Jungkook memejamkan matanya ketika mendengar pekikan keras dari salah satu ruangan, mau tak mau dirinya harus masuk ke dalam untuk menanyakan sebuah berkas.
Pintu di buka memperlihatkan dua orang lelaki dengan setelan kemeja dan juga celana panjang. Yang satu duduk di bangku dan satu lagi sedang memegang tongkat sepertinya habis memukuli orang yang sebenarnya sudah terbaring lemah itu tetapi masih sadar.
"Apa tugas yang ku beri sudah selesai? Sudah di cetak juga menjadi berkas?"
Lelaki yang duduk di bangku itu mengganguk. "Ada di meja ruangan ku, kau bisa mengambilnya."
Jungkook mengganguk, tatapan nya sempat beralih pada lelaki dengan baju yang sudah lusuh dan wajah sudah babak belur belum lagi tubuhnya sudah terbaring lemah.
"Sekarang orang dari mana lagi?"
"Dia adalah komunis yang belum mengaku." Ujar lelaki dengan setelan kemeja biru tua itu.
Lelaki yang di tuduh komunis itu langsung menggeleng kuat. "Tidak! Tidak! Itu bukan aku. Aku hanya ikut berdemo tapi bukan komunis, bahkan aku tidak tahu berdemo untuk apa. Aku hanya ikut ikutan saja ketika teman ku mengajak." Ujarnya sembari memegang kaki yang sedang memegang tongkat berusaha meminta selesai nya di hakimi.
"Kau bisa pergi? Aku masih bekerja." Ujar lelaki yang duduk di bangku membuat jungkook segera pergi. Dirinya merasa beruntung tidak masuk dalam tugas seperti mereka, dirinya hanya menjadi detektif dan juga mata mata.
***
Jisoo tertawa sebari tangan masih setia memeluk lengan taehyung dan tangan satu lagi memegang es krim, kedua nya baru saja selesai menonton sebuah pertunjukan musik yang di buat oleh para mahasiswa dari salah satu universitas.
Malam yang seharusnya sudah sepi, masih ramai oleh para orang orang apalagi para pasangan yang baru saja selesai menonton sama seperti jisoo dan taehyung.
Setelah dua hari keduanya tidak bertemu kini akhirnya bertemu kembali, taehyung ada pertemuan di kota lain dua hari kemarin bersama ayah ibu dan juga adiknya.
"Bagaimana kau memakan es krim? Sini ku bersihkan." Ujar taehyung mengusapnya dengan jempolnya dan menjilat nya setelah membersihkan sudut bibir jisoo dengan ibu jari nya.
"Kau tidak merasa jijik? Itu bekas ku."
"Kenapa? Ini manis."
"Yakk." Kesal jisoo padahal sebenarnya dirinya tersipu malu mendapat perlakuan manis yang di berikan taehyung.
Setelah berjalan jalan di pusat kota, jisoo maupun taehyung duduk di halte bus menunggu bus datang karna kini jisoo akan pulang. Taehyung berniat ingin mengantarkan nya sampai ke rumah sewaan jisoo, namun gadis itu melarang.
"Jisoo."
Jisoo yang sedang melihat para mobil melintas pun menoleh ketika taehyung memanggil nya.
Tatapan lelaki itu sendu, tak ada lagi tatapan hangat dan ceria seperti tadi.
"Ayo menikah dengan ku."
Tak dapat berkata apapun, karna jisoo pun sedikit syok akan ucapan lelaki itu. Jika di bilang bercanda, itu tidak mungkin terlihat tatapan cukup serius tersorot dari mata lelaki itu.
"Aku tahu ini mengejutkan mu, tapi.. ayah memaksa ku untuk menikah dengan Park Rose. Aku tidak mau, aku hanya ingin menikah dengan mu."
"Tapi..itu terlalu cepat. Apa ayah mu akan merestui kita?"
Ya, jisoo meragukan akan sebuah restu. Mana mungkin ayah taehyung akan langsung merestui nya begitu saja.
"Kau percaya pada ku?" Tanya taehyung sembari menautkan jemari nya dengan jisoo. Taehyung cukup wajar melihat sorot keraguam di wajah jisoo, namun keputusan nya sudah bulat bahwa akan menjalani hubungan keduanya yang lebih serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vintage 1989 [END]
Teen FictionKata nya derajat manusia itu sama, namun mengapa terkadang kasta yang selalu menjadi tingkat tinggi derajat manusia? Ini kisah antar dua insan yang saling jatuh cinta, tapi dinding kokoh tentang perbedaan kasta menjadi satu penghalang yang sulit di...