Jisoo menekan beberapa kali bell yang berada di depan rumah besar itu.
Namun belum ada sahutan juga dari si pemilik rumah, tidak pantang menyerah jisoo terus memencet bell nya hingga tak lama seorang berpakaian pelayan datang menghampiri gerbang yang masih tertutup rapat.
"Ada yang bisa ku bantu nona?" Tanya si maid.
Jisoo celingukan ke arah ke dalam, tepatnya ke halaman luas itu.
"Apa benar ini rumah Park Dan-hee?"
"Iya benar, ada keperluan apa?"
"Aku ingin bertemu dengan Park dan-hee."
"Maaf nona, di jam seperti ini Tuan besar tidak ada di rumah."
"Kemana dia pergi? Kapan dia kembali?"
"Tuan masih berada di kantor nya, jika pulang tidak menentu."
"Bisa beri aku alamat kantornya?" Jisoo benar benar ingin bertemu dengan park dan-hee.
Pelayan itu melihat penampilan jisoo seperti gadis sederhana. Memang ada keperluan apa sehingga ingin sekali bertemu si pemilik rumah.
"Memang ada keperluan apa sehingga nona ingin sekali bertemu dengan tuan besar?" Tanya si pelayan.
Jisoo tidak bisa memberitahu nya. Dirinya di sangka pengemis nantinya oleh pelayan itu, dirinya hanya ingin datang pada dan-hee dan meminjam uang untuk biyaya pengobatan ibunya. Dirinya tidak meminta, namun meminjam. Meminjam pada ayahnya sendiri sungguh tidak masuk akal.
Si pelayan menghela nafas, dan memberitahu alamat kantor Park dan-hee. Entah dari mana juga gadis itu tahu rumah park dan-hee fikir si pelayan itu.
***
"Ada yang bisa ku bantu nona." Tanya perempuan yang menjaga meja resepsionis.
Jisoo yang celingukan melihat betapa mengah nya lantai bawah gedung pun menoleh.
"Bisa.. aku bertemu dengan park dan-hee."
"Presdir?"
Jisoo mengganguk, jika tidak salah panggilan presdir di peruntukan untuk yang punya perusahaan.
"Maaf nona, sudah buat janji?"
Jisoo menggeleng "Belum, tapi aku harus bertemu dengan nya."
"Maaf nona, untuk itu tidak bisa. Nona harus membuat janji terlebih dahulu jika ingin bertemu dengan presdir."
"Ku mohon, aku ingin bertemu dengan nya. Hanya satu kali ini saja. Ada urusan penting yang harus ku bicarakan dengan tuan Park dan-hee."
Beberapa kali jisoo memohon, namun di gugat terus oleh si penjaga resepsionis itu.
"Baik aku akan menelfon nya."
Perempuan itu mulai menelfon kantor presdir.
"Permisi."
"Ada yang ingin bertemu dengan presdir."
"Seorang perempuan."
"Tidak buat janji, tapi memohon untuk bertemu dengan presdir."
"Baik."
Si perempuan itu menunjukan arah jalan pada jisoo, jisoo di bawa melangkahi tangga hingga ke lantai 3.
"Siapa yang ingin bertemu?" Tanya seorang lelaki saat pintu di buka.
"Dia."
"Ada keperluan apa nona? Kau bisa sampaikan padaku?" Tanya si sekertaris lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vintage 1989 [END]
Teen FictionKata nya derajat manusia itu sama, namun mengapa terkadang kasta yang selalu menjadi tingkat tinggi derajat manusia? Ini kisah antar dua insan yang saling jatuh cinta, tapi dinding kokoh tentang perbedaan kasta menjadi satu penghalang yang sulit di...