Makan Malam

19 6 0
                                    

Jam enam lebih, semua tamu undangan kecuali Yodi yang hilang entah kemana sudah berkumpul diruang makan. Mereka duduk menghadap meja bundar besar yang terletak persis ditengah ruangan. Lampu hias yang begitu indah dan megah tergantung di atas meja.

" Kamu nggak ganti baju Lang ? " Iva bertanya pada Galang setelah beberapa saat memperhatikannya

" Iya nih. Aku nggak bawa baju ganti soalnya. Kupikir nggak perlu nginep. Tahunya , mau pulang pun susah. Ditengah hutan cuy "

" Pokonya begitu matahari terbit , kita harus wajib dan kudu segera pulang " ucap Dipta. Dia terlihat gusar dan cemas.

" Tunggu dulu lah. Kamu lupa Zainul akan mentransfer uang ke kita ? " Sergah Iva

" Aku nggak peduli lagi soal duit. Rumah ini, tempat ini , menakutkan. Nyawa lebih penting! " Dipta melotot

" Nyalimu sekecil itu Dipta ? " Iva terkekeh

" Kamu nggak tahu apa yang aku lihat sama Norita tadi. Seandainya kamu ikut, aku yakin kamu pun akan merengek minta pulang "

" Hah ? Ikut kalian mandi di sungai magsudmu ? Ogah lah ya " Iva terus mengolok

" Sudah cukup. Tolong hentikan. Kita lama tak bertemu,jangan jadikan reuni ini menjadi ajang permusuhan " Galang menengahi . Sementara teman teman yang lain nampak tak peduli. Semua sibuk dengan pikiran nya masing masing.

Mak Ijah datang menyuguhkan beberapa makanan di atas meja. Ada beberapa jenis masakan yang tersaji. Sop, soto , berbagai macam gorengan , bola bola daging, dan masih banyak yang lainnya.

" Mak, Zainul nya mana kok nggak ada ? " Tanya Mella pada Mak Ijah

" Sabar non " jawab Mak Ijah ketus. Mella langsung mengatupkan mulutnya rapat rapat. Pembantu satu ini memang terasa sangat jutek dan tidak ramah sama sekali.

" Mak, penerangan dan listrik dirumah ini darimana ya ? " Bayu kali ini bertanya. Sedari tadi dia penasaran, bagaimana caranya mendapatkan listrik ditengah hutan seperti ini.

" Listriknya ada beberapa sumber tuan. Ada 3 genset di bagian belakang rumah ini, dengan beberapa drum persediaan bensin yang cukup untuk satu bulan. Selain itu atap rumah juga terpasang panel Surya " jawab Mak Ijah

" Bagaimana cara membawa bensin dari kota kesini Mak " Denis ikut bertanya

" Sama halnya dengan pasokan makanan. Tuan Zainul membayar warga untuk mengantarkan kemari dengan cara dipanggul "

" Gila ya. Kenapa ada orang yang suka merepotkan diri sendiri seperti itu. Padahal hidup dikota membeli salah satu rumah di Royal Residence itu jauh lebih mudah " Denis terkekeh menertawakan pernyataan Mak Ijah.

" Maaf, anda tidak berhak mengomentari jalan hidup majikan saya. Beliau melakukan ini semua karena beliau mampu dan bisa. Tentunya bagi anda itu aneh, karena anda tidak mampu hidup seperti tuan Zainul " Mak Ijah berjalan kembali kedapur. Kata kata yang dilontarkan benar benar terasa seperti skakmat dalam permainan catur. Denis merah padam dibuatnya, sementara yang lain nampak menahan tawa.

Beberapa saat kemudian Mak Ijah kembali keruang makan. Dia membawa speaker kecil dan meletakkannya didepan kursi milik sang tuan rumah.

" Tuan Zainul beberapa bulan belakangan memang tidak mampu lagi berdiri. Kesehatannya menurun. Jadi beliau, selalu dikamarnya dilantai atas. Beliau akan menyampaikan beberapa hal secara langsung melalui speaker ini " Mak Ijah menjelaskan.

Mak Ijah sekali lagi berjalan kedapur kemudian segera kembali membawa amplop putih dan membaginya satu persatu kepada semua orang. Bayu menerimanya dan segera membuka amplop tersebut. Dalam amplop terdapat sebuah kertas karton putih. Dikertas tersebut tercetak dua buah kaya yaitu ' tanam tuai '.

" Apa ini Mak ? " Bian bertanya pada Mak Ijah. Namun diacuhkan begitu saja. Mak Ijah sibuk menghidupkan dan mengatur volume dari speaker di atas meja.

" Sebelum kita makan malam, ijinkan tuan Zainul memberi sambutannya " ucap Mak Ijah

Beberapa saat berikutnya terdengar suara berdenging dari speaker.

" Selamat malam teman teman " suara yang sangat serak terdengar dari speaker

" Mohon maaf, belum bisa duduk bersama dengan kalian di meja makan. Kondisi kesehatan saya sedang kurang baik. Terimakasih sudah bersedia berkunjung ketempat terpencil ini. Dan sesuai janji, uang sudah saya transfer ke rekening pribadi kalian masing masing. Silahkan dicek melalui mobile banking di hp kalian masing masing. Memang jaringan sinyal nggak tersedia disini, namun kalian bisa memakai wifi milik saya pribadi, dengan masukkan password yang tertulis dikertas yang kalian pegang "

Semua orang secara serempak langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh suara Zainul. Dan benar saja, saat mengecek mutasi rekening melalui mobile banking, sejumlah uang dalam jumlah besar sudah masuk di rekening masing masing.

Ruangan tiba tiba saja berubah lebih cerah dan berbinar, rona bahagia terpancar dari wajah wajah yang tersorot lampu hias di atas meja makan. Hanya ada dua orang yang terlihat tidak terlalu antusias, dia adalah Bian dan Ellie.

" Untuk sisa uangnya akan diberikan oleh pembantu saya secara cash dua hari lagi. Kenapa menunggu dua hari lagi ? Karena pengantar uangnya baru akan datang dua hari lagi. Jadi, saya harap kalian menginap disini, berlibur disini dengan tenang dan bahagia. Nikmatilah kehidupan damai jauh dari hingar bingar perkotaan. Karena saya tahu dan yakin, kalian butuh penyegaran. Untuk baju ganti dan semua kebutuhan kalian akan disiapkan oleh pembantu saya "

" Saya juga sudah mendengar dari pembantu dan penjaga rumah, Yodi hilang dari kamarnya. Saya harap kalian tenang dan tidak terlalu panik. Rumah ini adalah tempat paling aman dan nyaman. Besok pagi, biar penjaga rumah ini yang mencoba mencari Yodi "

" Kamar tidur kalian sudah disiapkan dilantai atas. Nanti akan dibagikan kuncinya. Dan jika kalian butuh apapun itu, sampaikan saja ke pembantu saya. Terakhir, selamat menikmati makan malam. Sampai jumpa "

Speaker berdenging sebentar kemudian mati. Mak Ijah kemudian menekan tombol off.

" Silahkan menikmati hidangan makanan malam tuan dan nona. Semoga suka " Mak Ijah membungkuk. Semua orang kecuali Bian langsung mengambil piring dan makanan. Perut mereka lapar tak tertahankan. Siang tadi mereka semua memang tidak makan.

" Mak Ijah? " Bayu memanggil, ditengah suara piring dan sendok beradu.

" Iya , tuan ? "

" Bagaimana caranya jaringan wifi bisa sampai kesini? " Bayu terlihat sangat penasaran.

" Tuan Zainul membangun tower khusus dipuncak bukit. Dan di rumah ini di pasang antena yang menangkap sinyal dari tower tersebut. Setahu saya begitu nona. Mohon maaf jika penjelasan saya mungkin salah, karena saya orangtua yang tidak begitu faham terkait hal semacam itu"

" Ok , Mak. Terima kasih " ucap Bayu mengakhiri

Bayu kali ini mengambil piring dan makanan yang tersedia. Dia merasa perlu untuk mengisi perutnya, agar otaknya mendapat asupan nutrisi untuk berpikir.

Terlalu banyak keanehan di rumah ini. Termasuk Mak Ijah. Mak Ijah nampak sudah tua, namun pengetahuannya sangat luar biasa. Masakan , dan semua seluk beluk rumah ini benar benar dia kuasai. Pertanyaan Bayu soal sinyal wifi tadi pun sebenarnya sebuah tes. Dan nyatanya jawaban Mak Ijah semakin menggambarkan bahwa dia orang yang cukup pintar dan sangat tahu tentang rumah tepi sungai ini.

Judgment DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang