Cokelat Untukmu

22 4 0
                                    

Denis menyulut batang rokoknya yang kedua. Dia masih duduk di teras rumah belakang rumah bersama Norita. Hujan masih setia menemani mereka berdua yang enggan beranjak dari tempat duduknya.

" Ngomong ngomong , aku dulu pernah ngejailin Zainul " ucap Denis tiba tiba.

" Apa yang pernah kamu lakukan pada yang Rich Man di masa lalu ? " Tanya Norita. Seulas senyum nampak dari sudut bibirnya.

" Seingatku,waktu itu pergantian jam pelajaran dari biologi ke penjas. Zainul berganti olahraga di belakang kelas. Tanpa sepengetahuannya,aku menyudut punggung Zainul dengan rokok. Dia mengerang kesakitan,aku tetap mengulangi perbuatanku sebanyak tiga kali. Kupikir lucu melakukan hal seperti itu. Namun kalau kuingat sekarang,aku benar-benar keterlaluan " Denis mengisap rokok dalam dalam.

" Semua yang diundang datang kesini merupakan orang-orang yang bermasalah dengan Zainul di masa lalu " Norita bergumam

" Kupikir tidak juga. Setahuku ada dua orang yang datang kemari,dan dulunya tak pernah bermasalah dengan Zainul " Denis menimpali.

" Oh ya? Siapa? " Norita bertanya penasaran.

" Ah, sudahlah nggak penting. Ada hal yang lebih penting dan berbahaya " Denis merogoh saku celananya.

" Hah? Apa lagi? "

" Ini bacalah " Denis menyodorkan hp nya kepada Norita.

Sebuah tangkapan layar,artikel tentang kasus kriminal tersangka dalam foto seorang laki-laki tua. Norita memperhatikannya sekilas dan langsung terbelalak kaget.

" Pak Mardoyo? " Norita menutup mulutnya dengan telapak tangan.

" Laki-laki itu berbahaya " bisik Denis.

" Tapi kan itu artikel dari beberapa tahun yang lalu den " Norita memperhatikan tanggal yang tercetak dibawah judul artikel.

" Ya tapi kan laki-laki itu dalam kondisi mental yang tidak stabil Norii. Lebih baik kita berhati-hati deh," Denis mengingatkan.

"Ih,aku takut," Norita sedikit melompat. Tangannya menggenggam erat lengan Denis.

" Sekarang aman Norii, si Mardoyo itu sedang di hutan sana " Denis menenangkan, menepuk bahu Norita perlahan.

Mendengar perkataan Denis bukannya melepaskan genggaman tangannya, Norita malah semakin erat menempel pada lengan Denis. Tubuh sintalnya semakin mepet pada lengan Denis yang cukup berotot.

Denis menelan ludah. Udara dingin pegunungan,berduaan dengan perempuan cantik dan seksi, laki-laki mana yang pada akhirnya tidak berfikiran ngeres. Sementara Norita sendiri memang terasa suka bermanja dan menggoda hampir semua laki-laki.

" Nori, kamu cantik " ucap Denis sambil memperhatikan bibir Norita yang semburat kemerahan. Bagaimana bunga mawar yang baru mekar merekah.

" Bukan saatnya menggombal Denis " Norita pura-pura merengut,padahal hatinya tengah tersenyum.

Norita memang sudah lama tak mendengar janji dan puji dari seorang laki-laki. Kegagalan menjalin hubungan dengan mantan suaminya sempat membuat trauma. Namun, saat bertemu dengan kawan lamanya, gairah untuk percintaan timbul kembali. Dia teringat dengan masa sekolah dulu, betapa dia sangat mengidolakan Denis. Sama seperti siswi-siswi lainnya, bagi Norita waktu itu Denis adalah standar laki-laki yang wajib untuk diperebutkan.

Kini,rasa penasaran itu muncul kembali. Norita dan Denis saling menatap di antara cahaya kilat yang menyala terang.

" Dulu aku pernah memberimu cokelat. Aku letakkan di dalam laci mejamu di kelas " Norita bergumam.

" Oh ya? Aku lupa tuh. Saking banyaknya yang ngasih cokelat soalnya " Denis terkekeh.

" Ihh, sok femes " Norita memutar bola bola matanya,cemberut. Denis tertawa renyah.

" Dan yang menyebalkan bagiku,kamu malah memberikan cokelat dariku pada si Zainul " Norita menggerutu.

" Wahh,aku benar benar lupa soal itu. Hahahah. Tapi,memang aku nggak makan cokelat Nori. Aku takut jerawatan kau tahu. Aku kan harus menjaga wajahku agar tetap mempeson, apalagi masa itu adalah masa emasku " Denis terus tertawa.

" Gara gara hal itu aku marah. Tapi aku nggak bisa marah padamu. Aku melampiaskan amarahku pada Zainul karena memakan cokelatku untukmu. Itu cokelat mahal lho "

" Terus,terus, apa yang kau lakukan pada Zainul? " Denis penasaran.

" Kurebut cokelatnya, kuinjak injak, dan kupaksa dia memungut dan memakannya " Norita menghela nafas. Denis terdiam mendengarnya, kali ini tawanya terhenti.

" Kupikir memang kita keterlaluan ya, " Norita menunduk.

" Sebaiknya nanti kita mengetuk pintu kamar Zainul dan meminta maaf padanya Nori " Denis menyentuh dagu Norita, memberitahunya untuk menegakkan pandangannya.

" Kenapa tidak sekarang saja? " Norita menoleh menatap Denis.

" Sekarang? Emm, untuk sekarang aku ingin kamu ikut denganku " Denis tersenyum penuh arti.

" Kemana? "

Denis menarik tangan Norita, menggandengnya masuk kedalam rumah melalui pintu belakang. Norita menurut saja, mereka memasuki lorong dan masuk kedalam salah satu bilik kamar mandi.

" Ngapain? " Bisik Norita lirih.

Denis tersenyum menyeringai. Serta merta dia memasukkan tangannya ke dalam kaos Norita. Menyentuh Norita dengan nakal. Norita sedikit terkejut, namun akhirnya mengikuti permainan Denis. Tanpa disadari, gerak gerik mereka diperhatikan Mak Ijah dari lorong kamar mandi.

" Manusia kelakuannya kayak binatang " ucap Mak Ijah dengan raut muka datar.

Sementara itu, Ellie berada di ruang tamu bersama Bian. Mereka menunggu Hendra, Iva , Denis, dan Norita. Nyatanya yang ditunggu lama tak kunjung kembali. Ada rasa khawatir dibenak Ellie saat ini.

" Gimana Bay, kok mereka lama? Jangan jangan terjadi sesuatu " Ellie berjalan mondar mandir di depan tv.

" Tenanglah, mereka pergi berpasangan. Aku yakin mereka semua aman " Bayu terlihat santai.

" Bagaimana bisa kamu setenang itu dan seyakain itu? " Ellie memprotes.

" Aku memang sengaja membagi tim berpasangan laki-laki dan perempuan. Alasan pertama adalah ketika berpasangan,kalau salah satu orang dalam timnya yang kenapa-napa, berarti kita bisa menjadikan pasangannya sebagai seorang tersangka. Dan alasan kedua adalah laki-laki di masing-masing tim bukan orang sembarangan. Apa kamu lupa ell? Hendra dulu adalah ketua ekskul pencak silat. Sedangkan Denis setahuku menekuni olahraga tinju beberapa tahun belakangan ini. Awalnya demi konten, tapi kulihat dia cukup serius " Bayu memberi penjelasan.

" Begitukah? " Ellie mengernyitkan dahi. Bian mengangguk yakin.

" Kamu bisa seteliti ini ya. Luar biasa petugas kepolisian satu ini " puji Ellie.

" Aku malah lebih khawatir pada Mella dan Galang. Sama halnya dengan Yodi, Mella menghilang, tak ada tanda tanda dia berada di rumah ini. Kemudian Galang, dia tertinggal di hutan sana dalam kondisi cuaca seperti ini " Bayu menggaruk garuk kepalanya.

" Apa tidak sebaiknya kita periksa kamar Mella , bii? " Ellie memberi ide.

" Terkunci. Saat kita turun dari lantai atas tadi aku sempat mengecek pintu kamar Mella " Bayu menggeleng perlahan.

" Bayu katakan padaku. Adakah dari teman-teman kita disini yang kamu curigai atas hilangnya Yodi kemudian tewasnya Dipta, dan ditambah lagi Mella juga ikut lenyap? Siapa yang menurutmu mencurigakan? "

" Semua orang aku curigai , kecuali Galang " jawab Bayu cepat.

" Aku juga? " Ellie menatap Bayu. Dan langsung dijawab dengan anggukan kepala.

" Bagaimana denganmu? Orang yang serba tahu dan menggarahkan gerakan semua orang disini. Bukankah kamu juga layak dicurigai? " Tanya Ellie dengan nada bicara penuh penekanan.

" Emmm, boleh juga " Bayu mengangguk dengan senyuman penuh arti.

Judgment DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang