Jeongwoo keluar dari kamarnya dengan baju rapih serta ponsel yang selalu menyertainya, setelah dua hari yang lalu ia pindah kemari, ia mulai merasa nyaman dengan tempat ini yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan besar, ia mendengar suara beberapa orang di luar sana, ia berjalan ke arah suara dan melihat kedua kakaknya tengah berbincang-bincang dengan beberapa orang, yang beberapa, ia mengenalinya.
"Hallo ngab," Haruto segera menjabat tangan Jeongwoo.
"Tumben banget lo nyapa gue kaya begitu," tutur Jeongwoo mengambil tempat duduk di samping Jaehyuk.
"Woo, lo kenal sama Junkyu sama Doyoung?" tanya Jihoon menatap pada Jeongwoo.
"Ya kenal atuh, Doyoung bantuin gue buat perizinan OSIS bang, kalau bang Junkyu dia suka bantuin orang walaupun kadang ga sesuai ekspektasi, tapi bang Junkyu?" jawab Jeongwoo kemudian nampak bertanya, ketika melihat Junkyu disana dengan senyum kecil.
"Lo belum sadar saat panggilan Datuak Mahanaga?" tanya Junkyu kepada Jeongwoo yang menggeleng kecil tanda tak tahu.
"Hallo ges," dan lihatlah siapa yang baru datang, Hyunsuk dan dua orang di belakangnya.
"Junghwan?!" beberapa orang nampak terkejut, seperti Doyoung, Junkyu, Jeongwoo, mereka tidak menyangka jika Junghwan sama seperti mereka.
"Y- ya, ada yang salah sama gue?" tanya Junghwan bingung, ia menoleh kepada orang-orang yang tadi meneriakkan namanya karena terkejut.
"Oh ya, selain Junghwan, ada satu orang yang sering gue ceritain ke beberapa orang, dia Asahi, dia emang orang sekitar sini, jadi kalau lo pada tanya gimana lo pada ga tau sama dia itu ya karena dia yang paling jauh, dan yang paling tau soal hal ini," tutur Hyunsuk.
"Berlebihan lo bang," tutur Asahi, "nama gue Angkasa Hilman Cullen, panggil aja Asahi."
"Buset namanya jauh amat, udah kaya Junkyu," penuturan Haruto membuat Junkyu menatapnya sinis.
"Ji, roti bakarku tadi kemana?- eh..." kedatangan Arum membuat kesepuluh laki-laki itu menatapnya secara bersamaan.
Jihoon langsung melirik Jaehyuk, Jaehyuk menegak salivanya berat, "aduh mbak, maaf, anu, tadi aku makan, aku kira punyanya bang Ji," ucap Jaehyuk jujur.
Arum menghela nafas kecil dan mengangguk, "yaudahlah ga apa-apa, nanti aku bikin lagi, lanjutin aja kalian ngobrolnya!"
"Elo sih, asal nyomot aja," Jihoon menyenggol lengan Jaehyuk.
"Ya maaf bang, ga tau gue," Jaehyuk meringis kemudian beralih kembali pada lelaki-lelaki ini.
"Buset cakep baner, siapa tuh?" tanya Junkyu kepada Jaehyuk, Jaehyuk hanya bisa tersenyum paksa, dan menunjuk Jihoon yang hanya menatap Junkyu datar.
"Ehm, kalau itu, mbak Arum, udah ada yang punya," jawab Jaehyuk menunjuk Jihoon dengan sedikit lebih sopan.
"Kenapa?" tanya Jihoon mencoba lebih ramah melihat tatapan Junkyu yang tadinya berbinar-binar kini meredup segelap-gelapnya.
"Sedikit sus ya bang," ucap Haruto tanpa disaring terlebih dahulu kata-katanya.
"Ga juga, lo mau coba tau semua tentang dia?" tanya Jaehyuk kepada Haruto.
Haruto meringis, "ga dulu deh," jawabnya pada Jaehyuk.
"Jadi sparring ga nih?" tanya Yoshi berdiri.
"Ngikut aja gue," tutur Haruto dan Jeongwoo bersamaan.
"Bangsat gausah nyama-nyamain!" seru keduanya bersamaan, dan berakhir Jeongwoo memilih diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINDAKU : THE SEVENTH GENERATION
Hayran Kurgu"Urip Iku Urup." Semua yang hidup pasti berguna, dan semua yang terjadi pasti ada hikmahnya, tak terkecuali takdir tak terduga yang dialami tiga bersaudara yang selalu mendapatkan takdir membingungkan. Mereka yang terlahir memiliki tugas, mereka ya...