35. Fakta Baru

247 20 3
                                    

Ares memang tidak mengatakan ke mana perginya dia kepada Rere. Tapi, Rere tau jika suaminya itu pergi menemui kekasih gelapnya. Apalagi story terbaru dari Raisa sudah menjawab semuanya. Sekarang, ia sedang menunggu Ares pulang. Malam sudah menunjukkan pukul 22.39. Sejak tadi, Rere masih duduk di sofa dengan ditemani beberapa camilan untuk menunggu Ares. Sesekali juga ia bermain sosmed untuk menghilangkan bosan dan rasa kantuk. Tidak berselang lama, Ares datang dengan membawa beberapa kantong plastik.

“Re ... aku kira kamu sudah tidur.” Ares sedikit terkejut saat melihat Rere yang ternyata masih berada di ruang bersantai. Menunggunya, eh? Batinnya bertanya.

Rere menggelengkan kepalanya. “Belom. Aku nggak bisa tidur. Jadi, aku putuskan untuk menunggu kak Ares.”

“Tadi saat pulang, aku melihat penjual martabak. Aku inget sama kamu, terus aku beli martabak manis kesukaanmu.” Ares tersenyum, ikut bergabung duduk di samping Rere dan meletakkan beberapa kantong plastik yang dibawanya di atas meja. “Aku juga beli susu hamil dan beberapa camilan, untuk stok juga.”

Rere menatap Ares dengan senyum hangat. Apakah kehamilan membuat kak Ares benar-benar perhatian dan peduli padanya? Ah, tidak. Karena Rere mengandung, tentu saja Ares akan lebih perhatian. Lagipula itu ditujukan untuk bayi mereka, kan? Bukan dirinya. Tapi meskipun begitu dan apa pun niat Ares, Rere tetap menyukainya. “Makasih, kak.”

Ares mengangguk, memberikan usapan lembut pada kepala Rere. “Makanlah.”

Rere menikmatinya dengan senang hati. Sejak tadi, ia memang sedang membayangkan martabak manis. Apalagi di sosmednya lewat berbagai video makanan yang membuatnya menahan keinginan untuk membelinya. “Tadi, sambil nunggu kak Ares, aku juga sambil scroll sosmed, kan.”

“Terus video tentang makanan yang enak-enak pada lewat, bikin aku pengen. Eh kak Ares pulang-pulang bawa martabak.” Lanjut Rere bercerita.

“Kalo memang ada yang kamu pengen dan aku lagi di luar, kabarin aja, Re. Aku bisa mampir beli sebelum pulang, kan,” balas Ares. “Jangan sampe kamu nahan makanan yang kamu pengen ya, Re. Kasian, nanti anak kita ngiler.”

Rere merasakan wajahnya memanas dengan perasaan yang menghangat. Saat Ares menyebut bayi kita, benar-benar mengejutkannya. Ia hanya merasa tidak menyangka, Ares akan mengatakan itu. Memang terdengar biasa bagi siapa saja yang mendengar. Tapi, akan berbeda jika itu dikatakan pada suatu hubungan seperti mereka. Akan terasa indah dan membahagiakan.

“Sebenernya ada yang aku pengen sejak kemarin,” ujar Rere menjelaskan. Melihat waktunya sangat tepat karena Ares juga baru saja menyinggung hal itu.

“Apa itu, Re?” tanya Ares dengan sepenuhnya menatap Rere. “Astaga, Re. Pelan-pelan aja makannya. Tenang, nggak akan ada yang minta.” Lanjutnya dengan geli, melihat Rere yang sibuk dengan martabak manisnya hingga membuat pipinya menggembung.

Rere menoleh, ternyata Ares sedang menatapnya dengan geli. Ia memajukan bibirnya, sehingga itu terlihat semakin menggemaskan di mata Ares. “Jangan liat aku, kak.”

“Kamu lucu.” Ares dengan iseng mengambil ponsel di sakunya, membuka aplikasi kamera dan tidak lupa menyalakan flash. Lalu dengan segera mengambil foto Rere dengan ekspresi lucunya.

“Ihhh, kak Ares!” seru Rere tidak terima. Ia tidak menyangka jika Ares akan memfotonya. “Hapus nggak!"

Ares menggeleng, tanda ia menolak permintaan Rere. “Maaf, kali ini aku nggak akan nuruti kamu, Re.”

“Kak Ares mau anak kita nanti ileran?”

“Aku percaya, untuk masalah ini dia nggak akan ileran. Malah bakal setuju sama apa yang dilakuin papanya ini.”

Beautiful Heart (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang