Ellie terperanjat, ia cukup terkejut melihat salah satu koleksi tanaman sang tuan rumah. Tanaman yang ditempatkan terpisah, terdapat papan peringatan untuk tidak mendekat karena beracun.
" Ada apa ell? " Mella bertanya penuh selidik.
" Tanaman ini, bagaimana bisa ada disini ? Untuk apa Zainul merawat tanaman berbahaya seperti ini ? " Ellie berdiri menatap tanaman mirip beringin dengan buah bulat berwarna hijau serupa dengan apel.
" Apa sih ell? Liat beringin aja kaya liat hantu " Iva mencibir
" Kalian ngga tau. Ini bukan beringin. Tanaman ini namanya MANCHINEEL. Tumbuhan yang umumnya ditemukan di daerah Amerika Utara dan Selatan. Fungsinya untuk mengurangi erosi pantai " Ellie masih berdiri termangu.
" Terus kenapa? " Mella memegangi papan tulisan yang berisi larangan untuk mendekat.
" Beneran beracun nih? " Mella meminta penjelasan.
" Salah satu tanaman paling berbahaya di dunia. Berteduh di bawahnya saja dilarang. Buahnya pun beracun. Jika kayunya dibakar , asap pembakarannya bisa membuat peradangan dan infeksi kronis, bahkan bisa mengakibatkan kebutaan. Untuk apa Zainul meng impor dan mengoleksi tanaman menakutkan seperti ini coba " Ellie geleng geleng kepala.
" Ih serem ya " Iva bergidik ngeri.
" Selera orang yang uangnya tak memiliki nomor seri beda ya " Mella terkekeh, teman sebangku Ellie masa SMA itu memang sulit untuk diajak serius.
" Eh, aku kok jadi ngeri ya. Misal nih tiba tiba saja kita dikunci di dalam rumah besar itu, terus diasapi pake pohon ini kita bakal mati dong " Iva mulai berfikir aneh aneh.
" Husss, lambemu va " Mella melotot
Sementara itu di depan tv, Hendra, Galang dan Norita sedang menonton program infotainment. Hendra terlihat menguap lebar, merasa bosan dengan tontonan yang dipilih Norita.
" Nggak ada acara tv lain apa gimana sih? " Hendra memprotes
" Diam kamu. Lagi seru nih, berita artis favoritku mau nikah " Norita tak berkedip menatap layar televisi.
Galang menghela nafas, dia terlihat gusar. Sebagian hatinya meminta untuk segera pergi dari rumah ini. Namun dia juga enggan menyusuri hutan belantara sendirian.
" Ini lagi , pak kepala cabang kenapa galau seperti itu sih? " Hendra mengejek Galang.
" Sudahlah, tenang , nikmati saja rumah yang nyaman ini. Toh belum tentu bisa menikmatinya esok hari " ucap Hendra dengan santai.
" Hah? Apa magsudmu? " Galang melototi Hendra.
" Canda cuyy " Hendra berdiri dari duduknya.
" Mau kemana? " Norita yang bertanya kali ini
" Mau cuci muka, daripada ngantuk dengerin berita artis nikahan " Hendra segera pergi berlalu meninggalkan Galang dan Norita.
Galang pun akhirnya juga beranjak dari ruang tv. Dia berjalan keluar rumah, menemukan Bian dan Denis duduk menghadap rerumputan yang berwarna hijau segar di halaman.
" Wajah kalian tegang amat, ada apa? " Galang ikut duduk di sebelah Denis.
" Nggak ada yang penting kok " jawab Denis
" Lang, gimana kalau kita pulang siang ini " ucap Denis tiba tiba.
" Aku sih oke. Perasaanku nggak enak terus menerus derdiam di rumah ini. Kamu gimana Bay? Aku yakin, kalau kamu memutuskan pulang hari ini, teman teman yang lain akan ikut " Galang menatap Bayu. Dia berharap Bayu mau untuk ikut pulang bersamanya.
" Kenapa begitu? " Bayu bertanya, wajahnya nampak bingung.
" Ya kupikir teman teman bertahan di rumah ini karena merasa tenang ada petugas kepolisian. Kalau kamu pulang mereka pasti akan mengikutimu. Karena aku juga yakin semua orang merasa aneh dengan rumah ini. Zainul pun aneh, seperti bukan dirinya. Apalagi Yodi tiba tiba hilang " Galang sekali lagi mencoba meyakinkan Bayu untuk ikut dengannya.
" Terkait Yodi, masalahnya kita ngga punya kontak keluarganya. Kita tidak tahu apakah Yodi sudah pulang atau memang terjadi sesuatu padanya " Bayu menghela nafas.
" Kalaupun terjadi sesuatu pada Yodi, aku sudah memiliki beberapa tersangka " Bayu menerangkan
" Hah? Siapa? " Denis bertanya penuh selidik.
" Setelah aku dan Galang mengantar Yodi tidur di kamar, ada beberapa orang yang tidak berada diruang tamu. Mella yang katanya sedang ketoilet, Hendra yang waktu itu juga belum datang, juga kamu Denis. Kamu waktu itu beralasan merokok dan pergi entah kemana " Bayu menatap Denis begitu tajam.
" Hah? Aku waktu itu merokok di sekitar sungai, sekalian mandi juga " Denis beralasan.
" Bisa saja kamu berbohong, padahal kamu ke kamar Yodi, memanggilnya dari jendela dan entah bagaimana kamu menculik kemudian membawanya keluar " Bayu kali ini mencecar Denis.
" Bayu, untuk apa aku melakukan itu semua? Dan kenapa sekarang kamu tiba tiba menuduhku seperti ini? "
" Aku tidak menuduh. Aku hanya menyampaikan analisisku. Kamu ada dalam catatanku. Jadi kuharap Galang tidak mencoba pulang hanya berdua bersamamu, Denis " Bayu menghela nafas. Denis terdiam kali ini.
" Bukankah ada dua orang lagi yang seharusnya kamu curigai Bay? " Galang menyahut.
" Siapa? " Tanya Bayu, sekali lagi dia menyesap kopi dicangkirnya.
" Zainul sang pemilik rumah, juga pak Mardoyo. Dua orang itu sangat mencurigakan " tukas Galang setengah berbisik.
" Yah, bisa juga. Maka dari itu, aku tidak mungkin pergi dari sini sekarang. Aku perlu menyelidiki keanehan keanehan rumah ini beserta penghuninya. Karena itu adalah tugasku " ucap Bayu penuh penekanan.
Baik Denis maupun Galang, kali ini mereka terdiam. Sibuk dengan pikirannya masing masing setelah mendengar analisis Bian. Sebuah praduga yang masuk akal.
Saat mereka termenung, pak Mardoyo terlihat berjalan memakai topi besar dan membawa sebilah arit di tangannya.
" Mau kemana pak? " Teriak Bayu.
Pak Mardoyo terlihat sedikit kaget, kemudian menoleh. Dan seperti biasa, seulas senyum yang terkesan dipaksakan tersinggung di bibirnya.
" Mau nyari tamu undangan yang katanya hilang kemarin tuan. Saya mau menyisiri hutan disekitar area sini. Yang dekat dekat saja " ucap pak Mardoyo sambil menunduk
" Saya mau ikut pak " teriak Bayu tiba tiba. Denis dan Galang saling bertukar pandang keanehan.
" Ngapain Bay? " Galang melotot pada Bayu.
" Jangan biarkan salah satu dari orang yang dicurigai beraktivitas sendirian. Apalagi aktivitas di luar rumah ini " ucap Bayu setengah berbisik.
Bayu berlari lari kecil menyusul pak Mardoyo. Galang dan Denis masih diam di tempat duduknya.
" Tunggu, aku juga mau ikut " Galang tiba tiba saja berdiri dan berlari menyusul Bian.
" Sialan. Aku nggak sudi ikut sama kalian " Denis bergumam sendirian.
Denis berdiri dari duduknya, memperhatikan dua temannya yang telah melewati pagar rumah. Hp di tangannya masih memperlihatkan tangkapan layar artikel tentang kasus kriminal tahun 2013.
Dalam artikel tertulis, seorang laki laki berinisial M menyerang tetangganya dengan sebilah pisau. Menurut keterangan laki laki tersebut menganut sebuah sekte yang berbahaya. Namun hasil pemeriksaan dari medis menyebutkan laki laki tersebut mengalami gangguan kejiwaan. Sehingga tidak mendapatkan hukuman pidana melainkan harus direhabilitasi dan diobati. Foto laki laki tersebut benar benar mirip dengan pak Mardoyo, sang penjaga rumah yang saat ini pergi ke hutan bersama Bayu dan Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Judgment Day
Детектив / ТриллерPENYAKIT HATI AKAN TERUS MENETAP SAMPAI MATI Sebuah surat undangan dari seorang penulis ternama di kabupaten T yang ditujukan kepada teman teman sekelasnya di masa SMA dulu. Mereka diundang untuk berkunjung ke rumah sang penulis. Rumah unik, dua lan...