, jika berlama-lama di rumah anaknya sendiri, Tio merasa tidak bebas karena tidak bisa bermesraan dengan istrinya ini. "Sayangnya papa ke mama nggak perlu diraguin lagi."

"Iya, Re. Mama beruntung dapet papa."

Ah, Rere juga ingin dicintai dan disayang sepenuhnya oleh seorang pria yang juga ia cintai. "Meskipun nggak sekarang, tapi semoga setelah kehadiran debay. Ares nggak dingin lagi ya, Re, sama kamu."

"Yang pastinya semoga tambah setia. Cukup dengan satu istri." Kali ini Tio menyambung. Suaranya terdengar dengan kencang dan jelas, membuat Ares yang juga sedang berada di situ mendengarnya.

"Papa nih, kayak anak kita selingkuh aja," ujar Tania memprotes. Merasa tidak terima saja saat mendengarnya.

Tio ikut bergabung, duduk di tengah-tengah antara Rere dan Ares. Lalu tangannya merangkul anak dan menantu kesayangannya itu. Saat tangan kirinya merangkul Ares, Tio sedikit memberi remasan pada bahu putranya itu. "Lah, siapa yang bilang selingkuh ke anak kita ini sih, ma? Kan papa cuma bilang semoga tambah setia dan cukup sama satu istri aja."

"Papa nggak salah, kan, Res?" Lanjut Tio menatap Ares, memberi senyuman hangat penuh arti.

Ares mengangguk kaku. "Iya, papa nggak salah kok, ma."

"Lagian tenang aja, ma. Anak kita ini dijamin setia, cukup sama Rere aja. Ya, kan, Res?"

Kali ini Ares diam saat mendengar pertanyaan Tio. Entah kenapa terdengar seperti sindiran.

"Yasudah, ma, kita pulang sekarang. Biarin pasutri ini menghabiskan waktu berdua," ujar Tio lagi. "Kapan lagi, kan, Ares punya waktu buat istrinya. Tau sendiri anak kita ini sibuknya kayak gimana." Lanjut Tio seakan menjadi kompor.

Rere yang mendengar semua kalimat Tio hanya tersenyum kecil, merasa geli. "Mama pulang dulu, ya, Re. Kalo ada apa-apa, langsung telepon mama."

"Iya, ma. Siap." Rere tersenyum lebar, sembari berpelukan dengan Tania.

"Kalo Ares macem-macem, langsung telepon papa, Re." Sambung Tio dengan nada sedikit mengancam.

"Res, jaga Rere baik-baik. Jangan dibikin sedih atau malah sampe nangis. Ibu hamil ini sangat sensitif. Harus dijaga perasaannya." Kini, Tania menatap putranya itu dengan lembut.

Ares mendengarkan dengan seksama kalimat Tania. Ia menganggukkan kepala. "Iya, ma. Pasti Ares akan jaga Rere baik-baik."

"Macem-macem sama Rere, awas aja kamu." Tio meremas pundak Ares dengan sedikit kencang, wajahnya juga terlihat serius membuat Ares mendadak menciut. Takut dengan papanya.

Kali ini, Ares hanya bisa mengangguk kaku menanggapi kalimat Tio. Sedangkan Rere, dalam hati ia tersenyum senang. Merasa benar-benar dibela oleh papa mertuanya itu.

💐

"Kudengar Rere hamil." Kalimat Raisa membuat Ares menaikkan sebelah alisnya heran. Dari mana Raisa tau perihal kehamilan Rere? Karena ia belum memberitahukan hal ini padanya. Hanya keluarganya, juga Serena yang sudah tau. Bahkan sahabatnya pun, Ares belum memberitahunya.

"Tau dari mana?" tanya Ares tidak bisa menahan rasa keingintahuannya.

"Apa yang tidak aku ketahui? Aku tau semua tentangmu, sayang." Raisa tersenyum hingga matanya menyipit. Jawaban Raisa membuatnya sedikit menaruh curiga. Padahal sebelum-sebelumnya, Ares selalu mengabaikan ataupun menganggap apa yang Raisa lakukan adalah hal biasa. Namun, sekarang entah kenapa ia merasa sedikit aneh. "Kamu tidak pulang?" Lanjut Raisa bertanya.

"Tumben bertanya aku tidak pulang. Biasanya kamu selalu menahan, jika aku ingin pulang."

"Karena aku tau Rere sedang hamil. Jadi, sepertinya aku harus sedikit mengalah, kan?" tanya Raisa. "Aku tau, wanita hamil tidak boleh stress."

"Lagipula setelah Rere melahirkan, kamu juga menceraikannya, kan." Lanjutnya membuat Ares terdiam. Cerai? Bahkan kata itu sekarang terdengar sangat sensitif baginya. Ares juga tidak akan menceraikan Rere, meskipun ia masih mencintai Raisa.

Pilihan yang sulit saat dirinya terjebak pada 2 hati dengan pemilik yang sama, yaitu dirinya.

"Ya, kamu benar. Aku seharusnya sudah pulang," ujar Ares melihat jam di layar ponselnya. Sekarang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Pasti Rere menunggunya. Apalagi wanita itu tau, ini adalah jadwal pertemuannya dengan Raisa. "Aku pulang dulu." Lanjutnya mengecup kening Raisa sekilas.

Setelah kepergian Ares, Raisa kembali masuk ke dalam. Lalu memberi kode pada seseorang untuk keluar, karena sudah aman. Antonius keluar dari persembunyiannya. Ada ruangan di balik rak buku yang mana hanya Raisa dan Antonius yang mengetahuinya. "Sedikit lagi, honey. Setidaknya sampai Ares menceraikan Rere."

"Benar, baby. Ares menceraikan Rere saja, rencana kita sudah termasuk berhasil."

"Kira-kira, apa rencanamu untuk Rere?"

"Meskipun aku sudah mencintaimu, entah kenapa aku masih tidak terima jika Rere berhasil merebut Ares dariku." Raisa menyandarkan kepalanya pada dada bidang Antonius dengan pria itu memberikan usapan-usapan lembut pada kepala kekasihnya.

"Kamu bahkan bisa merasakan, Ares sudah menaruh sedikit rasa pada Rere. Apalagi sekarang wanita itu sedang mengandung anaknya."

"Tenang saja, honey. Yang perlu kamu lakukan adalah terus dekat dengan Ares hingga membuatnya bergantung padamu. Seperti sebelumnya."

"Ya, kamu benar. Yang harus dilakukan adalah membuat Ares dan Rere bercerai. Kamu menikah dengannya dan kamu mengandung anaknya. Setelah itu ceraikan dia saat kamu berhasil mendapatkan semua harta yang dimilikinya."

Raisa mengangguk sembari tersenyum lebar. Dulu, ia memang mencintai Ares dengan begitu tulus. Usia pernikahan Ares dan Rere yang pertama, kedua, ketiga, keempat hingga kelima Raisa masih bisa menahan semua. Berpikir jika ia masih bisa melewatinya. Raisa juga beranggapan bahwa ia tidak akan cemburu dengan Rere, karena ia tau Ares hanya mencintainya. Namun, semua itu patah saat Raisa tau jika Ares selalu merayakan hari pernikahannya dengan Rere. Meskipun tidak ada Rere di sana. Hanya Ares. Pria itu merayakannya sendiri. Saat itulah, Raisa merasa kecewa dan terluka.






















Btw, sudah update di KaryaKarsa sampai part 58 ya!
@thxyousomatcha

Beautiful Heart (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang