Sejak tadi, Rere tidak beranjak dari tempatnya. Sudah 5 jam lebih, ia duduk di samping batu nisan sembari meletakkan kepalanya di sana. Langit yang tadinya cerah, kini berubah menjadi gelap. Awan hitam mulai menutupi matahari. Semilir angin mulai berhembus dengan tenang. Menandakan jika sebentar lagi hujan akan turun.
Rere bahkan tidak berniat untuk beranjak, meskipun tau jika sebentar lagi hujan akan datang. Entah kenapa, setiap kali ia datang ke sini selalu merasa tenang. Ah, tentu saja. Karena di sinilah sekarang, tempat keluarganya berada. Ingin sekali, Rere ikut bergabung tetapi sepertinya Tuhan masih sangat sayang padanya dan memiliki sesuatu hal yang sepertinya akan membuatnya bahagia. Lagipula Rere juga percaya, selalu ada kebahagiaan yang datang setelah kesedihan. Seperti akan ada pelangi setelah hujan reda. "Rere kangen sekali sama kalian," gumamnya menatap satu-persatu nisan yang berjajar.
"Tolong jaga Rere dari sana ya. Kali ini Rere ingin menjadi sosok yang lebih kuat dan berani." Lanjutnya. "Rere tidak ingin menjadi lemah lagi."
"Bersama dengan kak Ares tujuh tahun terakhir ini, benar-benar menguji Rere." Rere terus saja bercerita, meskipun ia tau tidak akan ada yang menanggapi. Ah, tentu saja, kan.
"Kalian tau, hati Rere terlalu sakit setiap kali melihat kak Ares dan kekasihnya yang masih bersama. Bahkan sampai detik ini." Rere menarik napas, lalu menghembuskan perlahan sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. Selain itu, Rere tidak bisa menahan air matanya untuk tidak terjatuh. "Tapi, mulai detik ini Rere janji. Rere akan memperjuangkan kak Ares. Membuat kak Ares menatap Rere dan tentunya juga mencintai Rere. Doakan Rere ya. Rere sayang sekali dengan kalian."
ᥫ᭡
Entah sudah berapa kali, Ares menghembuskan napasnya kasar karena menghadapi tingkah Raisa yang sedikit menyebalkan baginya. Sejak tadi, kekasihnya itu terus saja menanyakan hal yang sama berulang kali. "Kamu tidak benar-benar mengkhianatiku, kan?"
"Kamu bilang padaku jika belum siap membuatnya hamil. Kamu juga bilang, jika kamu belum pernah sama sekali menyentuhnya?" Lanjut Raisa. "Lalu, kenapa ada tanda kemerahan di leher dan sekitar dadanya."
"Stop! Harus berapa kali aku jelaskan?" tanya Ares. "Bukan aku yang menyentuhnya, astaga!"
"Lagipula bukankah kamu mendengar sendiri dari mulut Rere? Dia bahkan secara tidak langsung menjelaskan jika memiliki kekasih."
"Aku hanya merasa ragu saja," ujar Raisa dengan suara merajuk. "Jangan marah."
"Kamu sendiri yang berkata padaku, jika kita sedang bersama tidak boleh membicarakan Rere? Tapi kenapa akhir-akhir ini kamu selalu saja membicarakannya?" tanya Ares. Sepertinya pria itu sudah habis kesabarannya pada Raisa.
Raisa yang melihat Ares marah, langsung memeluk kekasihnya itu. Menyandarkan kepalanya pada dada bidang Ares. "Maaf ... jangan marah."
"Aku tetap menyempatkan waktuku untuk bertemu denganmu, di saat masih ada masalah pada proyekku. Jadi, bekerjasamalah untuk tidak membuatku semakin pusing."
"Maaf ... maaf," ujar Raisa dengan cemberut.
Ares mendorong pelan tubuh Raisa, agar menjauh darinya. Lalu berdiri dari duduknya. "Aku akan ganti baju sebentar. Tunggulah di sini atau jika merasa bosan pilihlah film terlebih dulu."
Raisa mengangguk, menyandarkan tubuhnya di sofa dan mengambil remote. Ia menyalakan tv dan memilih beberapa serial yang ingin ditontonnya. Sembari menonton film yang sedang diputar, Raisa juga memakan snack yang sudah Ares siapkan tadi untuk mereka. Tidak berselang lama, Ares datang dan ikut bergabung duduk di samping kekasihnya. Kini, mereka fokus pada film yang sedang terputar.
4 jam berlalu. Mereka sudah menonton 2 film. Hawa dingin karena mendung yang hadir, mampu mereka rasakan walau dari dalam rumah. Tidak berselang lama, Raisa mendapat telepon dari orang tuanya, yang menyuruh wanita itu untuk segera pulang karena ada hal penting yang harus mereka bahas. Alhasil, Raisa pulang tanpa diantar Ares. Karena Raisa tidak ingin, munculnya Ares bersama dengan mereka, memunculkan pertanyaan dari kedua orang tuanya. Ya, karena setelah Ares menikah, mereka menjalani hubungan secara backstreet. "Aku pulang dulu dan aku minta maaf karena membuatmu marah, sayang." Raisa mengecup bibir Ares singkat.
"Tidak perlu minta maaf," balas Ares tersenyum hangat. "Hati-hati di jalan, sayang."
Setelah kepergian Raisa, Ares menatap langit yang begitu gelap. Angin yang menerpa wajahnya berhembus begitu kencang. Tiba-tiba saja, terlintas di benaknya memikirkan Rere. Di mana gadis itu? Batinnya bertanya. Di garasi, Ares tidak melihat mobil milik Raisa. Ia lalu melangkahkan kakinya ke arah pos satpam. Menanyakan apakah Rere memberitahukan pada pak Prapto ke mana istrinya itu pergi.
"Pak, Rere memberitahukan akan pergi ke mana?"
"Nak Rere tidak memberitahu bapak ke mana perginya. Tapi tadi, nak Rere bilang kangen sama orang tuanya."
Ares mengangguk mengerti. "Pras ada di rumah, pak?" Pras adalah anak pak Prapto yang juga ikut bekerja di sini.
"Ada, nak Ares. Bapak panggilkan dulu," ujar pak Prapto sebelum berlalu memanggil anaknya. Rumah pak Prapto berada di belakang rumah besar milik Ares.
Sembari menunggu Pras, Ares mencoba untuk menghubungi Rere, tetapi tidak kunjung ada jawaban. Apalagi mendengar penjelasan pak Prapto yang berkata jika Rere sedang merindukan orang tuanya membuat ia kepikiran. Bagaimanapun juga, Rere tetaplah gadis kecil yang malang di matanya.
Pak Prapto muncul dengan Pras yang ada di sampingnya. Ares lalu memberi instruksi pada Pras untuk mengambil mobil. "Ikut saya mencari Rere. Setelah Rere ketemu, mobilnya bawalah pulang."
Pras mengangguk. "Baik, mas Ares."
Selama perjalanan menuju makam keluarga Sanjaya, hujan turun begitu lebat hingga membuat jalanan tidak terlihat dengan jelas. Ares juga terus mencoba untuk menghubungi Rere, meskipun hasilnya sama saja. "Akhir-akhir ini memang saya sering melihat mbak Rere pergi ke makam setelah pulang dari toko bunga." Pras membuka suara, hanya berniat ingin memberitahukan pada Ares saja apa yang dilakukan oleh Rere akhir-akhir ini selain hanya pergi ke toko bunga.
"Setelah ini terus laporkan pada saya, ke mana saja Rere pergi selain ke toko bunga, Pras."
Pras mengangguk patuh. "Baik, mas."
Pras memarkirkan mobilnya setelah sampai di makam. "Tidak perlu ikut turun, Pras. Langsung pulang saja."
"Saya tinggal langsung, mas?" tanya Pras memastikan. "Saya tunggu di sini saja, jika begitu."
"Tidak perlu. Pulang saja," ujar Ares membuat Pras mengangguk tanpa membuka suaranya lagi.
Ares mengambil payung, lalu membuka payungnya saat pintu sudah terbuka. Ia berjalan memasuki wilayah makam disertai dengan hujan yang turun begitu lebat dengan disertai angin. Bahkan payungnya yang berukuran besar tidak mampu melindunginya dari cipratan air hujan. Tidak jauh dari jaraknya berdiri, Ares dapat melihat tubuh Rere yang terduduk sembari memeluk batu nisan, di tengah guyuran hujan. "Bodoh," gumam Ares mengumpat. Bagaimana bisa, Rere tetap diam di tempatnya dengan membiarkan hujan membasahi tubuhnya. Apakah gadis itu ingin sakit? Batinnya dengan kesal.
Ares segera menyusul Rere dengan langkah lebar. "Berdiri," ujarnya dengan suara yang sedikit keras, saat sudah berada tepat di samping Rere.
Rere yang samar mendengar suara yang terasa familiar, mendongakkan kepala. Manik mata mereka saling tertaut. "Kak Ares?"
"Berdiri, Re." Mendengar suara Ares yang terasa dingin, membuat Rere langsung bangun dari posisinya. "Kunci mobil."
Rere memberikan kunci mobil pada Ares dan pria itu langsung menerimanya. Tanpa banyak bicara, Ares meraih tangan Rere untuk digenggamnya, sehingga mereka jalan bersamaan. Sedangkan Rere, ia menatap tangan mereka yang saling terikat satu sama lain dalam diam.
***
Btw, The Sunset Is Beautiful Isn't It? sudah tersedia sampai part 14 di KaryaKarsa dan KBM App.
Jadi, di sana kisah Ares dan Rere akan di-update lebih awal daripada di wattpad ya. Untuk jadwal updatenya mulai bulan Agustus di wattpad, satu minggu 1 kali. Sedangkan di KaryaKarsa dan KBM App satu minggu bisa 2 atau 3 kali update.
Begitu ya. Yang uda penasaran sama kisah Ares dan Rere bisa langsung cusss ke KaryaKarsa dan KBM App-ku. Usernamenya » thxyousomatcha
Thx u!
27 August 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Heart (On Going)
RomanceStart: 08 September 2023 Finish: Bagaimana jika kamu menjadi pelakor untuk merebut suamimu sendiri? Pernikahan karena perjodohan tidak lagi menjadi suatu hal yang mengejutkan. Surat wasiat yang ditulis oleh Hanung membuat Ares menikahi wanita yang...