R. Cakradiya Evan Wikaya Side
Ngebolehin Hanan nebeng waktu mau jemput Namara mungkin bakal jadi salah satu kesalahan terbesar dalam hidupku. Sebenernya perkara mereka saling kenal aku udah duga, kemungkinannya sedikit Hanan si paling ekstrovert itu gak kenal Namara yang saudaranya Mas Huki. Tapi aku gak nyangka kalau mereka sedeket itu. Sampai-sampai mereka ngobrolin ini itu yang cuma mereka aja yang tau, gak perduliin siapa yang lagi bareng sama mereka. Di kira aku disini cuma buat nyupirin mereka kali.
Untungnya si Hanan minta turunin tempat cewenya. Gak tau deh,itu cewenya yang mana lagi.
Jujur aja aku kesel, banyak keselnya, gak cuma sedikit. Sampai aku diemin Namara sepanjang perjalanan pulang.
Tumbennya, Namara juga gak ajak aku ngomong sepanjang aku diem. Padahal biasanya dia kan paling cerewet. Gak betah sama yang namanya hening.
"Ehm... Pantesan deket banget sama Hanan, ternyata lo pernah mau di jodohin sama Hanan?"
Walaupun aku duduk gak langsung menghadap Namara, aku bisa dengar helaan nafas pelan dan bisa liat Namara muter matanya waktu aku nanya hal itu.
"Deket? Sama Hanan udah jauh, sekarang deketnya sama Mas Evan."
Reflek aku injek rem mobil aku.
Entar dulu, ini aku gak salah mengartikan kalimatnya kan? Namara bilang sekarang lagi deket sama aku?
Ini lampu hijau kalau ternyata dia enggak keberatan aku deketin lebih dari teman kan?
"Apa sih Mas Evan?!" Kaget Namara.
Mata Namara langsung melotot galak ke aku. Dari eksperinya keliatan banget kalau dia kesel aku rem mobil mendadak. Sedangkan aku malah nyengir ke dia.
"Sorry..."
"Hati-hati dong pak supir! Kamu bawa penumpang!"
Aku hampir saja terkikik melihat wajah Namara yang merengut karena aku kelepasan ngerem tadi. Ekspresi marah nya itu lucu banget! Orang bisa ketawa bahagia, kalau liat ada perempuan yang marah segemas itu.
Dan ini gak boleh sampai orang lain tau. Bisa bahaya. Satu dunia bisa jatuh cinta sama Namara kalau sampai semuanya tau kalau perempuan ini punya ekspresi marah segemas ini.
Tapi ternyata Namara tidak jauh beda dengan perempuan lain. Dia langsung bilang mau sushi dan es krim waktu aku bujuk dengan makanan biar gak marah lagi.
Sayangnya Sushi Bar yang mau aku tunjukan pada Namara hari ini tidak buka.
"Gimana kalau sushi tempat lain? Udah pernah coba Gion belum?"
"Dari pada muter ke Lotte makan di Gion, gimana kalau kita ke superindo aja? Ada tuh deket sini"
"Hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia
RomanceKabur. Hanya itu yang Namara Lembah Paramitha pikirkan ketika menjauh dari Jogjakarta. Sayangnya sebelumnya Namara tidak pernah berpikir bahwa kabur tidak menyelesaikan masalah, malah akhirnya menambah masalah yang sudah ada. Ini cuma cerita anak su...