"Bagaimana dengan kelanjutan perjodohan? Putriku ingin anakmu Kim Daejoo!!"
Dan-hee terkejut ketika mendengar bahwa taehyung menghilang setelah dua hari ini. Daejoo pun mengerahkan suruhan nya untuk mencari taehyung di kota seoul ini.
Pasti lelaki itu belum jauh, taehyung mana mungkin tahu jalanan di kota ini. Lelaki itu lebih banyak pengetahuan di negara orang di banding negara nya sendiri. Karna ketika sudah kembali ke negri asal nya taehyung tidaklah dapat sebebas seperti di negri orang.
"Jika saja bukan karna orang rendahan itu, taehyung tidak akan sekeras kepala sekarang."
"Orang rendahan? Maksudmu gadis yang taehyung kencani?"
Daejoo mengganguk. Bangkit sebentar dari duduknya untuk mengambil sesuatu di laci meja kerja nya.
Tidak lama kembali lagi dengan membawa beberapa lembar foto pada dan-hee.
"Gadis ini yang membuat taehyung tidak mau dengan putrimu."
Sekilas dan-hee tediam. Foto yang memperlihatkan taehyung.. bersama jisoo? Bukankah itu jisoo?
"Gadis ini?"
Daejoo mengganguk, "Perempuan ini maid di rumah ku, namun sudah ku pecat karna mengencani putraku. Tidak ada alasan lain kenapa taehyung bisa pergi selain ingin mengejar nya bukan."
Tiga hari lalu jisoo datang padanya meminta uang ralat! Meminjam uang. Tapi, dan-hee tidak menganggap nya itu pinjaman.
"Aku masih menyuruh suruhan ku untuk mencari alamat rumah gadis itu jika semisalnya sudah tidak ada lagi di seoul."
***
Sudah dua hari berlalu, taehyung tahu tentang kegiatan jisoo di setiap harinya. Di pagi hari ketika seharusnya masih ada sedikit waktu untuk tidur, tidak untuk jisoo yang sudah membereskan rumah dan juga mencuci.
Setelah mencuci gadis itu akan pergi ke ladang orang lain untuk bekerja. Taehyung tidak berdiam diri di rumah, namun juga ikut bersama jisoo menjadi seorang petani yang mendapatkan upah yang tak terlalu banyak.
"Sudah ku bilang, kau diam saja di rumah. Aku bisa melakukan nya sendiri." Ujar jisoo mengusap kerigatnya ketika hari sudah terik.
"Jika aku berdiam di rumah, aku seperti orang yang tidak bertanggung jawab. Kau lelah bekerja, sedangkan aku diam di rumah tanpa melakukan apapun. Bukankah itu tidak adil?"
Taehyung mulai memacul lagi, rasanya senang menikmati hidup sederhana namun serasa bebas. Dari pada hidupnya yang bergelimbang harta namun penuh akan kekangan.
Setelah menyelesaikan kerja nya hingga ke siang hari, jisoo dan taehyung pulang dengan baju yang sedikit kotor.
Dalam perjalanan tidak ada habisnya keduanya menghabiskan waktu untuk berbicara. Jisoo pernah bertanya bagaimana dengan taehyung kedepan nya, tidak mungkin jika terus bersembunyi.
Lelaki itu bilang dirinya sudah lelah akan semua yang ayah nya titahkan. Taehyung tidak menyesal dengan pilihan nya.
Jisoo merasa sedikit pusing ketika mendengar taehyung berbicara. Jika taehyung tidak menahan pundaknya sepertinya jisoo akan jatuh ke tanah.
"Kau baik baik saja?"
Jisoo menggeleng, "tidak apa apa, mungkin kelelahan." Jisoo melepaskan tangan taehyung dari pundaknya tapi rasa pusing itu semakin kuat hingga akhirnya jisoo di gendong ala bridal style oleh taehyung, untuk nya jarak rumah sudah dekat.
Taehyung membuka pintu dengan cara sedikit di tendang dan menidurkan jisoo di sofa kayu itu. Taehyung pergi ke dapur sebentar berniat untuk mengambil air, namun tidak berapa lama jisoo berlari ke dapur memuntahkan sesuatu yang ada di perutnya. Mual yang di rasakan jisoo, rasanya badan nya tiba tiba tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vintage 1989 [END]
Teen FictionKata nya derajat manusia itu sama, namun mengapa terkadang kasta yang selalu menjadi tingkat tinggi derajat manusia? Ini kisah antar dua insan yang saling jatuh cinta, tapi dinding kokoh tentang perbedaan kasta menjadi satu penghalang yang sulit di...