008 : KETURUNAN MURNI

26 5 0
                                    

"Jadi, maksud lo, gue itu, orang lain yang ada di tubuhnya, Hanum itu?" tanya Arum dengan wajah tidak bersalah.

Setelah mendapatkan penglihatan aneh mengenai dirinya, dan Jihoon, Arum merasa ada yang janggal, dan meminta Jihoon untuk menjelaskan semuanya, tepat di saat permintaannya itu Hyunsuk berkunjung di rumah Jihoon, itulah yang membuat mereka menjelaskannya secara bergantian, agar tidak terjadi kesalahpahaman.

"Nope, I mean, kamu itu kamu, cuma Hanum, sosok kamu ini yang dikenal Jihoon dulu, menghilang dari diri kamu, dan yang tersisa hanya kamu," ucapan Hyunsuk hanya di angguki kepala oleh Arum, "lalu kamu merasa apakah dari dulu kamu sudah hidup?"

Arum mengangguk cepat, "tentu, ada satu orang terdekat gue yang banyak tau soal gue, cuma gue ga inget nama ataupun wajahnya, dia suka wangi mint, dia ga suka kopi sama susu, dia... Gue lupa tempatnya, cuma dia selalu ngajak gue ke tempat yang gue suka buat beli anting," ucapan Arum yang terdengar begitu bersemangat kala menceritakan tentang hal mengenai Arum dan dia, membuat Jihoon secara tak sadar tersenyum tipis.

Rupanya memori ingatan itu masih ada dan melekat di benak Arum, dan rupanya walaupun Arum melupakan namanya dan wajahnya, Arum masih mengingat dimana keduanya masih sedekat nadi dan detak jantung yang bertaut, sebelum akhirnya menjadi seperti ini.

"Apa yang lo inget sebelum lo sadar sore tadi?" tanya Jaehyuk.

Itu membuat senyuman di wajah Arum perlahan menyusut dan pudar, "gue ga tau itu mimpi atau kenyataan dan yang gue inget, laki-laki itu, tarik rambut gue, dan bikin gue ga bisa nafas dengan.. sungai," nafas Arum tercekat, ia hampir tidak sanggup mendeskripsikan apa yang dialaminya, bahkan ia merasa jika itu semua mimpi belaka.

Senyuman yang tadinya sedikit nampak di wajah Jihoon memudar seketika, tangannya meremat kuat seakan seluruh emosinya berada di sana, "rambut gue, ditarik lagi, itu, sakit, sakit banget, dia ambil kayu, kepala gue di pukul sekeras mungkin sama dia, sampai, gue ga sadar, gue masih takut soal itu, gue ga tau itu nyata atau mimpi, gue ga tau, gue sempet manggil nama orang, sebelum gue ga sadar."

"Siapa?" tanya Jaehyuk, dan dibalas gelengan kepala Arum tanda ia tak mengingatnya dengan jelas.

Jihoon mengeraskan rahangnya kala mengingat ekspresi dan kata-kata yang keluar dari mulut Hanum saat kepala Hanum sakit sore tadi, "Ji, sakit."

"Lo tau soal, identitas diri lo sendiri?" tanya Hyunsuk menyerahkan cermin yang entah tadi berasal darimana, dan Arum menerimanya, ia dapat melihat dirinya sendiri, tapi dengan beberapa yang berbeda wajahnya lebih berbinar bahkan matanya yang berwarna kuning oranye itu membuatnya menghela nafas lirih.

"Hm, orang tua gue udah jelasin semuanya sebelum mereka meninggal," lirih Arum, "dan gue mau jujur kalau sebenarnya gue ngerasa diri gue sempet ga sadar dan ngelewatin banyak hal tanpa gue tau."

"Maksud lo?" tanya Hyunsuk.

"Kepribadian lain?" sanggah Jaehyuk.

"Gue beneran ga yakin soal itu semua, gue ga bisa bedain antara mimpi dan dunia nyata, antara orang lain atau gue sendiri, antara.." ucapan Arum terhenti sejenak dan kemudian bibirnya berucap, "hidup atau mati."
























—🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘—

























Jeongwoo menatap jenuh melihat dari tenda panitia, ia melihat jam yang melingkar di tangannya dan kembali melihat di lapangan pertandingan, cemas, entah apa yang ada dipikirannya, hanya perasaan cemas yang berkecamuk dalam dirinya.

CINDAKU : THE SEVENTH GENERATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang