Sebelas Orang

20 7 0
                                    

Mella kembali keruang tamu tak lama setelah sosok Zainul pergi. Dia merasa teman temannya jadi bersikap aneh. Wajah mereka tampak pucat, seperti sedang ketakutan.

" Kalian kenapa sih ? habis ngeliat hantu ? " Mella bertanya penasaran

" Sstttt.. sini duduk sini " Iva meminta Mella untuk mendekat

" Ellie ? " Mella baru menyadari ada Ellie yang sudah ikut bergabung , duduk di sebelah Iva. Ketika Mella pergi ke toilet tadi Ellie belum datang.

" Hai mell " Ellie menjabat tangan Mella dengan erat.

" Mel, mel " Iva berbicara setengah berbisik pada Mella

" Baru saja. Zainul datang menyapa kita " ucap Iva lirih.

" Oh ya ? Dimana dia sekarang ? Aku juga ingin ketemu lho " Mella terlihat antusias

" Jangan keras keras nanti dia dengar. Dia ada di lantai atas " Iva meletakkan telunjuk di bibirnya

" Kenapa sih ? " Mella semakin bingung

" Zainul jadi mumi " Iva berbisik sambil melotot

" Hah? Ha haha haha.. apa itu " Mella tergelak, tawanya pecah , kencang dan bergema.

Setelah tawa mereda, Mella baru sadar wajah semua teman temannya nampak serius. Mereka sedang tidak bercanda.

" Ah , sorry.. seriusan ? " Mella akhirnya berhenti tertawa.

" Seluruh badan Zainul mengenakkan perban. Suaranya aneh, pokoknya serem " Norita menambahkan

" Sialan ! Aku jadi pengen pulang saja. Rumah ini jauh dari pelosok, yang punya rumah penampilannya kayak sedang pesta hallowen. Jangan jangan setelah ini ada yang mati " Dipta nampak gusar

" Woow , mulutmu. Belum pernah dicium orang cantik kayaknya " ucap Norita sambil melotot. Dipta nyengir mendengarnya.

" Sudahlah, toh sebentar lagi uang yang dijanjikan bakalan di transfer sama Zainul. Setelah itu terserah mau pulang atau gimana " Galang menimpali

" Ngomong ngomong, uang apa sih yang dimaksud Zainul tadi ? Kok bakalan di transfer ke kita itu magsudnya gimana ? Untuk apa ? " Celetuk Ellie. Semua orang langsung menatap Ellie keheranan.

" Bukankah di surat undangan dari Zainul sudah jelas disebutkan kita akan dapat imbalan uang kalau bersedia datang kerumah ini ? " Kali ini Bian yang bertanya. Semua orang mengangguk meng iya kan kecuali Ellie. Eliie terlihat kebingungan.

" Ell, memang bagaimana bunyi surat undangan mu ? " Bayu kembali bertanya

" Isi surat undangan dari Zainul menyebutkan jika aku datang kemari, aku akan diberi buku koleksi miliknya. Buku yang hanya dicetak 100 eksemplar saja " jawab Ellie. Dari sorot matanya nampak jelas tidak ada dusta.

" Hah ? Dan kamu rela datang jauh jauh ke pelosok hutan, berkunjung ke rumah horor di tepian sungai seperti ini demi sebuah khayalan yang di cetak pada setumpuk kertas ? Ohh, cantik cantik kok pekok ya otakmu " Dipta terkekeh mengejek Ellie

" Bicaramu menunjukkan kualitas dirimu, Dipta. Orang yang tak punya karya apa apa, namun mulutmu dengan licin menghina karya orang lain, apalagi karya orisinal yang banyak dibicarakan dan dicari. Kamu tak lebih dari tong sampah " Ellie menyahut, menatap tajam pada Dipta.

" Apa katamu ? " Dipta berdiri dari duduknya , wajahnya terlihat merah padam.

" Sudah cukup, hentikan perdebatan kalian " Bayu berusaha menengahi

" Hei, ada apa ini ? Dari luar terdengar seru banget " seorang laki laki berdiri di ambang pintu. Laki laki berkulit putih berkacamata, memakai jaket ber merk seger. Dialah Hendra Asmara, juga alumni XI IPA 2 berprofesi sebagai pengajar para lansia dalam upaya pemberantasan buta huruf.

Judgment DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang