"Keturunan murni."
Ucapan Doyoung membuat Haruto menoleh padanya, disaat yang bersamaan Jeongwoo tersadar dengan netra yang berubah menjadi kuning oranye, dan itu membuat ucapan Doyoung benar-benar terbukti di hadapannya sendiri.
Derap langkah kaki terdengar menuju ke ruang tamu, "woo," Jeongwoo menoleh dan ternyata benar itu adalah Jihoon yang menatapnya penuh arti.
"Gue tau," ucapan lirih Jeongwoo, dibalas anggukan kepala oleh Jihoon.
"Gue udah urus semuanya, sisanya, tinggal nunggu waktu," ucapan Jaehyuk membuat atensi Jeongwoo teralihkan padanya.
"Maksud lo?" tanya Jeongwoo.
"Mungkin ini mendadak tapi gue udah ngurus semua syarat lo buat pindah sekolah, buat organisasi OSIS lo, apa lo bisa ngehandle semuanya buat pamitan sama rekan-rekan lo?" tanya Jaehyuk.
Jeongwoo bahkan tidak bisa mengatakan apapun saat ini, mendengar ucapan Jaehyuk, situasi yang genting seperti ini memang menyulitkan dirinya, terlebih lagi ia harus mengikuti kakaknya, "gue bisa," lirih Jeongwoo.
Notifikasi dari ponsel Jeongwoo membuat suasana hening tadi berubah sebentar, Jeongwoo melihat siapa yang menghubunginya dan terlihat kotak pesan Doyoung yang paling atas, dengan penulisan pesan, bahwa jika Jeongwoo membutuhkan surat pengunduran diri dari organisasi OSIS, ia bersedia membantunya dan Jeongwoo segera membalas kotak pesan Doyoung tersebut.
Kemudian Jeongwoo melihat kotak pesan dibawah Doyoung adalah pesan dari Ghea, pesannya berisi pertanyaan mengenai apakah Jeongwoo memiliki waktu untuk berbicara dengannya kapan-kapan, ucapan Jihoon membuat atensi Jeongwoo teralihkan kepada Jihoon.
"Dan kemungkinan kita ga akan bisa di sini lagi, identitas kita bakalan buat sulit kehidupan kita yang berdampingan dengan manusia biasa lainnya," lirih Jihoon membuat Jaehyuk mengangguk setuju.
Itu membuat Jeongwoo mengetik pesan untuk Ghea.
"Sabtu, jam 6 sore di SayCafe."
-Jihoon membuka matanya dan melihat ruangan putih bersih, ia melihat beberapa orang di sampingnya ada yang dikenalnya dan ada juga yang tidak.
Di tengah lingkaran orang-orang ini, terdapat seorang lelaki yang mengenakan pakaian jaman dahulu yang khas dengan kain loreng cokelat, netra kuning cerah itu membuatnya tertegun, disaat itu juga semua orang-orang duduk bersimpuh kecuali beberapa orang, dan beberapanya adalah Jihoon sendiri dan kedua adiknya.
"Dengan hormat saya telah menunjuk pada mereka yang menjadi keturunan murni untuk membimbing kalian para pelindung, dan mereka yang terpilih akan turut serta menjadi salah satu dari Ksatria, Srikandi, Arjuna, dan kedudukan tertinggi pada salah satu dari kalian yang akan menjadi pemimpin, pembimbing dan pewaris tahta yaitu Garuda," ucapan tegas lelaki tersebut membuat orang-orang sangat tunduk padanya.
Disaat itu seakan semua orang menghilang dan hanya menyisakan Jihoon, Jeongwoo, Jaehyuk, dan lelaki yang sangat dihormati, yang tak lain adalah "Datuak Mahanaga," lirihan ketiga bersaudara itu membuat orang yang berada di depannya kini berbalik badan dan menghadap pada mereka dengan membawa sesuatu di tangannya.
"Saya mempercayakan para Arjuna, Ksatria dan Srikandi, di bawah jajakanmu, kau, salah satu Arjuna tangguh yang akan menaungi tanah agung ini dengan itu saya menyerahkan Kurambik Harimau ini kepadamu," ucapan tegas Datuak Mahanaga kepada Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINDAKU : THE SEVENTH GENERATION
أدب الهواة"Urip Iku Urup." Semua yang hidup pasti berguna, dan semua yang terjadi pasti ada hikmahnya, tak terkecuali takdir tak terduga yang dialami tiga bersaudara yang selalu mendapatkan takdir membingungkan. Mereka yang terlahir memiliki tugas, mereka ya...