Bel istirahat berbunyi beberapa anak kelas memilih untuk ke kantin atau juga sekedar berbincang-bincang dikelas, "Ghe, ayo ke kantin, abis tu gue ajak keliling sekolah," ucapan Arla dijawab anggukan kepala oleh Ghea yang kemudian meninggalkan kelas itu bersama dengan Arla.
Sedangkan Jeongwoo ia menyandarkan dirinya di kursi yang didudukinya, "gimana rasanya ga ikut organisasi sekarang?" tanya Asahi tanpa menoleh pada Jeongwoo.
"Enak juga, lo sendiri ikut organisasi atau..?" tanya Jeongwoo menoleh Asahi.
"Heem, gue ikut organisasi sama kayak lo dulu," lirih Asahi membalik halaman bukunya.
Sejenak tak ada perbincangan diantara mereka, dan saat kelas benar-benar sepi, karena anak-anak yang masih tersisa di kelas tadi memilih keluar, Asahi membuka percakapan kembali, "apa lo tau persis kedudukan lo?" tanya Asahi.
"Kedudukan?" Jeongwoo terdiam sejenak karena ia masih mencerna kata itu, ia pernah mendengarnya namun juga tidak, dan ucapan Asahi pasti merujuk pada identitas mereka.
"Hm, kalau kedudukan berdasarkan status, antara kedudukan paling atas pewaris tahta atau Garuda, kedudukan tengah, Arjuna, Ksatria dan Srikandi, kedudukan bawah, mereka yang bisa dibilang rakyat yang membersamai kedudukan diatas mereka," lirih Asahi, "atau juga," ucapan Asahi kini membuat atensi Jeongwoo terpusat padanya.
"Kedudukan berdasarkan kelahiran, dimana yang mereka terlahir sebagai keturunan murni berada di tingkat paling atas, mereka yang terlahir sebagai pelindung dan penjaga berada di tingkat tengah, dan tingkat paling bawah, mereka yang terlahir sebagai.. campuran," Asahi menutup bukunya kemudian menoleh pada Jeongwoo.
"Campuran?" tanya Jeongwoo.
Asahi mengangguk, "mereka dianggap paling hina dulunya, dan ya mungkin sampai sekarang, salah satunya, gue sendiri," Asahi memalingkan wajahnya dan berdiri.
Ucapan Asahi membuat Jeongwoo terdiam, di setiap perkataan Asahi terdengar curahan pilu dalam hatinya, apakah banyak luka yang dilaluinya sampai ia bisa bertahan selama ini sebagai keturunan campuran?
"Lo ga mau ke kantin?" tanya Asahi menoleh Jeongwoo, Jeongwoo menggeleng kecil, "ck, ayo, gue traktir."
Jeongwoo terkekeh kemudian mengikuti keinginan Asahi kali ini, Jeongwoo juga sempat berbagi cerita dengan Asahi selama perjalanan menuju kantin, bahkan tanpa Asahi sadari ia juga tertawa kecil mendengar cerita dan guyonan Jeongwoo.
"Dengarkan iramaku."
Suara wanita yang berdengung di telinga kedua orang itu membuat Jeongwoo dan Asahi mencari ke segala arah siapa yang mengatakan hal itu, "lo denger?" tanya Asahi, Jeongwoo menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Hmm.."
Suara senandung indah mulai terdengar firasat kedua orang itu tidak enak mengenai hal ini, Jeongwoo dan Asahi segera berlari menuju kantin, mereka langsung dikejutkan dengan teriakan beberapa siswi yang juga berlarian dari sana, sedangkan siswa yang ada di sana seperti kesurupan dan memuntahkan cairan merah pekat.
Kala banyak orang yang memuntahkan darah, Jeongwoo dan Asahi menahan rasa mual, karena bau amis yang tak mereka sukai, Jeongwoo menoleh pada Asahi, keduanya nampak saling mengerti satu sama lain kemudian dengan cepat melewati beberapa siswa yang nampak kesurupan, telinga mereka kembali berdenging ngilu, semua orang di kantin nampaknya tidak sadarkan diri dan bergerak karena dikendalikan seseorang.
Jeongwoo melihat sekeliling dan nampaknya hanya ada satu cctv dan cctv itu sudah di rusak, Jeongwoo mempertajam penglihatannya dan menelisik ke berbagai arah, netra kuning oranyenya itu mencari hingga ia menyadari sesuatu, jika kemungkinan saja orang yang mengendalikan semua ini berada di dalam dimensi lain, disaat itu juga Jeongwoo mendapatkan bogeman kuat hingga membuatnya terpelanting menabrak pojok dinding kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINDAKU : THE SEVENTH GENERATION
Fanfiction"Urip Iku Urup." Semua yang hidup pasti berguna, dan semua yang terjadi pasti ada hikmahnya, tak terkecuali takdir tak terduga yang dialami tiga bersaudara yang selalu mendapatkan takdir membingungkan. Mereka yang terlahir memiliki tugas, mereka ya...