Sejak tadi, Ares tidak bisa fokus pada aktivitasnya. Ah, tidak sejak tadi melainkan sudah 2 minggu berlalu. Antara Rere atau Raisa yang membohonginya, Ares masih belum tau. Semua terasa meyakinkan. Rere dengan kebenaran tentang Raisa yang hampir mencelakai wanita itu. Lalu Raisa dengan berita tentang Rere yang tidur dengan pria lain. Anehnya, kenapa Ares harus merasa marah dan cemburu? Dirinya tidak sedang menaruh rasa pada Rere, kan?
“Kuliat sejak beberapa hari ini, kamu selalu tidak fokus? Ada masalah dengan Rere?” tanya Steven yang memang sejak kemarin terus memperhatikan gelagat Ares.
“Woy!” seru Steven karena merasa diabaikan oleh Ares.
Ares terkejut, menatap Steven tajam. “Santai aja. Kenapa harus teriak?”
“Lagian diajak ngobrol dari tadi nggak nyaut. Mikirin apa sih?”
“Nggak mikirin apa-apa. Gimana?”
“Ada masalah sama Rere?”
Ares menggeleng dengan kaku, memilih diam. Karena Steven dan Serena tidak mengetahui tentang foto yang diberikan Raisa padanya. “Lalu bagaimana pak Handoko? Sudah ada kabar terbaru?”
“Dia sedang diselidiki,” balas Ares singkat. “Bagaimana hubunganmu dengan Serena, ada peningkatan?” Lanjutnya mengalihkan pembicaraan.
Steven mendengus, karena tau jika Ares sedang mengalihkan pembicaraan, tapi tidak apa. Sangat jarang seorang Ares penasaran dengan hubungan asmaranya. Dia tidak akan bertanya, jika tidak Steven yang berinisiatif untuk bercerita. “Peningkatan yang sangat pesat untuk seorang Serena yang baru saja sembuh dari luka dari masa lalunya.”
“Wanita itu benar-benar membuka hati dan mempercayakan semua padaku. Aku merasa beruntung.” Lanjut Steven dengan senyum tulusnya.
“Jika begitu jangan sakiti dan kecewakan dia,” balas Ares menanggapi.
“Tumben bijak. Tapi, kalimat itu lebih cocok untukmu, Res.” Steven menatap Ares dengan tanpa rasa bersalah, tersenyum lebar.
Ares balas tersenyum. “Hati siapa yang aku sakiti dan kecewakan?” tanyanya dengan santai, tanpa rasa bersalah. Meskipun dalam hatinya berkata lain dan tau jawaban dari pertanyaannya sendiri.
Steven pura-pura terkejut, menatap Ares tidak percaya. “Wah, aku tidak menyangka kamu sejahat ini, Res.”
“Sepertinya memiliki dua istri sangat seru?” Lanjut Steven bertanya. “Jika nanti kamu sudah bercerai dengan Rere, aku nikahi saja dia?”
“Rere dan Serena, mereka akan akur, kan, jika menjadi istriku?” tanya Steven bercanda, sambil tersenyum menggoda. “Ya, kupikir itu ide yang baik.”
Mendengar kalimat candaan Steven membuat Ares menatapnya kesal dan tidak terima. Membayangkan jika Rere menjadi milik orang lain, entah kenapa membuatnya tidak terima. “Dia tidak akan menjadi milikmu atau orang lain, Stev.”
“Mencintainya, eh?” tanya Steven menggoda. “Sudah memiliki rasanya padanya?”
Ares diam, enggan menjawab. Perkara hal ini, ia bahkan belum bisa memastikan bagaimana perasaannya yang sebenarnya. Raisa dan Rere. Mereka memiliki tempat masing-masing di hatinya. Entah, Ares tidak bisa menjelaskannya. Karena pada intinya, ia tidak mau kehilangan keduanya. Egois memang. Tapi, itulah Ares. Meskipun ia tau, menahan Rere sama saja menyakiti dan melukai hati wanita itu.
Antara dua hati, mana yang akan menjadi pelabuhan terakhir Ares?
💐
Jika saja Rere tidak mengandung, ia pasti sudah memilih untuk mengakhiri hidupnya saja. Sejak Ares lebih mempercayai Raisa daripada dirinya, Rere merasa hidup di neraka. Begitu menyiksa. Daripada selalu di rumah dan merasa tidak nyaman, Rere memilih untuk tetap menjaga toko di masa kehamilannya. Padahal rencana awal, Ares tidak memperbolehkan dirinya untuk banyak beraktivitas demi kebaikan bayi yang ada di dalam kandungan. Bahkan tadi pagi pun saat Ares tau jika dirinya akan pergi ke toko bunga, pria itu diam mengabaikan. Tidak melarangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Heart (On Going)
RomansaStart: 08 September 2023 Finish: Bagaimana jika kamu menjadi pelakor untuk merebut suamimu sendiri? Pernikahan karena perjodohan tidak lagi menjadi suatu hal yang mengejutkan. Surat wasiat yang ditulis oleh Hanung membuat Ares menikahi wanita yang...