Junkyu tersenyum kecil saat melihat kedatangan jeongwoo diruangannya. Pagi ini junkyu memang langsung datang ke rumah sakit dan bertemu dokternya.
Jeongwoo ikut tersenyum lalu duduk di kursinya, berhadapan dengan junkyu. Ia kemudian membawa buku catatannya yg berada di atas meja dan menyerahkannya pada junkyu.
Junkyu mengernyitkan dahinya bingung, tidak mengerti dengan apa yg dokternya lakukan.
"Ini hasil pengamatan saya selama empat tahun terakhir ini. Kamu bisa melihat perkembangan kanker yang ada ditubuh kamu junkyu." Ujar jeongwoo kembali menyodorkan bukunya pada junkyu.
Kini junkyu membawa buku catatan itu, melihatnya dari halaman pertama sampai dengan halaman terakhir.
Junkyu tidak terlalu mengerti dengan apa yg jeongwoo tulis disana. Tetapi junkyu bisa melihat di akhir halaman jika kankernya sudah berada ditahap akhir, stadium 4.
"Bisa kamu lihat junkyu, semua usaha yang kita lakukan ternyata tidak membuahkan hasil yang maksimal."
Jeongwoo menarik nafasnya dalam dalam sebelum kembali mengucapkan kalimatnya.
"Kanker kamu sudah ada di tahap akhir, dimana kanker kamu sudah menyebar pada organ tubuh yang lain. Dan hanya 5,5% kamu bisa bertahan hidup, junkyu."
Junkyu sudah menduga hal ini setelah ia melihat catatan dokternya. Dan junkyu tidak terlalu berharap banyak tentang kesembuhan dari penyakitnya.
Junkyu dan jeongwoo sudah berusaha semaksimal mungkin demi kesembuhannya. Tetapi ternyata takdir tuhan berbanding terbalik dengan rencana mereka.
"Mau gimana lagi dok, saya udah pasrah sama hidup saya. Mungkin tuhan udah ga sabar mau ketemu saya, jadinya saya ga dibiarin sembuh." Jawab junkyu tanpa memikirkan ucapannya sendiri.
Jeongwoo bahkan terkejut dengan respon junkyu.
"Tapi junkyu bukan seperti ini caranya. Saya akan tetap berusaha dan memberikan kamu terapi agar hidup kamu bisa lebih baik dari ini, junkyu." Ucap jeongwoo meyakinkan junkyu agar mempercayai nya.
Sedangkan junkyu, ia kembali meletakan catatan milik dokternya kemudian ia tersenyum manis sampai kedua matanya menyipit.
"Saya gapapa dok. Ga usah terlalu berusaha buat nyembuhin saya. Kita ikutin aja takdir tuhan nanti gimana. Kalau pun masih ada terapi, saya masih bersedia buat lakuin bareng dokter."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Smile Behind The Sadness [END]
Подростковая литература"Jihoon, lo ga seharusnya bersikap kayak gitu ke doyoung. Dia itu adek lo sendiri." "Dia bukan adek gue kyu. Lo harusnya sadar, gara gara dia lo bisa sakit kayak gini." "Dobby cuman mau kak jihoon sayang dan anggap dobby ini adiknya kak jihoon juga...