Kamar Atas

17 4 0
                                    

Teriakan dari Tia membuat semua orang terkejut. Mereka berlari keluar rumah, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bian berada di urutan paling belakang, karena dia sedang berada di dapur saat teriakan itu terdengar.

Saat Bayu sampai di halaman depan, tampak Tia duduk bersimpuh di tanah. Di sebelahnya ada seseorang yang sedang berdiri memegang sebuah parang yang mengkilat. Tak jelas sosok orang tersebut karena suasana yang cukup gelap.

" Heiii " Bayu berteriak seraya berlari mendekat.

Setelah jarak cukup dekat, barulah terlihat jelas orang yang sedang memegang parang adalah pak Mardoyo. Wajahnya terlihat bengis dan garang.

" Ada apa ini ? " Bayu bertanya meminta penjelasan. Galang dan Denis juga ikut mendekat.

" Ah , itu tadi ada anjing hutan tuan " Pak Mardoyo memberi penjelasan.

" Tia, kamu tidak apa apa kan ? " Bayu beralih bertanya pada Tia. Perempuan berwajah bulat itu masih sangat ketakutan. Badannya bergetar hebat.

" Mell! Ellie! kemari , bawa Tia kembali kedalam " Galang berteriak memberi perintah.

Ellie dan Mella berlari dan segera membantu Tia untuk berdiri. Mereka memeluk Tia dan mengajaknya masuk kedalam rumah.

" Disini memang ada beberapa anjing hutan liar tuan. Makanya sangat tidak disarankan berjalan jalan keluar rumah saat malam tiba " ujar pak Mardoyo.

" Saya harap tuan dan nona semua segera masuk ke dalam rumah. Keselamatan anda semua adalah tanggungjawab saya " pak Mardoyo tersenyum sekilas.

Semua menurut, mereka segera kembali masuk ke dalam rumah. Bayu sekali lagi berada di urutan paling belakang. Sebelum menutup pintu dia memperhatikan pak Mardoyo yang masih tetap berdiri di dalam rumah. Pria itu sempat menoleh ke Bayu , dan mengangguk perlahan. Entah apa magsudnya. Firasat Bayu mengatakan penjaga rumah yang berbahaya dan harus diawasi.

" Tia, kamu nggak papa kan ? " Ellie bertanya penuh perhatian. Tia menggeleng pelan. Kini mereka telah duduk di sofa ruang tamu.

" Kejadian ini mengingatkan kepada kegiatan pertama kita di ekskul drama dulu " ucap Hendra. Wajahnya terlihat sendu.

Tia langsung menunduk. Ia ingat kenakalannya semasa SMA dulu. Rasa takutnya sekarang diselimuti perasaan bersalah.

Tiga belas tahun silam, masa SMA saat kegiatan pertama ekskul drama dilakukan. Seekor anjing liar entah datang darimana masuk ke halaman sekolah. Tanpa sepengetahuan guru dan pak satpam , Yodi mengurung anjing liar itu digudang belakang sebelah ruang ekskul drama.

Entah ide datang dariman , Yodi dan Tia bersekongkol untuk mengerjai Zainul. Remaja kurus itu dipanggil Tia untuk menuju gudang. Tia mengatakan dia membutuhkan bantuan Zainul. Ternyata sesampainya di gudang, Zainul malah dikunci bersama seekor anjing liar yang menyalak dengan ganas.

Tia masih ingat betul sore itu. Zainul pulang dalam keadaan bau Pesing. Celananya penuh dengan air seni, begitu ketakutan terkurung bersama anjing liar hingga mengompol di celana.

" Maafkan aku " ucap Tia tertunduk. Ellie yang berada di dekatnya berusaha menenangkan. Di amengusap punggung Tia dengan lembut.

" Bukan waktunya membicarakan masa lalu " ucap Galang menatap tajam pada Hendra.

" Sekarang waktunya kita menentukan pilihan , apakah besok pagi kita pulang , atau menunggu 2 hari lagi ? Kalau aku berencana besok akan pulang " Galang mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

" Mengingat area rumah ini ternyata cukup berbahaya "

" Aku pilih disini, menunggu 2 hari lagi " Iva menjawab dengan yakin.

" Aku juga.." ucap Tia lirih. Jawaban yang membuat orang di sekelilingnya cukup kaget. Bukan ketika dia baru saja mengalami kejadian menakutkan seperti tadi Tia masih memilih untuk tetap menunggu 2 hari lagi.

" Aku juga sama " Mella menyahut

" Aku jujur nunggu dibagikan buku limited edition miliknya Zainul sih. So, aku memilih tetap disini " Ellie tersenyum.

" Ya, aku juga " Hendra bersuara

" Hmm, aku juga " lanjut Denis

" Aku ikut deh " Norita melanjutkan , juga disusul oleh Bayu.

Sementara itu, Dipta masih diam saja menopang dagu. Dia terlihat berpikir.

" Baiklah, aku dan kamu besok pulang duluan " ucap Dipta mengambil keputusan. Dia menatap Galang dengan serius. Galang mengangguk tanda mengerti.

" Wihhh, yakin ga butuh duit 200 juta? " Iva meledek

" Diam kamu!. Istriku sedang hamil , aku ga mungkin meninggalkannya sendirian terlalu lama " Dipta beralasan.

" Wihh, sekarang jadi suami siaga ceritanya. Siaga mencari mangsa magsudnya , haahhaah " Iva terus saja mengolok olok. Namun Dipta malas menanggapi

Mak Ijah muncul dari dapur, dia membungkuk sebentar dihadapan para tamunya.

" Kamar sudah siap tuan dan nona. Kamar terletak di lantai atas. Berjumlah 12 buah. Mohon maaf , kamar mungkin kecil dan sempit, hanya ada satu kasur dan satu lemari plastik kecil. Satu satunya kamar besar dan luas hanya milik tuan Zainul. Saya berharap semua bisa menjaga agar tidak terlalu berisik saat di kamarnya masing masing. Tuan Zainul tidak suka dengan suara suara bising yang mengganggu istirahatnya. Mohon mengerti " Mak Ijah membagikan kunci kamar.

Setelah mendapatkan kunci kamar, alumni XI IPA 2 itu serempak berjalan ke lantai atas, menenteng tas dan barang bawaannya masing masing.

Sampai di lantai atas, ternyata bangunan tidak terlalu megah. Bahkan bisa dikatakan sederhana jika dibandingkan dengan ruang tamu. Ada 12 kamar yang berjejer , dan 1 ruangan besar dengan dua dauh pintu yang penuh seni ukiran. Mungkin itulah ruangan atau kamar Zainul Rich Man.

Secara berurutan dari paling ujung kamar ditempati Ellie, kemudian di sebelahnya Mella,Iva,Tia, dan Norita. Kemudian setalah kamar Norita , ada dua kamar kosong yang terkunci. Di sebelah kamar yang terkunci barulah kamar yang di tempati laki laki. Secara berurutan, Dipta,Hendra,Denis, dan Galang. Sedangkan Bayu menempati kamar yang berada di sebelah kamar sang tuan rumah.

Semua orang segera masuk ke dalam kamar masing masing, kecuali Bayu yang masih betah berdiri di depan pintu kamarnya. Dia memperhatikan ruangan sang tuan rumah. Namun dari celah bawah pintu, lampu ruangan menyala. Kemungkinan Zainul berada di dalam sana dan entah apa yang sedang dilakukannya.

Bayu mendekati pintu ruangan Zainul. Sayup sayup terdengar lagu asing, sebuah lagu lama yang menyimpan kisah misteri. Sebuah lagu berjudul ' Gloomy Sunday ' mengalun di dalam ruangan.

Bayu mundur perlahan, dia memilih untuk segera masuk ke dalam kamarnya. Dan benar saja apa yang disampaikan Mak Ijah tadi. Kamar ini sempit dan sedikit pengap. Mungkin karena ventilasi ruangan yang minum.

Bayu meletakkan tasnya, kemudian dia merebahkan badanya. Dia masih kepikiran dengan keadaan Yodi. Hati kecilnya mengatakan sesuatu yang buruk telah menimpa laki laki berambut ikal itu.

" Semoga kamu baik baik saja Yod " gumam Bayu sendirian.

Entah bagaimana , mata coklat Bayu mulai terasa berat. Kantuk mulai datang , dan perlahan saraf saraf yang tegang mulai mengendur. Tubuh merasakan sensasi rileks dan tenang, hingga akhirnya Bayu tak kuasa menahan rasa kantuknya. Dia tertidur dengan pulas.

Judgment DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang