013 : TAHTA

16 4 0
                                    

"Manusia berisik," decihnya menghilang dari sana, dan dalam sekejap kedipan mata pria yang berteriak tadi jatuh terkapar dengan kepala yang terpisah dari tubuhnya.

"Jihoon," batin Ghina menatap tak percaya apa yang dilihatnya, benar lelaki itu adalah Jihoon, yang kini menampakkan dirinya di pojok ruangan dengan santai menyandarkan tubuhnya disana dengan melihat kuku jarinya yang tajam.

"Jadi gimana? Kalian mau lanjut?" tanya Jihoon kepada orang-orang yang merinding ketakutan melihat mayat tangan kanan pemimpin mereka yang entah berada dimana, beberapa orang di barisan belakang mundur perlahan, lorong gelap itu membuat tiga orang itu ketakutan, hingga suara geraman membuat mereka membalikkan badannya secara bersamaan.

Lelaki berjaket hitam itu diam di ujung lorong menatap ketiga orang itu, "kenapa terburu-buru? Hm?" tanya-nya dengan nada yang cukup rendah.

"Sial!" ketiga orang itu menodongkan senjata padanya, dan ada satu orang yang tak sengaja menembakkan peluru pada bahu lelaki yang hanya terkekeh setelah berhasil menangkap peluru itu.

"Kalian memanggil kami kan? Lalu kenapa kalian tidak menikmati jamuan malam?" tanya lelaki itu dengan tatapan mengerikan, "dan malah menyerang, tuan rumah."

'buak'

Lelaki itu menendang ketiga senjata yang diangkat oleh masing-masing orang itu, ia mencakar salah seorang yang ingin memukulnya, disaat pertarungannya bersama tiga orang itu tiga orang yang tersisa hendak ingin membantu tapi mengurungkan niatnya kala melihat seekor harimau berwarna putih berjalan menuju mereka dengan tatapan mengerikan.

'jleb'

Seseorang yang hendak menusuk lelaki itu menggunakan pisau kecil itu tertusuk dengan senjatanya sendiri, netranya melihat pada seorang yang berada di belakang lelaki itu dengan netra biru, darahnya seakan mengalir lebih deras keluar dari sana, ia tak sanggup untuk berdiri dan jatuh pingsan.

Lelaki itu menarik tubuh kedua orang yang mencoba menghindarinya dan melemparkan tubuh kedua orang itu ke tanah hingga dapat dirasakan jika tulang mereka nyaris hancur, disaat keduanya mencoba bangkit berdiri keduanya dapat melihat lelaki itu berjalan mundur dan ada seorang lelaki lainnya yang berjalan biasa mengitari keduanya dan disaat itu juga keduanya hanya dapat merasakan sakit sementara dan dengan netra yang terpejam 8 detik setelahnya.

"Apa yang kalian lakukan disini, hm?" tanya seorang lelaki itu setelah memutuskan kepala kedua orang itu, dan berjalan santai menuju arah ke-tiga orang yang tersisa.

"Ah, lo ga suka tamu ga diundang ya Jae? Lo butuh bantuan? Atau lo mau beresin semuanya sendiri?" tanya Jihoon yang melihat kuku-kuku jarinya dengan sangat amat santai.

Mendengar kata-kata itu Jaehyuk terkekeh, tiba-tiba ia berada di depan ketiga lelaki itu, "rupanya kalian tidak tau etika ya?" tanya Jaehyuk dengan senyuman manis yang terlihat manis namun juga mengerikan.

Seorang diujung sana yang tidak begitu diperhatikan Jaehyuk nampak menarik pelatuk pistol yang dibawanya, "hm, kalian tidak mau dengan jalan damai ya, baik, ini pelajaran etika terakhir untuk kalian, jangan masuk ke rumah orang tanpa diundang."

'duak'

'bruak'

'dor'

"Yang satu ini merepotkan," kekeh Jihoon menarik tubuh seorang yang tadi sempat menarik pelatuk pistolnya, ia menghempaskan tubuh orang itu hingga menabrak dinding di ujung lorong sana, "Jeongwoo," panggil Jihoon saat melihat adik terakhirnya itu malah menatap lelaki itu biasa saja.

Jeongwoo mengalihkan perhatiannya pada Jihoon, "lo ga mau?" tanya Jihoon dengan seringai kecilnya.

Jeongwoo tersenyum miring, "pake nanya, gue paling suka makhluk bar-bar kayak gini, ayo kita mulai bro..."

CINDAKU : THE SEVENTH GENERATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang