5. Ulang tahun siapa?

41 8 3
                                        

Wrap party kami lakukan di hotel tempat Lee Junho selama di Indonesia. Mas Huki sengaja menyewa kamar di hotel yang sama agar bisa terus menjamu aktornya. Aktornya bahkan berkali-kali memuji Dream Comes True, mas Huki dan staff serta fans-fans Indonesia-nya di acaranya tadi. Gak heran sih, dia pasti di jamu habis-habisan, karena mas Huki selalu begitu dengan artis yang proyeknya dia kerjakan baik itu artis luar maupun artis lokal. Mas Huki selalu memperlakukan mereka dengan amat sangat istimewa.

Dor!

"Happy birthday to you! Happy birthday to you!–"

Suara nyanyian dan kue ulang tahun tiba-tiba masuk diantara kami. Aku sempat celingukan bingung karena tidak tau siapa yang ulang tahun awalnya. Ternyata surprise ulang tahun ini ditunjukan untuk Mbak Renia. Mbak Renia ini Co-Founder Dream Come True dan juga pacar mas Huki. Mereka mendirikan Dream Comes True benar benar dari bawah sekali, dari Mbak Renia masih jadi mahasiswa dan mas Huki pegawai kantoran bisa di Jogja, dari gigs-gigs kecil disana, sampai akhirnya bisa mencapai acara lumayan besar di ICE. Keren sekali mereka berdua. Aku sebagai saksi terciptanya Dream Comes True ikut bangga.

Sorak sorai kembali terdengar ketika mas Huki maju memberikan cake dan mengucapkan doa untuk Mbak Renia dengan tulus. Kami yang ada disini langsung ikut mengamini doa Mas Huki. Aku juga menyelipkan doa semoga mereka di lancarkan menuju pelaminan. Ngomong-ngomong mereka akan segera menikah, kalau gak salah empat bulan lagi. Seingatku harusnya aku dulu baru mas Huki yang menikah.

Perasaan haru dan iri tiba-tiba ikut menjajah hatiku ketika sadar harusnya sebentar lagi aku menikah dengan Mas Arim. Andai pernikahan itu terjadi, sebulan lagi. Pasti aku akan sebahagia Mbak Renia sekarang. Aku kini bahkan ragu bisa menemukan laki-laki yang mendukung mimpiku seperti mas Arim mendukungku, akankah ada lagi yang seperti mas Arim? Dimana aku harus cari? Cuma mas Arim yang pernah benar-benar mendukung mimpiku yang kelewat besar ini.

Aku kembali menyingkirkan perasaan iri-ku dan ikut tepuk tangan ketika Mbak Renia selesai meniup lilinnya. Ikut menyoraki mereka dan menyuruh mereka berciuman. Sialannya mas Huki benar-benar mencium Mbak Renia dibibir dan Mbak Renia marah setelah bibir mas Huki lepas membuat kami semua kembali menyorakinya.

"Yang kedua. Kami persilahkan pada yang ulang tahunnya belum lewat tapi, akan ulang tahun juga bulan ini, Leo yang kedua. Sepupuku tersayang yang ku sayang dan ku cinta seperti adikku sendiri. Namara Lembah Paramitha,"

Tunggu, siapa? Aku?

"HAPPY BIRTHDAY!" Teriak mas Huki kencang.

Aku memutar mataku ketika tiba-tiba namaku disebut di surprise party ini juga. Aku pasrah aja waktu mas Huki menarik ku dan Kale dengan menyebalkan ikut mendorongku maju ke depan, berjejer dengan Mbak Renia. Lalu lagu ulang tahun kembali di nyanyikan dengan keras.

"Happy birthday to you! Happy birthday to you!–"

Ih, si mas Huki emang ada ada aja. Padahal ulang tahunku masih lama! Masih ada 12 hari lagi untuk sampai ke sana. Kenapa udah kasih cake dan di suruh tiup lilin sih? Ini namanya mereka maksa aku untuk tua lebih cepat dari pada waktu sebenarnya. Nyebelin banget emang!

Belum habis, ternyata mereka menyanyikan lagu 'tiup lilin' setelah lagu ulang tahun lalu memasangkan topi ulang tahun yang sama dengan milik Mbak Renia di kepalaku. Aku akhirnya menurut saja dan berdoa sebelum akhirnya meniup lilin diatas cake ulang tahunku. Pasrah untuk kali ini bukan lagi pilihan, pasrah adalah keharusan. Mas Huki emang kayanya niat mempermalukan ku sekarang.

"Yang ke tiga!" Mas Huki langsung memiringkan kepalanya, tertawa. Aku sangat menantikan korban selanjutnya. Aku juga ingin melihat orang yang mengalami hal tidak menyenangkan seperti aku. Enak aja, masa aku doang yang gak ulang tahun tapi suruh ulang tahun gini!

"Yang ketiga apa?"

"Puasa!" Itu suara Hasan. Salah satu crew yang wajib ikut di semua event yang digarap mas Huki. Sejenis orang yang paling mas Huki percaya lah.

"Itu rukun islam. Kalau rukun iman?"

"Iman kepada malaikat!"

"Kalau pancasila?"

"Persatuan Indonesia"

Aku sengaja menyikut perut mas Huki pelan saat mas Huki kembali mengundang tawa dengan leluconnya. Dasar stand up comedy gak laku! Lagi kaya gini malah becanda mulu! Aku ini udah pingin duduk loh! Malu dipajang-pajang!

"Yang ketiga, manusia paling tampan abad ini. Orang yang sudah lewat ulang tahunnya tapi harus ulang tahun lagi biar cepat bertambah tua seperti saya," Mas Huki kembali tertawa "macan piaraan gue yang ke tiga, Evannn!!"

Mas Evan menunjukan ekspresi yang mirip dengan perasaanku, malas dan sebal. Dengan ogah-ogahan Mas Evan maju ditarik oleh mas Huki diiringi nyanyian selamat ulang tahun lagi. Mas Evan mungkin tidak terlihat kaget, tapi wajah pasrah lebih dari mampu untuk menghiburku yang ternyata tidak dijebak sendirian.

Aku ikut terkikik ketika mas Huki harus sampai loncat demi memasangkan topi ulang tahun mas Evan. Mas Evan yang lebih tinggi gak mau ngalah untuk nunduk buat dipasangin topi, dasar sama-sama gilanya mereka berdua. Gak ada yang mau ngalah sama sekali, malah Mas Evan makin berjinjit dan Mas Huki akhirnya naik ke atas Ranjang yang ada di belakangnya.

Jangan sedih, setelah tiup lilin dan doa untuk mas Evan selesai kami masih dipajang untuk foto-foto bersama. Padahal aku sudah malu banget. Aku pingin udahan aja. Aku bahkan berkali-kali berbisik pada Mbak Renia, menyuruhnya menghentikan kegilaan mas Huki. Tapi ya kalau sudah gini gak akan ada yang bisa menghentikan mas Huki. Dia bakal seenaknya sendiri. Kaya orang lagi sugar rush gara-gara di puji-puji Lee Junho dari mulai acara tadi.

"Nunduk dong, Evan! Jangan egois! Itu disebelah lo kecil-kecil gitu! Lo egois banget tinggi sendiri!" Tegur Mas Huki ketika kami dipaksa untuk foto bertiga.

"Ini ulang tahun siapa sih sebenernya, kenapa gue yang jadi ribet gini"

Aku mendengar gumaman mas Evan lalu tekikik geli. Udah tau temennya iseng, dia malah ikut-ikut aja plot yang mas Huki bikin  untuk kita-kita. Emang aku bilang juga apa, dia ini gak kalah gilanya.

Aku mendongak melihat mas Evan pelan pelan menyamakan tingginya denganku dan Mbak Renia. Sekilas aku melihat lilin di cake mas Evan punya angka yang sama dengan punyaku.

Oh ternyata kita seumuran.

Lah terus kenapa dia mau-maunya aku panggil dengan 'mas' selama ini? Aku kira dia seumuran mas Huki makannya aku manggil dia mas Evan.

"Happy early birthday Namara." Bisik mas Evan di dekat telingaku, membuatku sadar dan berhenti memandang angka dua puluh lima di atas cake-nya. Aku menoleh ke arahnya tepat setelah tombol shutter ditekan oleh mas Huki dan sinar flash mengenai wajah kami bertiga.

"Sekali lagi ya! Satu dua tiga!"

"Happy late birthday juga mas Evan." Kataku sambil tersenyum.

Dia ikut menoleh menghadapku sambil tersenyum. Kami bertatapan beberapa detik lalu tangannya mengoleskan krim kue di pipiku, tepat saat tombol shutter kamera mas Huki kembali dipencet dan sinar flash kembali menyinari wajah kami. Aku kaget saat sadar pipi kiriku kini belepotan krim kue!

Ada masalah apa sih mas Evan ini ke aku? Kenapa kalau ketemu pasti bikin apapun yang buat aku kesel.

Kan lengket krimnyaaaa.

*****

Flash flash apa yang nyakitin?

Nyetel lagu flash di spotify.

Sampai ketemu hari senen!

BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang