018 : NARESWARI

21 3 4
                                    

"Se.. seharusnya, gue yang harus.. ngomong itu," kekeh Jeongwoo disaat itu juga seseorang membuat wanita yang mencekik Jeongwoo berteriak kesakitan.

"Bodoh," bisik Ghea yang ternyata adalah orang yang menarik rambut wanita itu, ia mengarahkan keris kecilnya di dekat leher wanita itu, tanpa pikir panjang ia merobek kulit leher serta menancapkan keris itu pada leher wanita itu.

Teriakan itu menghilang seketika wanita itu menghilang perlahan dari hadapan Ghea dan Jeongwoo, keris yang dibawa Ghea terlihat berlumuran darah, namun ia tak menghiraukannya dan kembali memasukkan keris itu pada sarungnya dan segera menyimpannya pada saku celananya, Jeongwoo menarik paksa belati yang menusuk punggungnya darahnya mengucur membasahi pakaian yang dikenakannya, tapi perlahan luka itu menyusut dan menutup dengan sendirinya.

"Woo," panggil Ghea menatap lembut Jeongwoo dengan tatapan yang sangat tidak disukai Jeongwoo, Jeongwoo menggeleng kecil.

"Gue ga apa-apa, terimakasih buat penglihatan lo," ucap Jeongwoo, bangkit berdiri, "ayo pergi dari sini," lirihnya, Ghea mencekal tangannya.

"Bukan waktu.. yang tepat," bisik Ghea memejamkan matanya kuat, "mereka disini," lirihnya.

Jeongwoo memahami kondisi sedari tadi ia juga terganggu dengan hal ini, Ghea membuka matanya dan menoleh, melihat netra amber Jeongwoo yang menatapnya lekat, "mundur," lirih Jeongwoo menyembunyikan tubuh Ghea di balik tubuhnya, benar saja dua orang wanita dan seorang lelaki lainnya menghadang Jeongwoo dan Ghea.

"Permainan yang menyenangkan bukan?" pertanyaan seseorang yang sangat dikenali Jeongwoo dan Ghea membuat Jeongwoo menatapnya begitu tajam.

"Apa mau kalian?" tanya Jeongwoo waspada dengan segala hal yang mungkin akan terjadi, terlebih kedua orang ini telah keluar dari wilayah kekuasaan Mahligai Indurasmi.

Fela terkekeh, wujud barunya yang lebih baik dari wujudnya dulu membuat siapapun nyaris tak mengenalinya, "apa mau kami?" kekeh Fela, "kehancuran kalian."

Jeongwoo tersenyum miring, "mungkin yang akan terlebih dahulu hancur adalah kalian," lirihnya, kemudian tiga orang itu mendapatkan serangan secara tiba-tiba oleh seorang lelaki yang hanya dengan menggunakan kurambik.

"Tutup mulut busukmu itu," desis Jihoon menatap tajam pada Fela, ia mencekik tepat pada lehernya dan membuat luka pada leher Fela menggunakan kurambiknya.

"APA YANG KAU LAKUKAN!" seru seorang lelaki yang berada pada pihak Fela dan wanita lainnya itu hendak menusuk tubuh Jihoon tapi lelaki itu langsung terduduk ketika tepat berada di belakang Jihoon, sebuah pedang menusuk tubuh lelaki itu dari ujung kepalanya turun hingga membuat tubuh lelaki itu terbagi menjadi dua.

Arum menarik pedang itu dengan percuma, netranya berjaga dan melesat pada lelaki yang hendak menarik Ghea, "bawa Ghea pergi dari sini," bisik Arum pada Jeongwoo, kemudian ia menebaskan pedangnya pada leher lelaki itu.

Jeongwoo bergerak cepat menggendong tubuh Ghea ia melesat pergi dari sana, tepat sebelum wanita itu dapat mengejarnya Arum menebaskan pedangnya pada tubuh wanita itu, Fela menatap nanar pada tubuh orang-orang yang telah mati di tangan Arum, "kau puas kan dengan pemandangan kehidupan ini?" kekeh Jihoon tanpa ba-bi-bu lagi ia melemparkan tubuh Fela, dan merubah wujudnya.

Ia menyambar tubuh Fela tepat disaat itu juga, tubuh Fela tercabik-cabik dengan tidak baik tepat seperti kematian terakhirnya, tapi Jihoon membuatnya lebih menderita dengan menghancurkan titik sari kehidupannya.

Jeongwoo terus melesat dan tak menghiraukan apapun yang melintas melewatinya, jantung Ghea terasa sakit kini ia tak dapat berpikir jernih, "jangan pikirkan apapun, gue disini," lirih Jeongwoo pada Ghea.

CINDAKU : THE SEVENTH GENERATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang