Semua orang sudah berkumpul dimeja makan kecuali Dipta. Makan pagi telah disajikan oleh Mak Ijah. Ada sebaskom besar nasi goreng dengan toping daging di atasnya. Asap tipis mengepul menciptakan aroma manis gurih yang menggugah selera.
Selain nasi goreng terdapat juga roti kukus pandan yang diletakkan pada loyang alumunium yang cukup panjang. Semua makanan terlihat masih hangat dan membuat semua orang menelan ludah ingin segera mencicipinya.
" Dipta mana sih ? Ngebo atau gimana ? " Iva menggerutu kesal.
" Kalau ada berkelahi, kalau nggak ada di cari cari. Mungkin memang benar dalam benci ada rasa peduli... Hihihihi " Mella terkekeh menggoda Iva
" Sialan. Bukan peduli pada si sontoloyo Dipta ya. Aku peduli pada cacing di perutku ini " Iva melotot
" Lagian bukankah dia kemarin memutuskan untuk pulang hari ini. Bareng sama kamu kan Lang ? " Ellie menimpali bertanya pada Galang.
" Nggak jadi pulang. Si Dipta labil banget , tadi pagi dia ngewa aku, katanya pulang nunggu besok saja " Galang mendengus kesal.
" Ya iyalah nunggu besok. Dipta mana tahan godaan uang ratusan juta, matanya udah ijo tuh pasti " Iva mencibir
" Sudahlah supaya kita cepat bisa sarapan nih, biar coba kupanggil dia di kamarnya " Denis berdiri dari duduknya.
" Nggak usah. Tadi Dipta sudah aku wa, nih dibales "
" Apa katanya ? " Denis bertanya sambil duduk kembali
" Katanya, dia lagi ngantuk banget. Semalaman begadang, jadi nggak mau di ganggu "
" Ya sudah kalau begitu, mari kita makan " Galang segera mengambil piring dan nasi goreng yang sedari tadi menggoda cacing di perutnya. Teman teman yang lain pun segera mengikuti Galang.
Semua orang setuju masakan Mak Ijah setara dengan hidangan juru masak bintak 5. Sajian sederhana nasi goreng disulap menjadi begitu mewah kaya cita rasa. Juga toping dagingnya yang beraroma gurih dan rasa asin yang pas.
Roti pandan kukusnya pun begitu lembut, harum dan manis. Membuat semua orang benar benar puas dengan hidangan pagi ini.
" Dimana Zainul menemukan juru masak sehebat ini ? Makanannya enak banget, buka resto dikota laris pasti " ucap Mella setelah menyelesaikan makannya.
" Aku perlu deh minta resep roti kukusnya nanti " Tia menimpali
Seakan mendengar apa yang sedang dibicarakan orang orang di meja makan, Mak Ijah datang sambil menunduk.
" Pucuk dicinta, Mak Ijah pun tiba " Mella tertawa kecil.
" Mak Ijah dulu belajar masak dimana ? " Tia bertanya penasaran.
Mendapat pertanyaan seperti itu Mak Ijah hanya tersenyum sekilas. Dia terlihat enggan menceritakan kisah hidupnya.
" Mak, nanti aku minta resep kue pandan kukusnya ya pleass " Tia memohon
" Baik nona. Nanti saya tuliskan " jawab Mak Ijah singkat.
" Mohon maaf, kue akan saya simpan di lemari es. Mengingat salah satu tamu undangan belum ikut sarapan " Mak Ijah mengambil kue yang tersisa dan membawanya ke dapur.
" Iya ya, kita hampir lupa Dipta belum makan " Galang menepuk dahinya sendiri.
Akhirnya makan pagi selesai. Ellie , Mella dan Iva memilih untuk jalan jalan di pekarangan samping rumah. Sementara Norita di depan ruang tv bersama Hendra dan Galang. Tia kembali ke kamarnya, masih ada sedikit rasa takut di hatinya untuk keluar rumah. Meskipun menurut pak Mardoyo anjing hutan tidak akan muncul di siang hari.
Bayu duduk bersantai di teras rumah, sambil menyeruput kopi arabica kesukaannya. Denis menyusul, duduk di sebelah Bian. Musisi itu terlihat lebih pendiam daripada hari kemarin
" Bay, ada yang ingin aku tunjukkan padamu " ucap Denis ragu ragu.
" Ada apa ? " Bayu meletakkan cangkir kopinya. Dia menatap Denis yang terlihat gelisah.
Denis menyodorkan hp nya. Sebuah gambar hasil screen shot. Artikel dari tahun 2013 , ada foto pak Mardoyo disana. Bian membacanya dengan seksama, ekspresi wajahnya tidak berubah tetap terlihat tenang.
" Kamu seorang polisi, kamu tahu tentang kasus ini kan ? " Denis mendesak Bian
" Kenapa kamu diam saja ? " Denis terus mendesak.
" Aku tidak tahu tentang ini " Bayu menghela nafas.
" Jangan berbohong! " Denis menatap tajam pada Bian
" Tahun 2013 aku masih menempuh pendidikan Den. Aku belum menjadi anggota kepolisian. Mana mungkin aku tahu kasus kriminal ini ? " Bayu berbalik menatap Denis. Dia nampak serius dan tidak berdusta.
Denis diam saja kali ini. Dia berpikir dan mencerna perkataan Bian.
" Lalu, bagaimana menurutmu? " Denis kembali bertanya setelah beberapa saat lamanya terdiam.
" Kupikir memang sebaiknya kita berhati hati dengan penjaga rumah itu " Bayu kembali menyesap kopi di cangkirnya.
Sementara itu Mella, Iva , dan Ellie melihat lihat koleksi tanaman hias yang dimiliki oleh Zainul. Banyak tanaman dan berbagai jenis bunga yang terlihat asing bagi mereka.
" Ini tanaman import ya? " Mella memperhatikan tanaman dengan setangkai bunga mawar putih semburat merah.
" Ya. Sepertinya begitu. Aku mengenali beberapa yang ada di pot ini " ucap Ellie
" Kamu enak ya ell, sudah beberapa kali pergi keluar negeri " Iva menimpali
" Oh iya ya, kamu kan juga penulis novel ell. Salah satu novelmu juga diterjemahkan dalam beberapa bahasa, juga booming di negeri orang. Kenapa aku sampai lupa ya? " Mella terlonjak , heboh sendiri.
" Ya, aku tipe penulis yang hanya terkenal lewat satu karya. Setelah karya ku yang booming itu, aku kesulitan untuk menulis lagi. Hasratku seperti telah hilang dan orang orang mulai lupa padaku " Ellie nampak bersedih.
" Haduh ell, jangan bersedih. Maafkan aku kalau kata kataku tadi keliru " Mella berasa bersalah.
" Tidak apa apa mell. Kenyataannya memang begitu. Tujuanku kemari untuk mendapatkan buku Zainul edisi terbatas yang telah dia janjikan. Kupikir dengan membaca tulisannya aku akan punya hasrat untuk menulis lagi. Zainul selalu menulis dengan hati, itulah yang membuat semua novelnya begitu spesial. Kata katanya sederhana, mudah dicerna , namun pesannya bisa mengena dan tersampaikan pada pembacanya " pandangan Ellie mengawang jauh.
" Ngomong ngomong kalian sudah pernah baca novelnya si Zainul? " Ellie kali ini balik bertanya pada Mella dan Iva
" Belum " Mella dan Iva kompak menggeleng.
" Why gais? "
" Emm, jujur waktu novel Zainul laris di pasaran , yang katanya berdasarkan pengalaman pribadinya yang mengalami perundungan masa sekolah dulu, aku jadi takut. Aku takut, akulah yang jadi inspirasi dari cerita ceritanya itu. Kurasa aku dulu bersikap kurang baik pada Zainul " Iva termenung.
" Aku pun demikian " sahut Mella
Pada akhirnya tiga perempuan itu terdiam, tenggelam dengan pikirannya masing masing. Iva teringat , dulu dia selalu membuang dan menempelkan permen karet bekas miliknya dibangku dan kursi Zainul. Juga beberapa kali secara iseng Iva menempelkan permen karet bekas pada baju seragam Zainul. Perlakuan perlakuan nakal yang jika diingat saat ini benar benar keterlaluan.
Kesalahan masa lalu memang tidak bisa diubah, namun sebenarnya bisa diperbaiki. Jika saja manusia mau untuk mengakui dan meminta maaf, baik pada orang yang disakiti maupun pada dirinya sendiri. Berdamai dengan masa lalu tidak akan pernah bisa dilakukan, jika tidak mencoba untuk saling memaafkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Judgment Day
Mystery / ThrillerPENYAKIT HATI AKAN TERUS MENETAP SAMPAI MATI Sebuah surat undangan dari seorang penulis ternama di kabupaten T yang ditujukan kepada teman teman sekelasnya di masa SMA dulu. Mereka diundang untuk berkunjung ke rumah sang penulis. Rumah unik, dua lan...