Handuk Basah

19 4 0
                                    

Bayu menyelesaikan makan malamnya dengan cepat. Dia menatap teman temannya satu persatu. Wajah Dipta yang tegang dan takut tadi sempat tergambar dengan jelas, kini berubah lebih tenang dan berbinar. Perut sudah kenyang, uang pun sudah masuk di rekening nyatanya membuat Dipta lupa akan rasa takutnya.

" Kenapa tidak dari awal kita diberitahu kalau disini ada jaringan wifi ? Kupikir tadi kita benar benar terisolasi, setelah ada akses internet aku seperti kembali hidup " Denis terdengar menggerutu

" Jaringan internet jauh lebih penting daripada oksigen ya den ? " Hendra menimpali

" Iya dooongg. Sekarang kan aku bisa live Instagram. Kasian para fansku tak mendapat kabar dariku seharian " Denis tertawa

" Wih selebgram, musisi , YouTubers, banyak dong duitmu den. Buat apa uang 100 juta dari Zainul tadi ? " Mella ikut berkomentar

" Ah, not business " ucap Denis seraya memandangi layar hp nya. Dia terlihat senyum senyum sendiri setelahnya.

Tia juga nampak mengangkat sebuah panggilan telepon. Dia buru buru pergi dari ruang makan. Dia terus berjalan melewati ruang tamu dan berhenti diteras depan.

" Hallo  yah " Tia mengangkat telepon yang ternyata dari suaminya.

" Kenapa kamu susah dihubungi? " Tanya suami tia melalui telepon

" Sinyal susah yah "

" Gimana , beneran dikasih uang sama temen SMA kamu itu ? " Suami tia kembali bersuara

" Iya yah, ini sudah ditransfer 100. Sisanya dua hari lagi menyusul " ucap Tia

" Lalu kamu bakalan nginep disana dua malam ? "

" Iya yaah. Kita butuh uang ini, supaya kita bisa beli rumah. Aku sudah tidak nggak tahan hidup bersama orang tuamu dan saudara saudaramu itu " ucap Tia, dia kembali berjalan, kali ini menuju ke hamparan rumput dihalaman depan.

Langit benar benar nampak kelam. Tak ada satupun sinar dari sang bintang. Rembulan pun juga tak menampakkan dirinya. Semua tertelan oleh pekatnya mendung hitam.

Tia teringat kembali hidupnya yang terasa kacau dan gagal. Dia menyesali keputusannya dulu. Selepas lulus SMA , saat teman temannya meneruskan study untuk mencoba menggapai mimpi mimpi  mereka , tia memilih untuk menikah. Dia begitu memuja suaminya. Dulu dia merasa bisa hidup hanya dengan modal cinta. Saat orangtuanya memberi peringatan bahkan melarangnya, Tia tak menggubris dan mengacuhkannya.

Dan kini nasi sudah menjadi bubur. Kedelai telah menjadi tahu. Tak mungkin mengulang kembali kedigdayaan langkah sang waktu. Hidup akan terus berjalan, dan Tia berusaha menanggung konsekuensi dari pilihannya. Tak mungkin dia meminta belas kasihan pada orangtuanya meski himpitan ekonomi kian terasa.

Dan semakin menyiksa Tia adalah ketika sang suami sudah tidak bekerja lagi karena PHK. Haru tinggal bersama mertua dan beberapa saudara dalam satu atap membuatnya semakin gerah.

Hingga akhirnya datanglah surat undangan dari Zainul secerceh harapan untuk masalah yang dialami Tia. Dan disinilah Tia sekarang, dirumah tepi sungai ditengah hutan.

Tia menutup teleponnya. Tanpa terasa dia sudah berjalan cukup jauh dari rumah. Tia berdiri ditengah rerumputan diluar pagar halaman depan.

" Duh nglamun, nggak sadar sampai sini " Tia bergumam sendiri

Hembusan udara malam terasa menusuk tulang. Tia menggigil kedinginan. Dia memutuskan untuk segera kembali kerumah. Hawa dingin nyatanya juga membuat kuduk Tia meremang.

Srakkk srakkkk srakkk

Terdengar suara sesuatu yang bergerak pada semak belukar di hadapan Tia.

Judgment DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang