6. Jadi nomor gue beneran diblokir?

46 8 5
                                    

R. Cakradiya Evan Wikaya Side

Ini namanya Namara. Perempuan yang sedang aku liat dari viewfinder kamera analogku. Mungkin dia tidak sadar atau tidak ingat, tapi ini sudah setahun sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Si cantik yang namanya selalu aku sebut-sebut seperti mantra.

Namara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namara.

Namara.

Namara.

Aku pernah iseng-iseng mencari arti namanya di internet. Artinya bahagia. Cocok sekali dengan dia yang memang sering sekali tertawa dan tersenyum akhir-akhir ini.

Berbeda dengan dia setahun lalu, Ya, setahun lalu pertama kali aku melihatnya ketika ikut mengerjakan event yang digarap oleh mas Huki di Jogja. Namara datang bukan untuk bekerja, dia sedang jadi tamu yang diundang mas Huki saat itu. Namara datang dengan seseorang yang kemudian aku tahu jika itu pacarnya.

Agak menyebalkan memang, padahal sejak awal aku sudah menetapkan untuk berkenalan dengan Namara. Tapi karena menghormati boys code aku menahan diri malam itu. Gak mungkin aku terang-terangan ajak dia kenalan di depan pacarnya.

Tapi bukan bagian itu yang paling menyebalkan. Dalam acara itu aku beberapa kali melihat Namara karena saat itu aku sedang membantu menjadi fotografer. Namara hari itu adalah Namara yang tidak seperti arti namanya. Dua kali aku melihat dia menangis karena kekasihnya memarahinya, membentaknya di depan banyak orang, di belakang orang-orang laki-laki itu mengancam melempar botol ke kepala Namara jika dia terus berulah. Aku tidak tau apa maksud laki-laki itu, karena satu-satunya yang Namara lakukan hari itu hanya jadi cantik dan bahagia, menurutku itu bukan kesalahan. Dia memang begitu adanya, dia di bumi untuk mengabulkan doa orang tua yang tersemat pada namanya.

Tentu saja semua keluhanku hanya jadi monolog dengan diri sendiri di dalam batin dan kepalaku malam itu. Bisa-bisanya ada manusia yang terang-terangan jadi pengecut padahal di sampingnya Namara hadir seperti trofi yang sangat indah. Harusnya laki-laki itu bangga membawa Namara. Jika aku jadi dia pasti sudah ku pamerkan Namara ke seluruh dunia.

Sejak hari itu aku kagum pada Namara, apa lagi karena Namara sering hadir atau ikut serta membantu di event-event milik mas Huki. Mas Huki pernah bercanda kalau sebenarnya Namara tidak perlu kerja keras pun dia sudah pasti punya jalan untuk hidup. Tapi Namara berbeda, dia hanya menanggapi omongan mas Huki dengan kekehannya.

Percaya atau tidak? Perkenalan kami di bandara bukan perkenalan yang pertama kali. Itu mungkin ke tiga atau mungkin ke empat. Diperkenalan ke dua kami, aku sadar kalau Namara sangat sulit mengingat wajahku. Atau karena aku tidak cukup menarik untuk Namara?

Oleh sebab itu aku berfikir keras untuk bisa di ingat oleh Namara. Melakukan hal menyebalkan padanya seperti saat aku tanya "Sepatu lo kw ya?" Itu sengaja. Sengaja agar dia selalu mengingatku. Tak masalah dia mengingatku sebagai mas-mas yang menuduhnya pakai sepatu KW di kerumunan dan membuatnya diperhatikan banyak orang. Yang penting dia mengingatku. Aku hanya butuh itu.

BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang